Beberapa waktu lalu, salah satu staf KAORI sempat menemui seorang figur yang menarik. Ia adalah Marzuki Imron atau yang akrab disapa sebagai Ustadz Naruto. Beliau adalah seorang da’i, namun beliau memiliki karakteristik yang menarik, di mana dalam menyampaikan ceramahnya ia bercosplay menjadi Naruto dan sering kali mengambil contoh-contoh dari cerita animenya maupun ranah pop culture lainnya. Selain itu, ia juga tergabung dalam kelompok Superhero Beramal di mana mereka melakukan kegiatan bakti sosial melalui hobi cosplay.
Penasaran dengan sosoknya? Berikut petikan wawancara kami bersama Ustadz Naruto.
Assalamualaikum, saya dari KAORI Nusantara. Nama saya Naufal Bayuaji Pawenang. Kontributor Newsline untuk DAOP 8. Saat ini saya sedang bertemu dengan salah satu ustadz yang cukup menarik karena beliau menggunakan personifikasi tokoh populer dari majalah komik Weekly Shonen Jump yaitu sang Hokage Uzumaki Naruto. Nah, bisa kita perkenalan dahulu pak Ustadz?
Bismillahirohmanirahim, Assalamualaikum wr. Wb. Nama saya Marzuki Imron, teman-teman di Surabaya ini banyak yang memanggil saya Ustadz Naruto karena banyak ceramah-ceramah banyak menggunakan contoh dari anime Naruto.
Anda menggunakan tema Naruto sebagai sarana dakwah. Menurut sepengetahuan saya, komik Shonen Jump itu ada Naruto, Bleach, One Piece dan Dragon Ball. Kenapa kok menggunakan Naruto sebagai contoh?
Saya sebenarnya juga penggemar Bleach dan Dragon Ball. Saya nonton semuanya. Untuk One Piece kalau dibilang sebagai penggemar tidak, namun saya tetap menonton. Kenapa saya menjatuhkan pilihan ke Naruto karena memang ada beberapa episode Naruto, khususnya episode awal itu telah mengubah hidup saya. Ada banyak sekali pelajaran-pelajaran moral yang ada di dalam anime Naruto. Kalau disampaikan ke masyarakat luas sebenarnya anime itu tidak hanya fun fun saja tapi juga ada pelajaran dan hikmah berharga yang kita bisa tiru dalam kehidupan sehari-hari.

Ini, seperti yang barusan, pak Ustadz berdakwah dengan mereferensikan pop culture seperti itu. Kenapa ya Anda menggunakan referensi seperti itu?
Jadi, asal mulanya itu saya memang tidak ada pikiran bahwa “ooh saya akan menggunakan metode ini,” tidak. Memang itu mengalir. Ketika saya menyampaikan sesuatu tiba-tiba memberikan contoh yang bisa dipahami oleh anak muda pada zamannya. Melihat anak zaman muda ini hal yang mereka gampang mengerti adalah pop culture, entah itu anime Jepang, entah itu drama Korea, entah itu drama Taiwan dan sebagainya. Yang saya pahami anak muda zaman ini dia lebih mudah menerima sesuatu kalau kita menggunakan bahasa mereka. Bahasa milenial, bahasa familiar untuk mereka. Makanya, saya ambil contoh-contoh tersebut. Contoh contoh pop culture. dan itu juga ternyata, bagi saya seorang umat Islam yang mengikuti Nabi Muhammad SAW, itu ternyata juga dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Bahwa Beliau sendiri berkata “bicaralah dengan bahasa kaummu.” Kalau kaummu itu kaum-kaum milenial yang menggunakan bahasa anime, bicaralah dengan bahasa anime. Kalau kaummu kaum-kaum menggunakan bahasa Mobile Legends ya kita pakai bahasa Mobile Legends, itu sih yang saya pelajari dulu.
Sekarang kita kembali ke Naruto, nggih. Menurut Anda, sejak tahun 2012 Anda menjadi “Ustadz Naruto.” Aslinya kenapa ya?
Nah begini. Jadi saya tidak pernah mengklaim bahwa diri saya “Ustadz Naruto”, tidak pernah. Itu ceritanya, saya lagi ceramah di PENS (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya). Ketika saya ceramah di sana, saya bawa jaket Naruto. Sebenarnya tidak ada alasan apa-apa saya mengenakan jaket tersebut. Memang saya pecinta kartun Naruto yang di mana-mana saya kenakan jaket itu. Sejak saat itu setiap kali bertemu teman-teman di PENS mereka menyebut saya Ustadz Naruto. Apalagi kalau saya ngomong sedikit-sedikit saya bawa contoh Naruto. Jadi, dari omongan dan kostum akhirnya mereka menyimpulkan “Oooh orang ini benar disebut Ustadz Naruto”. Jadi itu mereka yang menggelari saya Ustadz Naruto.


Oh menarik sekali. Lalu, sepengetahuan saya Anda ini sepertinya menjadi tokoh penting di dalam kelompok Superhero Beramal. Bisa diceritakan tentang organisasinya?
Jadi begini, saya awal mulanya berdakwah dalam artian secara pribadi. Artinya saya berdakwah dengan cara saya sendiri yang semoga bisa diterima oleh orang. Nah, sedangkan teman-teman Superhero Beramal ini adalah teman-teman yang istilahnya mencintai dunia pop culture khususnya Costum Player, entah itu dari anime, film-film pop culture lainnya seperti Marvel atau DC dan sebagainya. Tiga tahun yang lalu mereka berpikir bahwa “kalau hobi kita ini bukan ingin jadi sekedar hobi, tetapi untuk sesuatu yang bermanfaat”. Maka mereka mendirikan komunitas Superhero Beramal, yang acaranya mereka mengenakan kostum cosplay, sambil bikin acara mengumpulkan donasi. Mereka juga membuat bakti sosial yang hasilnya itu nanti akan diberikan ke orang yang membutuhkan.
Jadi asal mulanya Superhero Beramal itu jalan sendiri dan saya juga jalan sendiri. Hingga akhirnya kita ketemu, sama-sama saling tertarik, dan memiliki satu visi bahwa kita sama-sama pecinta pop culture, bagaimana kalau kita membuat kajian, sharing, atau diskusi yang berhubungan dengan pop culture. Yang datang boleh siapapun yang intinya mereka mau belajar dari apapun. Tidak harus dari ilmu-ilmu yang biasa dipelajari oleh yang ngaji, tapi juga film-film yang mungkin tidak semua orang paham.
Kewreennn…..smoga tambah berkah ustdz..terharu ane bacanya min :’)