Jepang telah memiliki sejarah kontak dengan Indonesia yang cukup panjang. Beberapa catatan sejarah mencatatkan adanya kontak antara Jepang dengan Indonesia sejak zaman aktivitas VOC atau Perusahaan Dagang Hindia Timur. Sejarah yang cukup panjang tersebut diangkat oleh Museum Perumusan Naskah Proklamasi dalam pameran bertajuk Pameran Sakura di Khatulistiwa yang diselenggarakan sejak tanggal 9 Agustus hingga 10 September 2022, bertempat di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jalan Imam Bonjol No. 1, Menteng, Jakarta Pusat.

Dalam pameran Sakura di Khatulistiwa ini pengunjung akan dibawa menyusuri sejarah kontak antara Jepang dengan Indonesia dari masa ke masa, setidaknya sejak zaman VOC, hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dari mulai catatan, foto, hingga sejumlah memorabilia dari masa-masa tersebut turut dipamerkan.

Pameran Sakura di Khatulistiwa dibagi dalam lima area yang masing-masing mewakili era sejarah orang-orang Jepang di Indonesia pra kemerdekaan. Dimulai dengan area Jepang di Nusantara yang mengisahkan tentang awal mula kedatangan orang Jepang, yang umumnya merupakan tentara bayaran VOC, hingga kedatangan kaum wanita penghibur yang dikenal sebagai kaum Karayuki. Area kedua yakni Perang dan Dagang menceritakan aktivitas ekonomi orang-orang Jepang di Indonesia yang sempat marak di awal abad 20, sebelum Perang Dunia Kedua. Area ketiga yakni Di Bawah Matahari Terbit menceritakan era penjajahan Jepang di Indonesia, sebuah era yang singkat namun penuh dengan kepiluan bagi bangsa Indonesia. Namun di balik itu semua, era penjajahan Jepang juga sarat dengan propaganda, baik dari pihak penjajah Jepang yang berusaha mengambil hati bangsa Indonesia, maupun propaganda dari kaum pejuang anti Jepang yang mencoba mengekspos penindasan-penindasan yang dilakukan oleh penjajah Jepang. Fenomena propaganda ini sendiri diangkat dalam area keempat yang bertajuk Antara Berita dan Derita. Kemudian area kelima bertajuk Proklamasi, tentu saja mengangkat peristiwa detik-detik Proklamasi Kemerdekaan setelah Jepang menyatakan menyerah kalah perang. Tentu saja satu hal yang tak boleh dilupakan adalah bahwa Museum Perumusan Naskah Proklamasi sendiri dulunya adalah rumah seorang perwira Jepang, Laksamana Tadashi Maeda yang turut memberikan tempat di rumahnya kepada para pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia dalam merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan.

jepang di indonesia
Para pemuda-pemuda yang turut berperan dalam perumusan naaskah Proklamasi Kemerdekaan.

Terdapat berbagai memorabilia yang menarik seputar sejarah kontak orang Jepang dengan Indonesia. Di antaranya adalah surat izin tinggal yang diterbitkan oleh kantor urusan orang Jepang di Hindia Belanda, koleksi rapor sekolah Taman Siswa serta ijazah Sekolah Rakyat zaman Jepang. Hingga yang tak kalah menarik adalah kamera Bell and Howell buatan Inggris yang digunakan untuk merekam peristiwa Rapat Raksasa di Lapangan Ikada pada 19 September 1945.

Pameran Sakura di Khatulistiwa masih dibuka hingga 10 September 2022. Pameran terbuka untuk umum, namun pengunjung tetap harus membayar tarif masuk Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

KAORI Newsline

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses