Ah baik. Nah, kalau kita berbicara yang agak serius. Kita boleh berkata lah kalau pak Ustadz ini memiliki metode yang dapat kita katakan sebagai “berbeda” dengan da’i lainnya. Apakah ada oknum yang kurang berkenan dengan metode dakwah Anda?
Kalau ditanya apakah ada, memang ada mas. Ketika kita bikin acara ini pertama kali, komentar dari media sosial, laman Facebook, laman meme–meme atau Instagram dan lainnya itu banyak sekali. Baik dari yang pro maupun dari kontra. Yang kontra ada mulai dari menggunakan kata yang sopan sampai yang tidak sopan. Yang kontra bahkan sampai membawakan dalil ayat dari Al-Quran juga ada. Kalau dari kami pribadi, kami terima sebagai bahan perbaikan bagi kami semua. Kami memang melihat kalau ini sesuatu yang tidak baik, ya kami perbaiki. Kalau kami merasa apa yang mereka sampaikan itu tidak tepat, ya sudah kami terima saja apapun yang mereka sampaikan. Yang terpenting kami fokus untuk mengajak orang-orang lain menjadi lebih baik. Yang orang-orang itu tidak pernah diajak oleh orang-orang lain karena mereka adalah komunitas yang tidak pernah disentuh oleh komunitas-komunitas dakwah.

Iya. Ini dalam konteks yang sama, kita juga melihat bahwa banyak alim ulama itu resah dengan generasi milenial, gen Z, dan sebagainya karena mereka lebih meneladani artis atau tokoh tokoh yang dapat kita bilang kurang pantas lah untuk diteladani. Panjenengan ternyata malah mengambil Naruto yang notabene tokoh fiksi?
Apakah dengan figur Naruto ini bisa memberikan manfaat? Bisa apabila kita tahu bahwa tidak hanya Naruto, dari film apapun kita dapat mengambil hikmah dan manfaat dari apa yang kita lihat. Kenapa saya memilih Naruto karena ada satu bagian khusus dari anime itu mengubah hidup saya seluruhnya. Ada satu episode di Naruto pada saat ujian Chuunin di mana Naruto melawan Neji.
Saya masih ingat betul pada saat itu hidup saya sedang banyak kesedihan. Saya sedang berjuang dengan tugas akhir saat saya masih kuliah dan juga sedang dirundung banyak masalah. Saat itu saya menganggap bahwa Tuhan sedang tidak baik pada saya. Hingga saya menemukan episode Naruto saat ia ujian Chuunin melawan Neji. Saya ingat kalimatnya Naruto pada Neji seperti ini: “Neji, kamu selalu menyalahkan nasib. Kamu selalu menyalahkan takdir sehingga kamu pesimis dalam kehidupanmu. Kamu tahu Neji, jurus kagebunshin-ku ini adalah jurus yang membuatku gagal ujian ninja tiga kali. Tapi karena aku tidak menyerah pada takdirku, aku mencoba mempelajari jurus ini, maka jurus ini yang sekarang mengalahkanmu. Kata siapa kita itu kalah dengan takdir kita. Kalau kau ingin mengubah takdirku maka ubahlah takdirku. Kalau kau sebagai seorang Hyuuga tidak ingin mengubah takdirmu, maka biarkanlah aku jadi Hokage dan akan aku ubah takdir Hyuuga untukmu.”, itulah yang mengubah hidup saya.
Pak Ustadz kan menggunakan pop culture sebagai sarana dakwahnya. Selain anime, apakah pak Ustadz mengikuti bentuk budaya populer yang lain?
Kebetulan, saya ini penggemar film. Tidak hanya Naruto, tokusatsu itu saya juga suka. Maksudnya pribadi itu pengkoleksi film tokusatsu mulai dari zaman Showa hingga Heisei. Samurai Sentai saya juga menonton, Ultraman saya juga menonton. Saya melihat banyak macam film dan saya memang suka. Khususnya teman-teman Jepang itu kreativitasnya luar biasa. Misalnya Bleach. Tidak semua orang bisa mengembangkan konsep shinigami. Jepang memang luar biasa.
Saya bukan cuman suka nonton tokusatsu, samurai sentai, dan anime. Saya juga suka nonton drama Korea. Jadi kalau saya diajak berbicara soal drama Korea atau dunia K-pop saya kurang lebih paham.

