Waralaba 48: Akankah Berakhir Sebagai Idola Musiman?

9

Oleh Shin Muhammad

Mengapa waralaba 48 naik daun dengan cepat, dan bahkan mampu menembus media arus utama seperti televisi Indonesia? Bisa jadi kebudayaan pop Jepang tidak mau kalah dari demam Korea dalam memperebutkan persaingan di Indonesia. Namun, mengapa terjadi dengan cepat, dan apakah kepopulerannya dapat bertahan di tengah industri pop Indonesia saat ini?

Boleh jadi saya termasuk satu dari orang-orang yang tidak terlalu mempedulikan waralaba 48 yang belakangan ini sedang naik daun. Namun melihat fenomena waralaba 48 di Indonesia yang dipompa kepopulerannya dengan begitu cepat, membuat saya tergelitik dan mencoba memberi perhatian lebih.

Sebagian dari Anda (termasuk saya) mungkin masih asing dengan waralaba 48. Menurut informasi yang saya dapatkan, waralaba 48 (yang diawali oleh AKB48) adalah sebuah konsep akan idola teater, di mana penggemarnya berpartisipasi dan menikmati, baik secara langsung maupun tidak langsung, perkembangan dari idola teater yang mereka idolakan. Ia berbeda dari girlband maupun boyband lain seperti waralaba Hello Project maupun Kinki Kids, karena waralaba 48 menekankan penuh pada proses dan partisipasi penggemar.

Naik Begitu Cepat

Kepopuleran boyband/girlband sendiri di Indonesia bukanlah barang baru. Kalau mau ditinjau, sebelum waralaba 48 mencuat namanya, sudah ada penggemar Momusu, Kinki Kids, SMAP, bahkan SNSD di Indonesia.

Namun, ada satu hal yang membuat saya heran.

Ketika globalisasi Jepang melalui ekspor budaya kontemporernya masuk ke Indonesia, tidak pernah ada contoh, misalnya menghadirkan Laruku atau Momusu ke Indonesia secara resmi. Bahkan, mendatangkan Momusu melalui effort penggemar saja menjadi perjuangan berat (seperti yang dicontohkan pada acara Clas:H tahun 2011 lalu dengan Hangry&Angry-F).

Lalu muncullah pengumuman pembentukan waralaba 48 di Indonesia, JKT48 pada September 2011. Audisi dilakukan segera setelahnya, dan anggotanya dikarbitkan dengan tampil di acara televisi seperti Inbox SCTV, Global TV 100% Ampuh, bahkan hingga tampil di acara Kohaku Uta Gassen di Jepang.

Hal lain yang patut dicermati, AKB48 pun datang ke Indonesia (meskipun tidak semua), dimulai dengan penampilan Takahashi Minami di acara televisi Dahsyat RCTI, hingga konser kolaborasi AKB48 dan JKT48 tanggal 25 Februari lalu.

Tidak pernah terbayangkan ketika mendatangkan grup-grup idola Jepang lain memerlukan kerja keras (yang belum membuahkan hasil), namun tiba-tiba dalam waktu yang relatif cepat, AKB48 berhasil datang ke Indonesia.

Demam Korea

Bagi saya, demam Korea (hallyu/Korean Wave) dianggap layak menjadi awal untuk memecahkan permasalahan ini.

Keuntungan sebesar 4,2 miliar dolar pada 2011 yang dihasilkannya membuat demam Korea tidak bisa dipandang remeh. Sejak beberapa tahun terakhir, demam Korea mulai merambah ke Indonesia, dimulai dengan pemutaran drama-drama televisi asal Korea Selatan dan kemunculan penggemar boyband/girlband Korea seperti SNSD.

Secara personal, melihat kepopuleran AKB48 dan JKT48 yang dikarbitkan dengan cepat belakangan ini, saya melihat fenomena menarik. Beberapa teman saya yang awalnya penggemar girlband asal Korea Selatan, kini ikut terjun pula dalam arus kepopuleran AKB48 dan JKT48, bahkan sampai ikut menonton konsernya.

Efek turunan demam Korea di Indonesia sendiri juga tidak dapat dipandang remeh. Kemunculan SM*SH maupun Cherry Belle sendiri seakan menjadi tren segar di jagat hiburan Tanah Air, setelah pasar mulai jenuh akan grup musik, sinetron, dan kompetisi menyanyi instan.

Suka atau tidak suka, kepopuleran SM*SH dan Cherry Belle menjadi celah yang sangat menguntungkan bagi agen budaya asing, baik dari Korea maupun dari Jepang, untuk menggelontorkan dana dan mengeksploitasi kelas menengah di Indonesia demi meraih keuntungan. Inilah yang sedang digarap dengan serius oleh waralaba 48.

Eksploitasi pasar di Indonesia sendiri oleh waralaba 48 mendapat bekingan dari perusahaan multinasional Jepang. Mudah saja, lihatlah iklan salah satu produk minuman asal Jepang yang memasang JKT48 sebagai modelnya.

