
Boku Dake ga Inai Machi (Bokumachi) menceritakan tentang Satoru Fujinuma, seorang mangaka kurang terkenal yang memiliki sifat tertutup dan cenderung menjaga jarak terhadap orang lain. Meski begitu, ia memiliki kekuatan supranatural berupa kemampuan untuk mencegah kematian orang lain dengan melompati waktu. Di Jepang, manga Boku Dake ga Inai Machi sukses masuk ke dalam finalis penghargaan tahunan manga Taishou di tahun 2014 dan 2015 untuk kategori manga pendatang baru.
Masuk ke dalam anime yang dihelat sebagai “kuda hitam” (setidaknya di beberapa situs dan di segelintir media sosial), Boku Dake ga Inai Machi seolah dipersepsikan akan memberi narasi yang berbeda dari anime-anime saat ini yang cenderung tidak terlalu mengkhawatirkan narasi. Dunia berputar di sekeliling Satoru, penonton diajak untuk menyelami bagaimana Satoru terjebak dalam kasus-kasus kriminal di sekelilingnya (ingat Antasari Azhar?), kemudian penonton diajak untuk menikmati emosi Satoru, serta melihat apa inti dari “percaya” yang sesungguhnya.
Meski pihak redaksi telah berusaha sebaik mungkin dalam melakukan proses editing, ulasan ini mengandung spoiler maupun detail yang dapat memengaruhi pengetahuan seseorang akan jalan cerita anime ini secara signifikan. Bacalah dengan kehati-hatian.
Premis “percaya” dan “yakin” adalah premis yang berputar, setidaknya di paruh pertama anime ini. Satoru percaya bahwa dirinya tidak percaya, percaya bahwa Airi, teman kerja paruh waktunya, memiliki niat yang tulus untuk membantunya, dan percaya bahwa Kayo, teman sekelas Satoru yang menjadi korban kekerasan oleh keluarganya, bisa hidup dengan bahagia. Bahkan Satoru percaya bahwa ia bisa bergantung dengan pak guru tempatnya menaruh harapan. Di sisi lain, Satoru adalah seorang penyendiri; sepanjang cerita manuvernya menyelamatkan Kayo (dan orang lain) adalah tindakan yang dilakukannya sendiri dan bila saja Satoru tidak dihalangi oleh teman dan ibunya sendiri, mungkin Satoru sudah bertindak irasional.
Perhitungan Satoru dalam mencegah kematian teman-temannya tentu disadari oleh pak guru. Seketika premis cerita yang tadinya merupakan rasa “percaya” dan “yakin” berubah total. Mendadak Akutagawa masuk ke dalam cerita ini, ditandai dengan hadirnya Kumo no Ito (benang laba-laba), kisah legendaris bagaimana seorang penjahat yang telah banyak berdosa, dijanjikan untuk masuk surga karena kebaikannya terhadap seekor laba-laba hanya untuk kemudian menghilangkan hal tersebut setelah melihat orang lain ikut memanjat di bawahnya, mengikuti pendakiannya.
Jalan cerita berubah menjadi aneh. Cerita melompat, tiba-tiba hubungan Satoru dan pak guru (yang kemudian diketahui memiliki sosok sangat signifikan) berubah dari sekadar guru dan murid menjadi apa yang bisa disebut seperti hubungan cinta-benci antara Sherlock Holmes dan Moriarty. Premis “percaya” yang tadinya berperan sentral justru bergeser menjadi premis pembantu dan seolah hanya muncul di akhir sebagai adegan “gotcha”. Hubungan Satoru – Kayo yang sangat sentral pada dua pertiga seri ini tiba-tiba diselesaikan dalam durasi kurang dari satu menit. Cerita tiba-tiba berubah menjadi hubungan Satoru – pak guru dengan perumpamaan Kumo no Ito yang terasa dipaksakan. Entah kebetulan atau tidak, Moriarty adalah seorang akademisi (profesor), begitu pula dengan pak guru.

