Pertengahan tahun ini akan jadi masa-masa yang menyibukkan baik bagi saya maupun bagi KAORI. Sesuai dengan pergerakan pada umumnya, pertengahan tahun dan akhir tahun-lah ketika berbagai agenda strategis itu harus dilaksanakan.
Hal yang membuat saya senang, terharu, dan sekaligus ketar-ketir adalah ketika tahun ini akhirnya KAORI menjadi mitra resmi media untuk acara Gelar Jepang UI. Menjadi tahun kelima saya mendatangi Gelar Jepang, tentu ini akan menjadi pengalaman yang menyenangkan sekaligus agak memalukan di awalnya.
Kira-kira lima tahun lalu, KAORI sudah diluncurkan secara resmi pada 28 Mei 2008. Dahulu belum ada komunitas yang mau menampung seseorang apa adanya, saya tersandera sindrom “chuunibyou”, dan KAORI sendiri masih memakai domain kaorinusantara.net. Pun tidak ada impian bahwa KAORI akan jadi sebesar sekarang. Jalan Newsline (yang dahulu dikenal sebagai Kabar Anime Indonesia) pun masih begitu berliku.
Maka ketika saya datang ke Gelar Jepang UI, semua masih terasa buram. Acara jejepangan yang saya sendiri tidak tahu saat itu apa intinya, hanya satu hal yang saya ingat dari acara saat itu: pengalaman buruk saya mengikuti acara kumpul-kumpul di sana.
Beberapa saat setelah GJ yang pertama saya hadiri, saya menulis tulisan mengkritik yang menyebabkan saya pun diusir dari sana. Setelah terusir, saya berpikir apakah saya yang salah atau tidak, dan bersyukurlah setelah bertemu dengan banyak rekan-rekan saat itu (yang saya ingat sampai sekarang masih bro M^M^T), maka mantaplah niat untuk mendirikan KAORI sebagai sebuah forum sendiri.
Mendirikan forum yang berkonsep ramah dan merakyat pun rasanya berliku-liku. Bertemu lagi dengan Gelar Jepang kedua, saya masih sendiri. Masih belum bisa menegakkan kepala, masih khawatir.
Memasuki Gelar Jepang yang ketiga, alhamdulillah saya bertemu dengan shinchan, kincen, dan teman-teman lain yang “konkrit”. Pun jaket KAORI jilid pertama (yang sekarang sudah hilang) saya bisa rasakan sendiri. Masih teringat juga betapa “hectic”nya teman-teman (termasuk nuke) saat berdebar menunggu konveksi menyelesaikan jaket KAORI pertamanya.
Menuju Gelar Jepang yang keempat, di sini saya bertemu dengan theman dari Liechtenstein dan rekan-rekan lain yang membuat GJ semakin ramai. Wabilkhusus adi vvvv.
Pada GJ terakhir tahun lalu, alhamdulillah KAORI sudah bisa berdiri lebih tegak. Meski tahun lalu saya gagal meneken kerja sama dengan pihak GJ. Dan mungkin ada hikmah yang saya rasakan, kenapa KAORI baru bisa bekerja sama dengan GJ tahun ini.
Saat itu, masih terenung kenangan dahulu ketika nama KAORI selalu saya sebut dalam sholat, dalam salawat, dalam doa. Berdoa kepada Tuhan, kalau memang KAORI ini berada di jalan yang benar, setelah kesulitan pasti ada kemudahan.
Setelah menguber-uber dan mendesak (dan hampir terkena PHP), alhamdulillah pada hari Rabu (tanggal 29) KAORI dikirimi kontrak resmi, dan kontrak itu saya sudah teken pada tanggal 30 lalu. Dengan ini, harapan pun menjadi jelas, tapi justru saya semakin ketar ketir.
KAORI yang hadir di hari ini adalah KAORI yang miskin, tidak punya uang, dan tidak seperti tahun lalu di mana KAORI bisa menggelontorkan uang hampir satu juta rupiah hanya untuk GJ seorang diri.
Cuma tahun ini, saya berkaca dari persiapan GJ tahun lalu, saya berkehendak untuk menyiapkan dengan lebih baik. Misalnya, jualan mug dan pin baik berdesain maskot KAORI maupun desain karakter anime lain, yang hasilnya bisa dirasakan baik bagi internal KAORI sendiri maupun bagi pihak eksternal.
Soal pin, ada gagasan bagus saat saya melihat seminar branding tim sukses salah satu calon ketua BEM UI dua tahun lalu. Jadi mereka mencoba membangun kesadaran akan proses Pemira dengan membagikan pin-pin emote ke para pengguna.
Nah, bayangkan sendiri biaya produksi pin. Satu pin harganya bisa 3 ribu rupiah, itu kalau diproduksi dalam jumlah sangat besar. Sedangkan tidak mungkin orang dikenakan bayaran untuk hal ini (apalagi tujuannya buat kampanye).
Mereka menyiasatinya dengan membagikan pin tersebut, namun dengan sumbangan sukarela. Ada yang memasukkan seribu rupiah, dua ribu, bahkan rekornya ada dosen yang tertarik dan memasukkan uang tiga ratus ribu rupiah. Jadi faktor kesukarelaan di sini bermain penting.
Strategi ini bisa diintegrasikan pula dalam pasar yang lebih besar. Tapi kuncinya adalah menjadi gigolo: mau memuaskan diri sendiri dan memuaskan orang lain. Teman-teman yang mau membantu bisa saja bergabung, tapi harus mampu pula menghasilkan karya yang memuaskan orang lain.
Tantangannya pun jauh lebih berat tahun ini. Bila produksi buku dan artwork tahun lalu hanya sekedar untuk menampilkan seperti apa KAORI, tahun ini mutlak harus ada misi supaya tidak kalah dari yang lain.
Gelar Jepang UI tahun ini adalah ujian lain yang harus dihadapi oleh KAORI. Setelah diberikan kesempatan membuktikan diri bahwa diri ini cukup meyakinkan untuk diberik kesempatan berdiri tegak di depan orang lain, maka kali ini kesempatan tersebut harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Selain itu, tentu saya tidak lupa berdoa, membantu, dan memohon bantuan teman-teman agar KAORI pun bisa diberikan kesempatan yang sama untuk berdiri tegak dan mampu membuktikan dirinya mampu. Di Medan. Di Malang. Maupun di daerah-daerah lainnya.
Shin Muhammad
Administrator KAORI
Ternyata pas aku pertama ikut kaori, dan gath pertamaku di gelar jepang ui merupakan awal mulainya semua ini. Aku kira saat itu sudah pada sering gath, jadi minder
Rasanya pasti seperti itu. Saya berharap siapapun yg baru kali pertama ikut gath, agar tidak minder dan tidak canggung. Cukuplah pengalaman GJUI pertama sy sebagai pengingat, agar jangan sampai saya zalim ke orang, sebagaimana dulu orang pernah zalim ke saya 🙂