Ketika saya datang ke acara di Plaza Senayan hari Minggu (26/02) lalu, saya tidak terlalu terkejut. Begitu banyak barang asal Jepang yang ikut mengiringi kehadiran AKB48 di sana. Tidak melupakan fakta pula bahwa Plaza Senayan diisi oleh peritel asal Jepang (terutama Sogo dan Kinokuniya).

Kalau kita tarik kembali ke fenomena demam Korea di Jepang, logika yang digunakan untuk mempopulerkan waralaba 48 pun hampir sama. Bedanya, jika demam Korea menggunakan konsep keren dan kuat saat menggaet pasar di Jepang di tengah tren kawaii di Jepang sendiri, waralaba 48 justru mengekspor kawaii itu sendiri saat merambah pasar Indonesia. Kalau demam Korea memanfaatkan anime (Winter Sonata) saat membuka pasar di Jepang, waralaba 48 memanfaatkan basis wota yang sudah ada di Indonesia.

Tren Musiman Belaka?

Setelah melihat "perang" kebudayaan antara Jepang dan Korea yang sedang terjadi saat ini, boleh dikatakan sedang terjadi imperialisme kontemporer di Indonesia saat ini.

Namun, ada satu hal yang luput dari pertimbangan banyak pihak saat mengikuti demam kebudayaan pop saat ini di Indonesia.

Melihat betapa cepatnya waralaba 48 meraih penggemar di Indonesia (yang beberapa di antaranya merupakan penggemar demam Korea), seketika itu pula muncul pertanyaan: sanggupkah Jepang mempertahankan pengaruh yang telah mereka buat saat ini?

Atau, kepopuleran AKB48 dan JKT48 yang digadang-gadang selama ini hanyalah kepopuleran sesaat yang akan jatuh dengan cepat dalam hitungan bulan?

Boleh jadi AKB48 sedang menikmati menanjaknya popularitas sebagai perwujudan konsep "idola yang tumbuh bersama penggemarnya." Namun industri pop Jepang berbeda dengan industri pop Indonesia.

Kepopuleran fenomena tertentu dalam belantika hiburan di Indonesia lebih cepat naik dan lebih cepat turun. Kedatangan AKB48 boleh jadi menjadi titik puncak kepopuleran yang naik terlalu cepat ini. Setelah AKB48 tidak lagi bersama JKT48, ramalan yang memperkirakan kejatuhan JKT48 akan terjadi.

Mengapa kejatuhan popularitas JKT48 tidak mustahil untuk terwujud? Meskipun terlihat memiliki banyak penggemar saat ini, boleh dikatakan sangat sedikit penggemar JKT48 yang memang menjadi penggemar karena produk JKT48 itu sendiri. JKT48 berhasil mengorbit karena bekingan AKB48 dan Yasushi Akimoto. JKT48 tampil dengan membawakan lagu Aitakatta dan Heavy Rotation berbahasa Indonesia, yang dengan cepat menarik hati penggemar AKB48.

Sampai saat ini JKT48 masih menjadi cover idol group dari AKB48. Perbedaan terbesar dari proses pembangunan AKB48 adalah bahwa AKB48 dibangun dengan produk orisinal, konsep orisinal, berbeda dengan JKT48 yang dibangun atas bayang-bayang kepopuleran AKB48.

Entah kebetulan atau tidak, kepopuleran SM*SH dan Cherry Belle dibangun atas kepopuleran artis asal Korea yang memang mengandalkan kemampuan bernyanyi dan wajah yang menjual. Disengaja atau tidak, kemunculan JKT48 pun mengekor pola seperti ini, dengan cara yang berbeda.

Sehingga, cepat atau lambat, akan tiba suatu masa ketika JKT48 harus melepaskan diri dari bayang-bayang AKB48, mengembangkan sesuatu yang unik dan bercita rasa Indonesia. JKT48 harus mengembangkan inovasi yang akan menjamin keberlangsungan mereka di Indonesia.

Bila tidak, waralaba 48 hanya akan berakhir sebagai tren musiman belaka di Indonesia, yang lenyap tanpa meninggalkan perkembangan berarti di kebudayaan pop kontemporer Indonesia.

9 KOMENTAR

  1. yah, diharap mereka bisa mempertahankannya, tergantung harapan dan juga usaha. selain itu kita juga harus tidak hanya mengikuti saja, hendaknya juga belajar dan mengembangkan budaya kita dan juga menyebarkannya.