Sekarang kita beranjak ke pertanyaan yang agak-agak santai. Sekarang kan pop culture kan menjadi hal yang umum. Nilai-nilai apa yang dapat kita ambil sebagai umat muslim?
Jadi, para ulama terdahulu pernah berkata: ambillah hikmah di manapun dia berada, mohon maaf, sekalipun itu di tempat yang sangat kotor. Kalau kita dapat melihat hikmahnya, ambillah hikmah itu dan jadikan pelajaran hidupmu. Karena, hikmah adalah harta yang paling mahal yang paling sulit dicari kaum muslimin saat ini. Termasuk di kebudayaan pop culture kita bisa melihat para pencipta film, pencipta drama, atau apapun itu yang ketika dia membuat film itu tidak hanya dibuat untuk kesenangan saja. Tetapi ketika dia membuat itu, dia ingin memasukkan ide-idenya, ideologinya, pemikirannya ke dalam karyanya.
Saya yakin para kreator itu berpikir sangat keras dalam menciptakan karyanya. Ketika orang berpikir sangat keras, pasti ada sesuatu yang sangat bermanfaat di dalamnya. Baik itu dari Naruto, Bleach, tokusatsu, atau drama Korea. Kalau kita memperhatikan, ada banyak hikmah yang dapat kita ambil, kpraktikkan, dan implementasi bagi kita manusia Indonesia, bagi kita manusia beragama.
Lalu, maaf kita sedikit personal. Anda kan menonton K-pop, anime dan sebagainya. Bagaimana cara menyeimbangkan antara kehidupan nyata dengan hobi? Apakah ada kiat-kiatnya?
Itu pertanyaan yang sangat bagus. Jadi begini. Tidak ada yang lebih baik dibandingkan mengaji membaca Al Quran. Aktivitas yang terbaik adalah membaca Al Quran. Tidak ada yang bisa mengalahkan aktivitas tersebut. Termasuk ketika saya tahu banyak film dan sebagainya. Sungguh sebenarnya aktivitas itu adalah aktivitas yang saya rutin lakukan sebelum terjun ke dunia dakwah yang seperti ini. Dalam artian jadwal saya belum sepadat sekarang.
Saya dulu masih sempat nonton ini-itu, namun sekarang sudah nggak sempat. Tapi saya tetap mencoba mengikuti informasi terbaru. Misalnya drama Korea yang sekarang lagi tren apa ya? Sinopsinya bagaimana ya? Saya ikuti. Kalau dulu saya rajin nonton yang seperti itu. Tahu isi ceritanya. Tahu tokohnya. Hingga saya dapat mengetahui hikmahnya. Kalau sekarang memang kalau harus mencakup lengkap sudah tidak sanggup karena aktivitasnya sudah padat.
Yang jelas, ngaji dan baca Al Quran itu tidak ada yang bisa mengalahkan. Mempelajari tafsir, mempelajari ilmu Islam tidak bisa dikalahkan. Tapi kita tidak bisa menyingkirkan ilmu-ilmu lain khususnya yang memberi manfaat. Kita buat jadwal supaya dapat menyeimbangkan kehidupan nyata dengan hobi kita agar hidup kita tertata. Dapatnya mungkin sedikit demi sedikit, tetapi itu nanti bagaikan puzzle. Satu persatu bagiannya akan jatuh menutupi lubangnya sehingga bisa disajikan ke orang lain.
Pertanyaan terakhir, sebagai adab dalam menemui ahli ilmu, pak Ustadz bisakah memberi nasihat kepada para pembaca kami?
Begini. Sibuklah menjadi orang yang jujur melihat diri sendiri. Yang tahu bahwa kita banyak kekurangan, yang sadar bahwa kita banyak kelemahan, yang mau mengakui bahwa kita ini masih banyak dosanya. Kalau sibuk seperti itu maka kita tidak akan pernah sibuk untuk melihat kekurangan orang lain. Barangsiapa dia sibuk melihat kekurangan diri sendiri, maka dia akan sibuk memperbaiki diri sendiri. Dan barangsiapa yang sibuk memperbaiki diri sendiri, maka dia sedang sibuk meningkatkan kualitas taraf hidupnya sendiri.
Alhamdulillah kita sudah di penghujung sesi wawancara ini. Terima kasih atas waktunya. Terima kasih atas nasehat-nasehatnya. Kami dari KAORI Nusantara mengucapkan terima kasih. Assalamuaalaikum wr. Wb.
Kewreennn…..smoga tambah berkah ustdz..terharu ane bacanya min :’)