Isu lama soal persepsi anime di dunia barat kembali mencuat. Marisa Balkus, produser berpengalaman yang pernah terlibat dalam proyek seperti Devil May Cry dan Arcane, menyatakan bahwa masih banyak eksekutif di industri perfilman Hollywood masih menganggap anime sebagai sesuatu yang “aneh” atau bahkan “YA BEGITULAH”.
Anime Dianggap Terlalu “Aneh”
Menurut Balkus, masih ada generasi di Hollywood yang belum bisa menerima keunikan estetika anime. Mulai dari mata besar, gaya animasi yang dramatis, hingga perubahan emosi karakter yang mendadak, semua itu dianggap tidak cocok untuk standar produksi barat. Hal ini membuat banyak anime yang bernilai seni tinggi jadi kesulitan mendapat panggung lebih luas karena dicap terlalu “nyeleneh”.
Salah Kaprah Soal Genre
Satu hal lain yang disoroti adalah sempitnya pemahaman para profesional di Hollywood mengenai jenis-jenis anime. Banyak dari mereka hanya mengenal genre shonen populer seperti Naruto, Dragon Ball, dan One Piece, tanpa tahu bahwa anime juga mencakup drama emosional, horor psikologis, hingga cerita kehidupan sehari-hari yang menyentuh.
Dampak ke Industri Global
Pandangan sempit tentang anime di mata Hollywood bukan cuma masalah citra. Ia berdampak langsung ke proses distribusi, pendanaan, hingga adaptasi. Jika anime terus direduksi hanya sebagai hiburan remaja penuh fetis, banyak kisah brilian yang akan tertahan dan gagal menjangkau pasar global.
Saatnya Berubah
Balkus menegaskan bahwa anime bukanlah genre, melainkan sebuah medium bercerita yang tak kalah kaya dari film atau serial barat. Perubahan cara pandang, katanya, bisa dimulai dengan membuka diri dan melihat anime sebagai cerita yang layak dinikmati siapa saja, tanpa prasangka.
KAORI Newsline | Sumber