Tisa Julianti merupakan seorang seiyu yang telah berarir sejak tahun tahun 1993. Memulai debutnya di usia yang masih sangat muda, ia telah berperan dalam berbagai film dan mendubbing berbagai karakter dari mulai Hiroko Haruna dari anime Hamtaro, Doremi Harukaze dari Magical Doremi, Esmeralda dari Disney’s The Hunchback of Notre Dame, hingga Ganko dari anime P-Man. Ia juga telah menyumbangkan suaranya dalam berbagai iklan komersial. Kini ia juga aktif menurunkan ilmu dan pengalamannya kepada para calon seiyu masa depan melalui kelas Dubber and Writer yang diampunya.
KAORI Nusantara sempat mendatangi salah satu sesi kelas yang digelar oleh Dubber and Writer pada tanggal 14 Juni 2025 lalu, bertempat di di studio dubbing MC Pro, Cempaka Mas, Jakarta. Tim KAORI sempat berbincang-bincang pula bersama Tisa Julianti yang memaparkan kisah di balik berdirinya Dubber and Writer.
Industri pengisian suara atau beken disebut voice acting atau seiyu merupakan salah satu hal krusial dalam ranah industri kreatif, tak terkecuali di Indonesia. Dari mulai mengisi suara film kartun, mengisi suara untuk iklan, mendubbing film, hingga membuat narasi dokumenter ataupun pengumuman di stasiun terdekat atau aplikasi terkini, banyak sektor-sektor industri yang membutuhkan suara dari para seiyu. Besarnya minat publik terhadap industri pengisian suara tersebut mendorong banyak dibukanya kursus-kursus atau pelatihan intensif mengenai pengisian suara ini. Salah satunya adalah Dubber and Writer yang diampu oleh Tisa Julianti ini.
Dubber and Writer berdiri pada sekitar tahun 2019. Saat itu Tisa Julianti secara berkala terlibat dalam pelatihan di almamaternya, Sanggar Prathivi. Belakangan ia mulai mendapat banyak permintaan untuk membuat kelas yang lebih intensif lagi. Berangkat dari hal itulah iapun mendirikan kelasnya sendiri, yang ia beri nama Dubber and Writer.
Ada satu hal menarik dari nama Dubber and Writer itu sendiri. Dubber tentu diambil dari profesinya sebagai seorang dubber atau seiyu. Sementara Writer diambil dari profesi suaminya yang merupakan seorang penulis/copywriter, dan juga aktif mengisi suara di sejumlah iklan. Karenanya nama Dubber and Writer diambil dari profesi keduanya, baik Tisa Julianti yang aktif sebagai dubber atau seiyu, dan juga suaminya, Agus Hariyadi yang aktif sebagai seorang penulis/copywriter. Dubber and Writer sendiri memang dijalankan dan dikelola oleh keduanya, dan secara berkala juga mengerahkan sejumlah seiyu lainnya untuk turut berpartisipasi menjadi mentor, seperti Ian Saybani yang kebetulan juga adalah adik dari Tisa Julianti.
Sesuai namanya, Dubber and Writer juga tidak melulu menyelenggarakan kelas untuk pengisian suara. Namun mereka juga menggelar kelas menulis/copywriting, hingga penulisan storytelling. Apalagi dengan banyaknya kebutuhan penulisan iklan, mereka turut mengintensifkan kelas penulisan mereka, terutama di bidang penulisan naskah iklan yang baik. Adapun kelas pengisian suara yang mereka selenggarakan awalnya juga lebih berfokus pada pengisian suara iklan/narasi/voice over. Namun seiring dengan semakin besarnya permintaan untuk talenta-talenta di bidang dubbing, mereka pun juga turut mengintensifkan kelas untuk dubbing film, yang kini sudah beberapa kali diundang di berbagai kota.
Dubber and Writer sendiri sebenarnya hanyalah satu dari sekian banyak kelas-kelas seiyu yang banyak bertumbuhan selama beberapa tahun terakhir. KAORI sebelumnya sempat meliput beberapa kelas seiyu seperti KVDAI Classroom yang diampu oleh Komunitas Voice Over Dubber Announcer Indonesia hingga VTClass.ID yang diampu oleh Novie Burhan.
Menanggapi bertumbuhannya kelas-kelas seiyu, Tisa Julianti menyebutkan bahwa permintaan untuk hal itu sebenarnya sudah dari dulu. Apalagi pihak klien, terutama dewasa ini banyak membutuhkan suara baru. Yang membedakan situasi masa lalu dengan masa kini adalah penetrasi media sosial yang sudah sangat masif. Di masa lalu umumnya sejumlah sanggar yang memberikan pelatihan seperti ini umumnya hanya diketahui oleh kalangan terbatas saja, ataupun melalui iklan di media cetak, yang itu juga tak terlalu banyak. Tisa bahkan sempat bercerita bahwa ia baru bergabung dengan Sanggar Prathivi setelah melihat iklan kecil di majalah Gadis. Berbeda dengan masa lalu, permintaan film kini semakin banyak. Itu belum termasuk moda-moda lain yang membutuhkan seiyu untuk mengisi suara seperti game, aplikasi, dan sejenisnya.

Satu fenomena yang menarik mengenai situasi masa kini adalah, tak jarang klien meminta suara dari pemain yang sesuai umur, seperti halnya meminta peran anak kecil untuk dimainkan oleh anak kecil sungguhan. Karena banyaknya kebutuhan dan permintaan untuk talenta-talenta muda dan baru itulah yang mendorong bertumbuhannya kelas-kelas seiyu dewasa ini. meskipun begitu, ia mengingatkan bahwa para talenta-talenta baru ini akan menghadapi sejumlah tantangan seperti tuntutan untuk bisa bekerja dengan cepat, yang pada akhirnya akan memunculkan proses seleksi alam.
Ke depan, Tisa Julian berharap Dubber and Writer bisa menjadi suatu support system yang sehat, di mana tidak ada sekat-sekat tak berarti antara para mentor dan para #SobatVO, atau murid-murid mereka. Kalau mereka mau menanyakan sesuatu, mereka akan dirangkul dengan baik. Tentu saja Dubber and Writer ingin menciptakan generasi yang berkualitas, baik dari segi cara mainnya, attitudenya, hingga mentalnya. Karena dalam industri ini tentu dibutuhkan mental yang luar biasa. Terus bagaimana caranya mereka bisa membawa industri dubbing lebih baik, di tengah-tengah situasi ekonomi yang kurang stabil dan maraknya perang harga. Namun jika mereka bisa menciptakan talent yang berkualitas, harapannya akan bisa mengangkat industri ini dari segi harga, dari segi kualitas, dan sebagainya.
#Kaoreaders ingin menjadi seiyu? Kalau begitu Dubber and Writer bisa menjadi salah satu pilihan bagi kalian untuk memulai dan melatih diri, serta mengenali lebih dalam dunia seiyu!
KAORI Newsline | Terima kasih kepada Tisa Julianti