Sulit untuk tidak menggunakan perandaian Sherlock-Moriarty. Proses build-up adegan-adegan yang menggambarkan keintiman Satoru dan pak guru, mulai dari betapa Satoru dibiarkan hidup sampai akhir sampai adegan lompatnya Satoru, rasa-rasanya sangat sulit untuk tidak menyamakannya dengan episode terakhir musim kedua Sherlock. Bagaimanapun, episode terakhir Ranpo Kitan yang notabene memiliki konsep sama seperti The Abominable Bride-nya Sherlock sama sekali tidak terasa yang satu menjiplak yang lain. Premis “identitas yang tidak akan mati” dalam Ranpo Kitan tetap dapat dinikmati ketika seseorang menonton The Abominable Bride tanpa merasa terganggu atau mengingat-ngingat lagi Ranpo Kitan dan begitu pula sebaliknya.
Di luar masalah besar dengan alur cerita tersebut, Boku Dake ga Inai Machi bisa dikatakan mampu menyajikan tontonan yang ditunggu setiap minggu. Terlepas dari lompatnya narasi yang cukup mengganggu tersebut, siapapun bisa menikmati Boku Dake ga Inai Machi dengan baik dan menontonnya bersama teman atau keluarga.
Positif
- Time travel + detektif (not to mention, the one who solved his own mystery) terasa segar
- Bullying adalah masalah besar yang tersaji dengan baik; bagi pembelajar sosial Jepang tentu akan mendapatkan pencerahan bagaimana bullying serta tindakan-tindakan sosial lain terefleksikan dengan baik di sini sebagaimana yang terlihat dalam keseharian di masyarakat Jepang
Negatif
- Tidak menawarkan sesuatu yang “lebih” selain narasi yang disajikan (Satoru dan dunia di sekelilingnya).
- Premis “membantu Kayo” berhenti hanya sekadar membantu Kayo dan tiba-tiba di akhir, masuk perempuan random yang dikatakan “sangat peduli terhadap Satoru.” Premis dua pertiga anime selesai dalam satu menit.
- Halo, Sherlock dan Moriarty.
Yang Disayangkan
- Bangunan cerita yang dibangun susah payah sejak awal, tiba-tiba diganti dengan sesuatu yang baru dan tidak ada hubungannya.
Judul lain | ERASED |
Karya Asli | Komik buatan Natsume Akatsuki |
Pengisi Suara | Shinnosuke Mitsushima sebagai Satoru Fujinuma (umur 29) Tao Tsuchiya sebagai Satoru Fujinuma (umur 10) Aoi Yūki sebagai Kayo Hinazuki Chinatsu Akasaki sebagai Airi Katagiri Yō Taichi sebagai Kenya Akari Kitō sebagai Hiromi Ayaka Nanase sebagai Osamu Yukitoshi Kikuchi sebagai Kazu Takahiro Mizushima sebagai Jun Shiratori Minami Takayama sebagai Sachiko Fujinuma Mitsuru Miyamoto sebagai Manabu Yatsushiro |
Sutradara | Tomohiko Ito (Sword Art Online, Silver Spoon) |
Penulis Skenario | Taku Kishimoto (Silver Spoon, Usagi Drop) |
Desain Karakter | Keigo Sasaki (The Seven Deadly Sins, Ao no Exorcist) |
Musik | Yuki Kajiura |
Lagu Pembuka | Re:Re: oleh Asian Kungfu Generation |
Lagu Penutup | Sore wa Chiisana Hikari no you na oleh Sayuri |
Studio | A-1 Pictures |
Situs resmi | http://bokumachi-anime.com/ |
http://twitter.com/bokumachi_anime | |
Mulai tayang pada | 7 Januari 2016 pukul 2255 WIB |
Karena sudah baca manganya dan sempet baca review-review animenya di internet memang ada kejomplangan antara anime dan manganya. Di satu sisi dikonfirmasi oleh si mangaka (saya lupa baca di mana) kalau memang studio anime dan live action oleh si mangaka dibebaskan dalam membuat endingnya.
Pertanyaan saya, untuk manganya, apa pendapat mas Kevin dengan ending yang dibangunnya? Mengingat sepengetahuan saya hampir separuh bagian awal antara manga dan anime cukup mirip.
Yang hendaknya diperhatikan: saya tidak akan masuk ke membandingkan anime dengan sumber aslinya maupun menilai apakah adaptasi animenya superior atau inferior dibandingkan sumber aslinya. Jadi di bawah ini saya akan bicara khusus tentang animenya. Oleh karena itu, saya tidak membaca komiknya dan tidak bisa memberikan jawaban mengenai ending komiknya.