  2. Menurut saya JKT48 bisa bertahan di Industri musik Indonesia dengan kurun waktu yang cukup lama, karena fans tidak mungkin bosan dengan konsep idol group, karena dimungkinkan setiap tahun ada member baru atau yg di sebut kenkyusei /, mungkin juga suatu saat ada yang namanya sub group dari JKT48 . berbeda dngan GB Indo yg menurut saya tidak akan bertahan lama, karena fans mereka akan bosan dengan itu-itu saja dngn tanpan terobosan. Lagipula Akimoto yang kita kenal selalu penuh dengan terobosan dan inovasi ,Dia tidak hanya bikin sister group ,Rival resmi seperti Nogizaka46 pun diciptakannya. Bukan hanya JKT48 yng dapat iklan sebelum debut, ada juga Nogizaka46 . lalu lihat pula Onyako Club yang bertahan cukup lama di dunia hiburann jepang. Akimoto ada di balik itu. Thx

    • Waahhh Tadi’ny mw bilang Serupa namun Beda kyak agan..
      Tapi agan udah mewakili saya..owkow
      Mantep Gann..xd

    • setuju dengan agan Hendro, menurut saya dengan manajemen yang ditangani langsung oleh Mr. Aki P JKT48 akan terus tumbuh dari generasi ke generasi. Dan satu yang perlu menjadi perhatian buat kita-kita bahwa konsep Idol group yang digadang oleh Mr. Aki P mengenal istilah graduate, yaitu buat anggota ato members yang sdh dinyatakan lulus boleh berkaris solo ato melanjutkan karir masing-masing sesuai dengan cita-cita mereka. Nah dengan adanya graduation maka akan muncul lagi generasi2 baru JKT48 yang akan melanjutkan kiprah senior2nya yang sudah graduate. Jadinya ibaratnya jualan, Mr. Aki P ini yang dijual Prosesnya bukan barang yang sudah jadi. setiap fans dapat mengikuti perkembangan idolanya dari yang nari ato nyanyinya gk begitu bagus menjadi perfect, jdi beda sama girlband ato BB yang penggemar hanya bisa melihat idolanya di TIPI, para penggemar/fans idol group dapat mengikuti perkembangan idolanya baik melalui Social Media maupun secara Live di theater mereka. Soal JKT48 yng membawakan lagu2 AKB48 saya rasa itu bukan masalah besar, wajar dong mereka ibarat bayi baru lahir tentunya semua akan mencontoh kakaknya. Sekedar berbagi bahwa dulunya SKE48, HKT dan NMB48 juga kayak gtu waktu pertama dibentuk. Seiring dengan kematangan Olah vokal dan dance maka mreka akan mengeluarkan hits khas mereka sendiri. kepp moving JKT48. Ganbatte Kudasai !!!! ….^_^…

  3. waaa….. analisisnya mantap…!!! tolong dong dibahas tentang fans girlband atau idol grup yang paling banyak di indonesia

  4. keren analisanya! ^^
    btw, sistergroup AKB kan emang di wajibkan menyanyikan kembali lagu AKB sambil menunggu Mr. Akimoto Yasushi menciptakan lagu untuk para sistergroup AKB.

  5. oia gan ..
    jgn lupa dengan konsep Aki_P ..
    tentang Teather ,,,
    yg membuat Member JKT48 bsa lebih dekat dengan pra Fans nya ..
    😀

  6. kalo jkt48 ude masuk tahap pemilu kayak di akb48, maka para fans jkt48 akan makin militan dalam mendukung idola mereka masing-masing… persis kayak kampanye partai, tapi yg ini setahun sekali, hehehe

  7. Saya punya teori.. (teori pribadi yang,, benar atau salahnya mohon maaf sebelumnya)

    Korea itu dulunya kan merupakan jajahan Cina dan jepang (makanya korut kongsinya ma cina), nah, Jepang itu mau diakui atau tidak bangsa yang memiliki ambisi yang sangat besar, apalagi jaman dulu. jadi begitu denger korean wave mulai menerjang dunia, Jepang juga gamau tinggal diam. dilihatlah pangsa pasar yang tinggi itu di daerah asia termasuk Indonesia, apalagi ngeliat mental Org Indonesia yang mental pembeli alias konsumen ketimbang produsen, masuklah c 48 ini ke Indonesia. ada gosip juga katanya 48 ini hasil kerjasama dengan menteri RI. nah,, berhubung konsep girlband mulai menjamur dan cenderung membosankan, 48 memamerkan konsep yang berbeda namun bisa memberi banyak kesempatan buat yang minat. dan 48 ini ga jual mahal (dalam arti serba susah sok jual mahal, sok ngartis yang gabisa ditemui oleh fansnya), beda ma orang korea yang kaya porselen selebnya (dilihat boleh, disentuh jangan). hahaha..

    dan fenomena ini kan sebenernya ga jauh dari marketing atau pemasaran.. di dunia tuh ada 2 cara penjualan.. 1. Jual murah tapi digemari jadi pembelinya juga banyak. ibarat permen. 2. jual mahal n ngesanin eksklusifitas benda. ibarat barang limited edition. dua2nya punya peminat masing2..

    Ada juga makna yang lebiiiiiiiiih dalam lagi,, yaitu sampai sekarang Indonesia maupun Korea masih di bawah jajahan orang jepang.. *ups.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses