Memasuki 2016, studio animasi Kyoto Animation kali ini menyajikan adaptasi novel ringan. Ditulis oleh Sōichirō Hatano dan diilustrasikan oleh Shirabi, Musaigen no Phantom World (Myriad Colors Phantom World) ikut disebut dalam kategori novel acara penghargaan Kyoto Animation Award pada 2013. Adaptasi anime berjudul sama ini digawangi oleh nama-nama kawakan KyoAni dengan Tatsuya Ishihara sebagai sutradara (Chuunibyou demo koi ga shitai, Clannad, dan Haruhi Suzumiya), skrip oleh Fumihiko Shimo (Amagi Brilliant Park, Full Metal Panic? Fumoffu, Mikakunin de Shinkoukei), dan Kazumi Ikeda (Chuunibyou demo koi ga shitai, Clannad, Kanon) sebagai pendesain karakter dan pengarah animasi.
Musaigen no Phantom World berlatar dunia di mana suatu kecelakaan biologis telah membuat semua orang mampu melihat makhluk halus yang disebut “phantom”, dan anak-anak yang lahir sesudahnya memiliki kekuatan ajaib. Haruhiko dan kakak kelasnya, Mai, adalah siswa sekolah yang memiliki kekuatan seperti itu. Kegiatan ekstrakurikuler mereka adalah menggunakan kekuatan mereka untuk melawan phantom yang mengganggu manusia untuk mendapatkan tambahan uang saku. Namun rekam jejak mereka dalam memburu phantom tidak terlalu bagus, sehingga Haruhiko mencari anggota tambahan agar tim mereka lebih efektif.
Episode-episode Musaigen no Phantom World menyelipkan materi-materi yang cukup berat (sejumlah topik-topik sains dan filsafat masuk sebagai penjelasan atau materi sela), cerita yang cukup ringan dengan narasi yang berputar di sekitar karakter-karakter utama, kehidupan di sekitar mereka, dan phantom, serta tentunya hal-hal yang disukai oleh otaku, kemudian diakhiri dengan narasi besar di mana Haruhiko cs melawan phantom yang bermutasi.
Seperti yang pernah ditulis sebelumnya, narasi-narasi dalam Musaigen no Phantom World disajikan dalam kemasan yang mudah diterima dan beresonansi dengan pemirsanya. Penonton tidak akan terlalu kesulitan beradaptasi ketika muncul berbagai macam karakter dengan petualangan-petualangannya sendiri. Bahkan setiap episode seolah merupakan satu “arc” yang bisa dinikmati sendiri tanpa harus menonton episode sebelumnya atau selanjutnya. Singkat kata, mungkin saja menonton episode 8 (tentang onsen) tanpa perlu menonton episode 7, 6, atau 5. Ketiadaan narasi besar bisa dilihat sebagai sebuah kekuatan. Narasi-narasi keseharian yang terasa banal (dengan celetukan, “ah school life lagi, ah laki-laki dikelilingi cewek-cewek lagi) tersebut diangkat dengan semacam petualangan kecil mereka dalam setiap episode, ketika mereka melawan berbagai macam phantom.
Di sisi lain, Musaigen no Phantom World menyajikan dasar (atau bangunan teori) yang bisa dicerna tanpa harus terlalu banyak berpikir. Detail teknis ini menjadi menarik karena meski hanya muncul sebentar (baik sebagai celotehan Haruhiko atau dijelaskan dalam satu segmen pendek), berfungsi memperkuat bangunan petualangan yang telah disajikan. Petualangan Haruhiko cs melawan (atau berdamai) dengan phantom berjalan sesuai dengan dasar tersebut. Pada episode 7, prinsip kucing Schrödinger tidak hanya sebatas berhenti sebagai penjelasan random tapi ikut ambil bagian dalam dunia kucing dan rasa galau phantom berwujud kucing tersebut. Pemirsa tidak hanya menikmati petualangan, namun ikut berpikir mengikuti bangunan teori tersebut, tanpa sadar.
Untuk menjadikan Musaigen no Phantom World diikuti oleh orang tentunya tidak cukup hanya sekadar mengandalkan narasi yang mudah dinikmati dan teori yang ikut mendukung. Dalam beberapa hal, Musaigen no Phantom World bisa dikatakan adalah anime yang didesain untuk dikonsumsi oleh otaku. Bila rekan saya Halimun sudah menelanjangi multiple frame dan referensi dalam anime ini, maka ada beberapa hal (yang bila memungkinkan, akan dibahas dalam artikel tersendiri) yang bisa dijadikan contoh. Misalnya, penggambaran bra Mai yang disinyalir lepas (episode 1) adalah detail yang sangat disukai oleh otaku. Mereka tidak mengonsumsi semata narasi pada episode 1, tapi juga menikmati hal-hal kecil seperti ini. Desain karakter Mai yang atraktif pun, sesungguhnya adalah akumulasi dari unsur-unsur yang digemari oleh otaku setidaknya dalam lima tahun terakhir. Dada yang besar, rambut pirang, atletis, dan tentunya punya kepribadian demikian, mengutip Azuma, adalah elemen-elemen moe (moe youso) dan merupakan karakter yang didesain agar produk tersebut laku di pasaran. Hal lain yang patut dipikirkan adalah tidak mudah menciptakan fanservice: fanservice dalam anime ini meski terang-terangan, tapi berpartisipasi dalam membangun cerita dan justru menjadi semacam bumbu penyedap dalam menonton; walau sebenarnya bisa saja diteliti secara kuantitatif seberapa banyak sesungguhnya fanservice dalam anime ini ataukah itu hanya opini dan penghakiman dari orang yang menonton episode perdananya saja.
Anime ini diakhiri dengan cerita yang entah mengapa, terasa seperti episode lain super sentai: lima pembela kebenaran melawan satu musuh. Walau demikian, dua episode terakhir anime ini juga menarik diperhatikan karena berbeda dengan Bokumachi, episode ini tidak menutup Musaigen no Phantom World. Ia dikemas sebagaimana sepuluh episode lain sebelumnya dikemas: bangunan cerita yang bisa berdiri sendiri. Untuk mengatakan “ending Musaigen no Phantom World terlihat gaje” tentunya bukan hal yang tepat bila memerhatikan hal tersebut. Walau demikian, bukan berarti narasi besarnya tetap statis: sesungguhnya ada perkembangan baik hubungan Haruhiko dengan Mai, Koito dengan lingkungannya, atau Kurumi dengan konflik batinnya. Hanya saja sebagaimana anime-anime masa kini tidak terlalu mengetengahkan narasi besar sebagai pembangun cerita, hal ini tidak bisa langsung terlihat kasat mata selugas hubungan Satoru dan Kayo dalam Boku Dake ga Inai Machi.
Musaigen no Phantom World adalah hasil “eksperimen” lain dari Kyoto Animation: setelah school life habis-habisan dengan Clannad, olahraga dan persahabatan dengan Free!, atau manajemen dan humor dalam Amagi Briliant Park (khusus Amagi, mungkin bisa membuat Hotman Paris tertawa), kali ini bisa jadi Kyoto Animation mencoba menyajikan anime all-rounder: mengemas cerita dengan dasar teori yang mendalam dalam kemasan yang ringan namun bisa sekaligus diterima dan disukai oleh target penontonnya: otaku.
Suka tidak suka, melihat Musaigen no Phantom World tidak bisa disamakan sebagaimana melihat anime konvensional yang umumnya plot-oriented. Berbagai detail-detail kecil yang dinikmati (atau, atau kemudian dicela) oleh otaku tersebut justru patut dipikirkan dan diapresiasi setelah dilihat senikmat-nikmatnya. Seperti slogan Ig Nobel tempat di mana penemuan-penemuan konyol ditertawakan (lalu dipikirkan dalam-dalam): honor achievements that first make people laugh, and then make them think.
Positif
- Eksekusi tiga komponen utama (narasi personal, fetish-fetish yang disukai otaku, dan bangunan teori) yang disajikan lumayan menarik. Tidak mudah mengemas bangunan teori dalam bentuk yang bisa dinikmati secara kasual.
- Cerita di setiap episode yang berdiri sendiri dan hidup sembari tetap berkontribusi pada narasi besar dalam seri anime ini.
