Setelah agak lama berkonsentrasi dengan urusan “luar negeri” KAORI, maka minggu ini mari menambah perhatian ke KAORI forum, di mana hajatan terbesar KAORI awal tahun ini, SIMAK KAORI, akan segera diselenggarakan.
Cuma sebelum saya membicarakan mengenai mantan, saya teringat lagi akan mantan saya saat SMA. Yang ini mantan teman sekelas ketika SMA.
Namanya Daus, saat ini kuliah di ITB. Kalau diingat-ingat, hubungan saya dengan mantan yang satu ini tidak akrab-akrab sekali. Jadi sangat syukur alhamdulillah ketika tahu bahwa mantan saya ini ternyata jadi PO acara Genreon di ITB Bandung bulan esok.
Mantan memang tidak selalu berkonotasi buruk. Bisa jadi tidak ada konotasi apapun di balik sebutan mantan tersebut. Kalau dia mantan saya di masa lalu, maka saya mungkin memiliki hubungan baru dengan sang mantan di masa kini.
Saya dan Daus kini tidak berhubungan sebagai teman SMA, namun sudah sebagai rekan kerja. Saya mengurusi KAORI, doi mengurusi acara UKMnya.
Saat dulu saya dikirimi proposal doi, saya masih mengenal doi sebagai mantan saya. Namun dalam konteks hubungan kami berdua yang baru, akhirnya memunculkan celah bahwa mantan yang ini bisa membawa kemaslahatan bagi KAORI.
Saya masih menunggu balasan dari doi, apakah mungkin KAORI mengisi acara sebagai partner media. Selain itu, materi seminar komunitas yang akan ia urus pun, mungkin saja mengundang KAORI.
Lebih hebatnya lagi, kalau memang ini benar-benar terjadi, ini menjadi stand pertama KAORI di Daop 2, yang selama ini digadang lebih besar dari Daop 1. Kita buktikan saja bagaimana nanti KAORI menyelenggarakan stand pertama mereka dengan orang-orang yang jauh berbeda dan dengan hambatan yang jauh lebih besar.
Minusnya kas KAORI semoga bisa memaksa, menekan, menjepit, sebagaimana odol yang ditekan sampai keluar isinya, supaya kreativitas itu bisa diperoleh dalam keterbatasan dana. Apalagi masalah jaket yang baru saja dimulai produksi itu pun masih menyisakan kendala: belum 100% uang penggantinya dihimpun.
Dalam diskusi dengan panitia Comic Market pertama terdedikasi di Indonesia ini, saya melihat kurangnya semangat mereka. Padahal jelas di depan mata mereka, ada satu acara comic market sejenis yang sudah merangkul pemodal asing (bukan dari Jepang yang jelas).
Bukannya saya ada masalah dengan pemodal asing, cuma bila tidak segera diantisipasi, saya khawatir Indonesia akan semakin dieksploitasi oleh pemodal asing. Seperti acara ferampokan ane tahun lalu (yang membuat saya menyesal, kenapa saya tidak naik Kaligangsa saja).
Secara pribadi, saya berharap Comic Frontier mampu diangkat, dan mampu menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Jangan sampai kalah dengan acara yang membawa nama besar seseorang namun ternyata dijadikan ajang eksploitasi.
Sebelum saya tidur pun, saya berpikir mengenai KAORI yang sudah menembus satu juta postingan di hari Sabtu lalu. Sudah jauh meninggalkan mantan saingan bisnisnya yang dahulu itu. Bahkan konsep elitist itu mungkin sudah ada dalam sejarah berdirinya KAORI dahulu sebelum kosa kata ini dikenal di KAORI.
Untuk hal yang satu ini, biarlah mantan kita mau melakukan apapun yang mereka mau. Setelah menemukan rival baru, kini yang bisa dilakukan adalah bekerja bekerja bekerja untuk mengalahkan rival baru ini.
Langkah pertama mengalahkan Detik, MNC, Emtek, Kompas Gramedia (hus malah sebut merek) adalah dengan meluncurkan KAORI Newsline dalam rekaman video Youtube, yang episode 0-nya sudah disyuting dua minggu lalu, dan akan segera naik tayang minggu ini.
Cuma yang ini, saya belum pasti apakah KAORI bisa seperti Anas Urbaningrum. Semoga tidak berhenti di halaman pertama saja.
Tentu saja, semua adagium yang ada di sini tidak berlaku untuk masalah percintaan. Teehee!
Shin Muhammad
Administrator KAORI
Ilustrasi: Masuzu Natsukawa/Ore no kanojo to osananajimi ga shuraba sugiru