Comic Market 104 (Comiket 104) kembali sukses digelar. Suhu panas, peningkatan minat partisipan dari luar negeri pasca pandemi membuat perhelatan Comiket pasca pandemi cukup berbeda dibandingkan sebelum pandemi, namun tetap menghadirkan kemeriahan yang sama seperti sebelum pandemi.
KAORI Nusantara berkesempatan untuk berdiskusi dengan Kouichi Ichikawa (市川孝一), Co-Representative dari Comic Market Commitee.
Wawancara telah melalui pengeditan tanpa mengurangi makna aslinya.
KAORI: Terima kasih telah meluangkan waktu bersama kami dan selamat atas kesuksesan Comiket 104. Ada banyak sekali hal yang sudah berubah sejak pandemi, misalnya kini masuk Comiket harus bertiket. Kami juga melihat adanya penurunan partisipan dibandingkan sebelum pandemi. Tetapi juga ada peningkatan partisipan dari luar negeri. Bagaimana pandangan Anda mengenai hal ini?
Ichikawa: Terima kasih. Memang dibandingkan sebelum pandemi, ada penurunan. Dulu Comiket diselenggarakan tiga hari, sekarang hanya dua hari. Partisipan biasa pun akhirnya sedikit menurun. Tetapi perlahan-lahan semakin membaik.
Mengenai Comiket yang berbayar, kami melakukannya saat Olimpiade. Hal ini dikarenakan Tokyo Big Sight saat itu sedang direnovasi untuk Olimpiade, biayanya cukup tinggi, venue-nya terpisah (di Aomi), dan saat pandemi, ada beberapa aturan yang harus diikuti. Kami harus membatasi jumlah pengunjung, maka tiket masuknya jadi berbayar.
Kami juga menjual tiket berbayar early entry dengan harga berbeda. Ada beberapa hal positif dari sini, di antaranya “pendatang baru” kini sudah benar-benar menghilang. Mereka dulu datang naik kereta paling pagi dan berkumpul beberapa jam sebelum venue dibuka. Ini dulunya jadi masalah karena harus ada upaya untuk menangani mereka. Setelah bertiket, semuanya hilang.
KAORI: Jadi tidak ada Tetsuyagumi?
Kami menyebutnya late-night arrivals, bukan pendatang pagi.
KAORI: Saat ini circle bisa memesan dua meja sekaligus. Apa alasannya?
Setelah Covid, jumlah circle berkurang, kami harus mengakomodasi hal tersebut. Jadi, sekarang circle bisa memilih, misal mereka punya dua barang dengan genre berbeda. Mereka bisa pilih, mau buka di dua hari yang berbeda tetapi satu meja, atau mau buka di hari yang sama tetapi mejanya bersebelahan.
KAORI: Beberapa waktu lalu sempat ada tulisan yang menyebutkan penurunan partisipan dari kalangan fujoshi dan orang yang memilih ikut acara Only-event saja. Tak hanya itu, persaingan dengan platform digital juga semakin ketat. Mengapa bisa terjadi hal demikian?
Trend ini sudah dimulai sebelum pandemi. Saat ini durasi anime semakin pendek, tinggal 12-13 episode. Comiket hanya dibuat 2 kali setahun pas Agustus dan Desember. Tetapi musim anime ada 4 kali setahun. Circle yang membuat karya terkadang tidak bisa mengepaskan waktu dengan dengan Comiket. Makanya beberapa orang memilih untuk ikut ke acara “only event”. Mengenai masalah turunnya partisipasi fujoshi, hal ini juga tidak bisa dihindari karena harinya Comiket berkurang, dan ada penurunan secara umum dari jumlah partisipan dan circle.
KAORI: di Indonesia, acara pasar komik identik dengan jualan gantungan kunci dan merchandise. Pun di acara tersebut, harus ada acara sampingan seperti pengisi suara atau konser. Mengapa Comiket tetap sukses hanya dengan menjadi acara pasar komik saja?
