Ulasan Anime: Brynhildr in the Darkness

Anime bergenre misteri bercampur aksi kembali disuguhkan kepada khalayak pencinta anime musim ini. Kali ini, yang diangkat adalah manga karya Lynn Okamoto, yang berjudul “Gokukoku no Brynhildr“, atau mungkin lebih populer dengan judul inggrisnya: “Brynhildr in the Darkness”. Seri ini mengisahkan tentang perjumpaan Murakami Ryouta, yang masih didera perasaan bersalahnya atas kematian teman masa kecilnya yang bernama Kuroneko, dan Kuroha Neko, seorang gadis hasil eskperimen sekelompok ilmuwan, yang memiliki kekuatan yang diluar akal manusia. Perjumpaan mereka kemudian membawa Ryouta untuk memahami kenyataan kejam dibalik kekuatan Neko dan teman-temannya: atas ganti kekuatan yang diperoleh, mereka harus bergantung pada sebuah obat yang dapat memperpanjang hidup mereka sehari, serta sebuah alat yang tertanam di leher mereka. Ditengah usahanya mencari kebenaran akan masa lalunya dan Neko, mereka harus berhadapan dengan para ilmuwan, yang berusaha menangkap Neko dan teman-temannya, serta membuhuh mereka.

Adaptasi seri ini dikerjakan oleh VAP, yang sebelumnya juga pernah mengerjakan anime-anime seperti Chihayafuru, Elfen Lied, Gatchaman Crowds dan GJ-bu, dan Arms, yang riwayat animenya meliputi Genshinken, Elfen Lied dan Hyakka Ryouran. Anime ini hadir sepanjang 13 episode, dengan durasi tayang 23 menit setiap episodenya. Adaptasi ini mendapat perhatian cukup banyak publik karena keunikan yang tidak dimiliki mayoritas anime lainnya. Dikala berbagai anime berlomba menggaet penyanyi dan komposer terkenal untuk membuat lagu tema yang wah, anime ini mengandalkan lagu pembukaan yang hanya instrumental, tanpa lirik sama sekali. Namun, justru inilah kemudian yang menjadi kekuatan bagi anime ini, karena lagu instrumental yang mereka jadikan pembukaan, ternyata menjadikan suasana dan feel dari anime ini semakin terasa. Lagu penutupnya, yang bernada ceria namun syahdu, menjadi pembungkus indah untuk setiap episodenya, menjadi penawar rasa pedih yang sarat terkandung didalam setiap episode anime ini. Alur cerita anime ini juga cukup lugas dan jelas, dimana perkembangan setiap karakter dituturkan secara mengalun, baik melalui cerita di masa sekarang maupun melalui cerita kilas baliknya. Gaya penyampaian yang lugas ini pula yang membuat anime ini menjadi lebih ringan dan lebih menarik untuk diikuti, terlepas dari ceritanya yang memang cukup berat dan kelam.

Namun, tentu tidak ada suatu hal yang sempurna. Karya ini juga memiliki kelemahan, diantaranya banyaknya hal-hal yang masih mengambang dan membuat banyak penonton bertanya-tanya serta kebingungan saat menontonnya. Juga, pada beberapa kesempatan, kadar kekerasan dan darah yang ditampilkan dalam anime ini begitu berlebihan, sehingga terkadang dapat membuat anda sedikit merasakan mual dan tidak enak. Komedi yang dilontarkan dalam anime inipun cukup standar, dan terkesan tidak ada banyak perbedaan dengan komedi yang juga diangkat oleh anime lain yang melibatkan kehidupan bersekolah didalamnya.

Pesan moral yang bisa diambil dari anime ini salah satunya adalah demi mencapai tujuan, resiko itu patut diambil. Seberapa besar resiko itu, dan berapa banyak orang terlibat didalamnya, harus dipertimbangkan dengan hasil yang akan diperoleh. Jika memang seimbang, maka resiko itu layak diambil. Juga anime ini ingin mengajarkan tentang perlunya menaruh kepercayaan pada sahabat kita. Sendirian, mungkin kita bisa melakukan sesuatu, namun jika bersama dengan teman, jauh lebih banyak hal yang akan dapat kita lakukan.

Akhir kata, anime ini masih cukup baik dan layak untuk ditonton, terutama bagi kalian yang menyukai misteri dan aksi. Bagaimanapun, jika kalian cukup sensitif dengan darah, anime ini mungkin kurang cocok bagi anda, mengingat jumlah darah yang terpampang di anime ini cukup banyak, dan relatif sering.

Berikut adalah sedikit cuplikan gambar yang diambil dari beberapa episode awal seri ini.

KAORI Newsline | oleh Krisma Budianto Irawan