Laporan yang dilansir Japan Press Weekly menyatakan “kelebihan kerja” sebagai salah satu penyebab bunuh dirinya seorang animator yang bekerja di studio A-1 Pictures. Hasil penyelidikan Kantor Standar Pekerja wilayah Shinjuku memutuskan A-1 Pictures harus membayar kompensasi kepada keluarga sang animator.
Bekerja sebagai animator, meski gajinya lebih tinggi dari bekerja sebagai supir angkot di Jakarta, dituntut dengan beban yang sangat tinggi. Dalam rekam medis, sang animator disebut bekerja lebih dari 600 jam setiap bulannya (20 jam setiap hari). Sang animator terlibat dalam produksi Kannagi dan Ookiku furikabutte.F
Kondisi industri animasi di Jepang ikut andil dalam menciptakan iklim kerja seperti ini, tutur Nishimura Daiki, sutradara seri School Rumble dan Valvrave. Sementara A-1 Pictures mengajukan keberatan atas keputusan ini, menganggap dasar putusannya “tidak jelas.”
KAORI Newsline | sumber 1 sumber 2 sumber 3
kesalahan dari sistemnya seharusnya ada istrahat buat sang pembuat animatornya…..
"itu mah orangnya aja yang bego, mau2nya disuruh lembur segitu banyak"
kata seorang temen yang kerja di jp pas gw kasi berita bunuh diri itu
Memang perlu diakui pekerjaan semacam ini tu pasti full deadline.. Tapi bukan berarti durasi kerja nggak bisa diatur. Berarti ada error di management systemnya.
kerjaan ini mah emang ngejar deadline, tapi ini mah keterlaluan
salahnya di kedua pihak sih ini
dari yang kerja, kok ya mau disuruh lembur sampai sebanyak itu
dari perusahaan, kenapa beban kerja bisa sampai sebanyak itu. manajemennya bagaimana?
namanya aja ngejar deadline…..semua orang psti prnh ngalami…..
Kerja di industri entertainment emang gila. Kalo udah masuk ke bidang ini mah, termasuk event organizer juga g kenal yg namanya waktu kerja. Yg mereka kenal cuman deadline kapan film, lagu, anime, atau eventnya harus launching. IT sebenernya rada2 gitu juga sih, wkwkwkwk.
Bahasa Jawanya "KEBACUT" ini. (keterlaluan)