Negatif
- Banyak elemen-elemen yang tidak bisa terlalu dinikmati oleh penonton casual; anime ini, suka tidak suka, tersirat atau tersurat, ditujukan untuk otaku.
Yang Disayangkan
- Banyak otaku in denial yang tidak bisa sepenuhnya mengapresiasi detail-detail yang hendak disajikan dalam Musaigen no Phantom World.
Bacaan lebih lanjut
Azuma, H., E. Abel, J., & Kouno, S. (2009). Otaku : Japan’s database animals (Vol. 1). Minneapolis: University of Minnesota Press. http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Muhammad, Halimun (2016). Anime Review: Myriad Colors Phantom World. The Indonesian Anime Times by KAORI Nusantara, https://www.kaorinusantara.or.id/english/1505/anime-review-myriad-colors-phantom-world/
KAORI Nusantara | oleh Kevin W | penulis saat ini sedang menyiapkan penelitian mengenai representasi konsumsi dan produksi otaku dalam novel ringan Saenai Heroine no Sodatekata.
Judul Lain | Myriad Colors Phantom World |
Karya Asli | Novel ringan karya Sōichirō Hatano dengan ilustasi oleh Shirabi |
Pengisi Suara | Hiro Shimono sebagai Haruhiko Ichijo Sumire Uesaka sebagai Mai Kawakami Saori Hayami sebagai Reina Izumi Maaya Uchida sebagai Koito Minase Azusa Tadokoro sebagai Ruru Kikuko Inoue sebagai Arisu Himeno |
Sutradara | Tatsuya Ishihara (Chūnibyō Demo Koi ga Shitai, Haruhi Suzumiya) |
Penulis Skenario | Fumihiko Shimo (Amagi Brilliant Park, Full Metal Panic? Fumoffu, Mikakunin de Shinkōkei) |
Desain Karakter/Chief Animation Director | Kazumi Ikeda (Chūnibyō Demo Koi ga Shitai, Clannad, Kanon) |
Lagu Pembuka | Naked Dive oleh Screen Mode |
Lagu Penutup | Junshin Always oleh Azusa Tadokoro |
Studio | Kyoto Animation |
Situs resmi | http://phantom-world.com |
https://twitter.com/anime_PW | |
Mulai tayang pada | 6 Januari 2016, 22.00 WIB |
Halo saya baru disini dan saya ingin bertanya beberapa hal tentang hal yang menurut saya masih membingungkan di review ini:
“Episode-episode Musaigen no Phantom World menyelipkan materi-materi yang cukup berat”, dan
“Untuk menjadikan Musaigen no Phantom World diikuti oleh orang tentunya tidak cukup hanya sekadar mengandalkan narasi yang mudah dinikmati dan teori yang ikut mendukung.”
tentunya anime seperti musaigen menjadi ribet dan aneh karena masuknya teori-teori yang bikin banyak orang sulit untuk menikmati anime ini. Tetapi anda bilang bahwa teori didalam musaigen ikut mendukung alur cerita, yang menurut saya cerita dalam musaigen itu terlalu episodik untuk dijadikan sebuah narasi yang bersambung tiap episodenya.
Ada beberapa poin yang hendaknya dicermati:
– Untuk bisa menikmati Musaigen no Phantom World sebenarnya tidak perlu memahami bangunan teori yang disampaikan, anime ini bisa ditonton apa adanya walau akan lebih baik jika memahami teori yang disampaikan. Sejumlah rekan akademisi yang menonton anime ini pun juga kaget karena ada beberapa teori yang biasanya hanya keluar saat mengambil S2.
– Model episode yang “discontinuos” alias tidak terlalu nyambung dari satu episode ke episode lain sebaiknya tidak dipandang sebagai sebuah masalah: secara kasar, bayangkan menonton Musaigen no Phantom World seperti menonton Doraemon (walau sebenarnya secara tersirat / tak kasat mata, ada kemajuan dalam hubungan antar karakter sepanjang anime ini). Bisa dilihat dari pengembangan karakter Koito Minase misalnya.
– Dengan desain-desain seperti itu, tentunya kurang pas jika memperlakukan anime ini sebagaimana memperlakukan Boku dake ga inai machi (yang jelas terlihat pengembangan plotnya, meski jimplang dan banyak masalah)
Semoga bermanfaat,