M Razif Dwi Kurniawan – The Indonesian Anime Times

Hubungan saya dengan Sword Art Online bersifat sangat sentimental. Bagaimana tidak, betapapun saya sangat membenci peran Kirito di cerita SAO (padahal dulu beliau ini sangat saya puja-puja bak pahlawan, kalau diingat-ingat jijik juga rasanya haha), pada akhirnya inilah anime yang membuat saya menjadi wibu yang kaffah.
Saya masih ingat waktu SMA tahun 2012 saudara saya sendirilah yang menyarankan saya untuk menonton anime ini. Saya awalnya enggan-engganan, karena ketika itu sumber hiburan saya masih terbatas pada film-film barat ataupun buku bacaan. Namun si saudara ini malah dengan rela meminjamkan laptopnya yang sudah diisi dengan anime tersebut. Merasa tidak enakan, saya akhirnya tonton juga dengan setengah terpaksa. Tahu-tahu, saya sudah sampai di adegan Kirito dan kawan-kawan, dengan karakter ALO-nya, terbang menuju new Aincrad yang sudah dibangun untuk ditaklukkan kembali di ALO.
12 tahun kemudian, saya tidak pernah absen menonton anime setiap musimnya. Selemah-lemah tingkat kewibuan saya, setidaknya 5 judul anime pasti saya ikuti dari episode pertama hingga terakhir. Begitulah besarnya peran anime ini dalam merubah jalan hidup saya.
Sejak anime musim pertamanya tamat, saya berusaha untuk mencari-cari sumber cerita lain dari SAO. Novel terjemahan penggemar salah satunya. Saya ingat dulu sempat aktif mengikuti Defan752 dan Tap-trans, dua orang yang sangat berjasa menerjemahkan setiap chapter SAO ke Bahasa Inggris, sampai kemudian proyek itu hiatus karena SAO sudah diterbitkan oleh Yen Press. Diingat-ingat, lucu juga sekarang karena novel SAO sendiri sudah terbit di Indonesia oleh Clover, kalau ingatan saya benar, sudah sampai Mother Rosario. Bahkan komik cerita Ordinal Scale juga sudah terbit di sini.
Hari-hari saya dihabiskan dengan mengikuti SAO. Ketika musim kedua tayang di 2014, saya bahkan tidak menunggu sampai di kampung untuk menonton episode perdananya, di Bandara saya sikat tonton saja. Betapa berdecak kagum diri ini melihat Kirito menggunakan kemampuan pedangnya untuk menebas peluru-peluru virtual dari Sinon. Padahal di dunia nyata, orang ini masih kalah main Kendo dengan adiknya Suguha.
Belum lagi dengan Arc Alicization. Sebelum animenya tayang, saya masih tidak percaya bahwa cerita sepanjang itu bisa tercakup ke dalam anime, sebab di novelnya sendiri sampai memakan 9 volume. Dan kenyataannya pada 2018, semua cerita Alicization dari ketika Kirito “disuntik” oleh anggota Laughing Coffin sampai ketika Kirito dan Asuna -yang terjebak dalam Accelerated World- bangun lagi, benar-benar ada di anime sampai akhir. 47 episode, bayangkan! Sudah mulai mirip-mirip seperti sinetron Para Pencari Tuhan yang bermusim-musim itu.
Sekarang di 2024, tidak disangka bahwa tanggal di mana SAO ditamatkan akan tiba di 7 November 2024. Mungkin Kawahara Reki tidak menyangka bahwa tanggal yang ia atur di cerita ini benar-benar akan datang di masa hidupnya, sebagaimana prediksinya yang terlalu jauh mengira bahwa Nerve Gear sudah ada di 2024. Iphone 16 saja baru mau keluar, itupun masih belum bisa dijual di Indonesia (hehe).
Saya sendiri juga tidak menyangka bisa sampai di hari yang sama dengan momen Kirito, Asuna dan Kayaba Akihiko berbicara di cakrawala Aincrad itu. Walaupun saya sangat merasa cringe mengingat adegan itu, menonton ulang adegan itu selalu membangkitkan kesan nostalgia yang kuat. Ianya tidak indah, tapi maknanya dalam di ingatan saya.
Menonton (dan membaca) SAO sudah seperti membaca sebuah karya sastra klasik. Ianya merupakan kisah bagus, namun hanya pada masanya saja. Kalau dibaca sekarang ya kurang lebih seperti membaca sebuah cerita cringe tentang si lelaki overpowered di dunia maya, tidak ada indah-indahnya. Namun kisah tidak indah inilah yang sudah merubah saya, dan jutaan orang lain di dunia, menjadi wibu. Dan selamanya SAO akan menjadi ingatan kolektif saya di masa-masa SMA hingga kuliah.
Kalau kemudian anime musim keempatnya akan tayang, sudah pasti akan saya tonton. Bukan karena saya sangat suka ceritanya, tapi lebih karena sudah terlanjur basah, ya sudahlah, mandi saja sekalian.
Artikel ini berlanjut ke halaman selanjutnya.