Mulai Juli 2025, pemerintah Jepang akan menerapkan kebijakan tarif berjenjang di sejumlah destinasi wisata populer sebagai upaya menanggulangi lonjakan jumlah wisatawan. Langkah ini menyasar langsung fenomena overturisme yang makin terasa, terutama sejak nilai tukar yen melemah dan menarik lebih banyak pelancong asing. Wisata ke Jepang menjadi jauh lebih terjangkau, tapi juga memberi tekanan besar pada infrastruktur dan situs budaya negara tersebut.
Tarif Turis dan Warga Jepang Dibedakan
Dalam sistem tarif berjenjang yang akan diterapkan, wisatawan internasional akan dikenai biaya masuk lebih tinggi dibandingkan warga Jepang. Sebagai contoh, tiket harian di Niseko Ski Resort, Hokkaido, akan dikenai tarif ¥6.500 untuk turis asing dan ¥5.000 untuk warga lokal. Sementara itu, taman alam Jungaria Okinawa yang dijadwalkan buka Juli 2025, juga mengumumkan sistem harga serupa. Wisata ke Jepang kini akan makin mempertimbangkan kontribusi ekonomi para turis asing.
Dana dari Tiket Turis untuk Pelestarian
Tujuan utama kebijakan ini bukan hanya mengontrol jumlah wisatawan, tapi juga mengalirkan dana tambahan untuk pemeliharaan dan peningkatan kualitas destinasi wisata. Beberapa kuil dan situs suci seperti Kiyomizu-dera di Kyoto pun mempertimbangkan untuk ikut menerapkan kebijakan serupa. Wisata ke Jepang akan diarahkan pada pengelolaan yang lebih berkelanjutan, termasuk perlindungan terhadap warisan budaya dan alam.
Pro-Kontra Tarif Turis Asing
Meski ide tarif berbeda untuk turis bukan hal baru di dunia, seperti yang diterapkan di Wat Phra Kaew Bangkok atau Taj Mahal India, kebijakan ini memicu perdebatan soal keadilan dan kepraktisan. Beberapa tempat seperti Kastil Himeji bahkan memilih memberi tarif khusus hanya untuk penduduk lokal di kota Himeji, bukan berdasarkan kewarganegaraan. Namun secara keseluruhan, pemerintah Jepang melihat kebijakan ini sebagai cara menyeimbangkan manfaat ekonomi dan kelestarian situs wisata. Wisata ke Jepang pun akan semakin diarahkan pada pendekatan jangka panjang yang bertanggung jawab.
KAORI Newsline | Sumber