Di Jepang, budaya doujinshi sangat besar. Orang yang mau membuat doujinshi, di Jepang mencetak sangatlah mudah. Sangat mudah mencetak dalam jumlah kecil dan ada banyak percetakan, di mana hal ini sulit dan mahal dilakukan di negara lain. Mau menjual barang di Comiket, fasilitas logistik pun juga tersedia sangat mudah. Doujinshi mereka dikirim dari percetakan ke Comiket sampai ke booth, kemudian selesai event dikirim kembali dari event.
Sebelum Comiket ada, infrastruktur untuk mendukung percetakan ini sudah ada sejak 1975. Jauh lebih lama sebelum Comiket itu sendiri ada. Bahkan, dalam sejarah Jepang, orang Jepang sudah dekat dengan budaya menerbitkan buku. Sejak zaman Edo, orang Jepang sudah membuat ukiyo-e dan menerbitkan buku sendiri. Pada tahun 1970-an, orang pun sudah membuat fanzine sendiri. Jadi orang membuat majalah isinya beberapa komik buatan sendiri, kemudian diterbitkan dan dijual secara indie.
KAORI: Kami melihat Comiket mengajak orang untuk memilih dalam pemilu. Kami juga memahami bahwa ada beberapa kasus yang mungkin berdampak bagi kebebasan dalam mengekspresikan diri (mis. insiden kartu kredit dsb).
Sebenarnya tidak hanya Comiket, acara-acara lain seperti Comitia dsb, setiap ada pemilu, kami semua selalu mengajak semua orang untuk memilih. Partisipasi anak muda Jepang dalam pemilu sangat rendah jadi kami juga mengingatkan kepada semua orang untuk menggunakan hak pilihnya.
Dari segi politik, kami melihat saat ini lebih mudah. Dulu saat kami pergi ke instansi terkait, ke politikus di parlemen, kami harus menjelaskan apa itu doujinshi, apa itu comic market dari nol. Sekarang banyak regenerasi, politikus dari generasi muda pun ada, yang mengerti apa itu manga. Ada pula anggota parlemen yang dulunya mangaka (Ken Akamatsu – Red) jadi sangat membantu. Jadi kalau kami ngobrol sama para politikus sekarang, mereka 50% sudah paham.
Memang terkadang ada hal-hal yang tidak berjalan baik, tetapi secara umum ke depan kami melihat doujinshi culture semakin diterima secara positif.
KAORI: Saat ini cuaca di musim panas saat Comiket sangat panas dan kita tidak bisa menafikan adanya dampak pemanasan global. Apa pendapat Anda?
Kami paham sekali bahwa memang mencetak doujinshi itu membutuhkan bahan baku, membutuhkan kertas. Kami tidak bisa mengontrol efek pemanasan global yang terjadi di seluruh dunia, tetapi kami melakukan bagian kami. Mulai Comiket ini, kami mendonasikan pula kepada organisasi yang beraktivitas di penanaman pohon di hutan.
KAORI: Cukup banyak partisipan yang pingsan saat cuaca panas ini. Apa yang dilakukan tim untuk mengantisipasi hal tersebut?
Kami selalu mengingatkan kepada semua orang untuk selalu melakukan persiapan. Tidak boleh meremehkan cuaca panas. Dari segi venue, kami telah melakukan rekayasa juga sehingga pendingin udara bisa lebih terasa maksimal. Di beberapa titik di Tokyo Big Sight, pendingin udaranya bekerja dengan baik. Di Comiket ini, kami menggandeng perusahaan Otsuka. Di sana, partisipan bisa mendapatkan air minum, selain membelinya di vending machine yang tersedia di beberapa titik di dalam. Petugas paramedis pun tersedia di banyak titik. Ketika ada yang membutuhkan bantuan, kami segera datang dan membawa mereka ke pos kesehatan.
KAORI: Apa pesan Anda bagi orang yang akan datang ke Comiket, khususnya dari pembaca KAORI?
Untuk semua yang mau datang, ayo datang. Meski kita berbicara bahasa yang berbeda, kita adalah otaku. Semua membaca doujinshi, kita bisa bertemu nakama (teman) yang memiliki hobi atau minat yang sama, tidak ada pengunjung di Comiket tetapi semuanya partisipan. Jadi, ayo datang ke Comiket.
KAORI Newsline | oleh Kevin W