Siapapun yang mendengar nama Ghibli umumnya akan ingat Hayao Miyazaki, sutradara yang membesarkan studio ini. Tetapi setelah Kaze Tachinu, film terakhir karya Miyazaki, bagaimana kelanjutan Ghibli?
Berupaya untuk move on dari pengaruh besar Miyazaki dan Takahata Isao, studio Ghibli meluncurkan produksi terbarunya, Omoide no Marnie (judul bahasa Inggris, When Marnie Was There).
Film anime yang diadaptasi dari novel berjudul serupa karya Joan G Robinson, sastrawan Inggris ini menjadi unik karena inilah film pertama Ghibli yang mengangkat adaptasi karya yang sudah ada. Film Ghibli sebelumnya memiliki cerita orisinal.
Proyek ini disutradarai oleh Hiromasa Yonebayashi dan animasinya ditangani oleh Maro, yang memulai debutnya dalam Karigurashi no Arriety (The Borrowers Arriety).
Kisahnya mengenai Anna (disuarakan oleh Takatsuki Sara), gadis 12 tahun yang menghabiskan musim panas bersama Marnie (disuarakan oleh Arimura Kasumi), cewek misterius yang tinggal di dekat rawa.
“Maro mengerjakannya (film ini) dengan penuh niat, ia bilang, ‘Aku tidak mau mendengar orang lain bilang hanya segini saja yang kita bisa tanpa Takahata dan Miyazaki,'” kata Nishimura, produser Ghibli.
Selain karakter utamanya, pemilihan Hokkaido sebagai latar pun memunculkan tantangan tersendiri. Sebelumnya, Hokkaido tidak pernah menjadi latar bagi pembuatan seri animasi Ghibli.
Tipikal lain film Ghibli adalah langit yang biru. “Langit abu-abu (seperti di Hokkaido) menggambarkan latar bagi pemikiran Anna, tetapi juga menantang bagaimana menggambarkan langit yang tidak biru.”
Film Omoide no Marnie akan dirilis di bioskop nasional di Jepang pada 19 Juli 2014. Di Indonesia, belum ada informasi, namun film Ghibli sebelumnya (Kaze Tachinu) telah ditayangkan di bioskop Indonesia pada awal Mei 2014 lalu.
Anda bisa menyaksikan promonya di sini:
KAORI Newsline | sumber