Membangkitkan Harapan 50: Seminggu Setelah PPKI

0

IMG04537-20131129-1651

Minggu lalu memang Pekan Produk Kreatif Indonesia telah selesai. Itu berarti ujian kecil KAORI jelang 2014 baru saja usai. Tentu setelah ujian, harus ada evaluasinya.

Menjadi acara PPKI pertama yang saya ikuti, saya tidak heran bila Dody mengatakan dia “gagal move on” dari PPKI lebih-lebih dari gagal move on antri minyak tanah kelas internasional.

Tim Newsline yang datang dengan formasi penuh ke PPKI pada pekan lalu sudah membuktikan bahwa di mata dan orang yang tepat, PPKI jauh-jauh lebih dahsyat dari antri minyak tanah. Setidaknya dari perspektif KAORI secara komunitas.

Terlepas dari nikmatnya nonton JKT48 gratisan dan paling depan ketika orang lain biasanya harus antri berdesakan dan bayar mahal, dari Rabu hingga Minggu, begitu banyak acara di mana KAORI bisa berdiri di atas dua pijakan: sebagai komunitas dan sebagai media yang sedang tumbuh.

Taruhlah seminar mengenai komik nasional. Terlepas dari carut-marut maupun geliat politik komikus dan elemen-elemennya, dalam acara yang dihadiri oleh saya, froznravly (staf baru Newsline) dan tentu saja Dody, saya merasa bangga ketika KAORI di tempat itu menjadi satu-satunya komunitas berbasis anime yang berhasil melangkahkan diri masuk, secara aktif mendukung pergerakan industri komik nasional.

Masuknya KAORI dalam asosiasi yang kabarnya akan dibentuk itu akan menempatkan KAORI pada posisi strategis: berada di fajar kebangkitan komik Indonesia.

Pasar komik Indonesia sedang sangat bagus. Salah satu majalah komik lokal misalnya, sudah menembus sirkulasi 10 ribu eksemplar per edisi (saat ini sudah terbit tiga edisi). Penjualan komik lokal pun terus menanjak seiring semakin mudahnya hambatan teknis yang dihadapi siapapun yang mau berkecimpung dalam industri ini.

Dalam diskusi saya dengan teman-teman KAORI di status Facebook, dengan kondisi seperti sekarang, bila sunnatullah dan jalannya dilakukan dengan baik dan benar, industri kreatif (dalam hal ini komik) bisa tumbuh dalam waktu lima-sepuluh tahun saja. Tidak perlu puluhan tahun seperti Jepang.

Inilah hal yang sebelumnya diamini Dr. Vee yang sempat saya wawancarai di Hellofest lalu. Inilah hal yang dilakukan oleh Jepang saat mengejar Barat maupun Cina saat mengejar Jepang dan Korea Selatan.

Jepang hanya perlu waktu setengah abad untuk mengejar apa yang dicapai oleh Barat dalam 200 tahun. Cina hanya perlu waktu 20 tahun untuk menjelma menjadi negara industrialis seperti yang kita lihat hari ini. Bahkan kereta cepat Cina telah mengalahkan Jepang hari ini!

Dengan mendukung fajar industri kreatif lokal, masa depan KAORI akan berjalan cerah mengikuti perkembangan industri ini. Itu berarti investasi strategis. Itu berarti KAORI akan semakin membesar dan semakin membumi.

Lalu dari acara lain, ada acara di mana tim KAORI bisa bertemu langsung dengan komikus seperti  Ockto Baringbing maupun petinggi m&C seperti bung Ardiatma Mardhika.

Saya pun melihat komitmen grup Gramedia dalam hal ini melalui Koloni dalam mendukung industri komik lokal. Seperti yang diketahui, tantangan terbesar Koloni (sekaligus dilema bisnis bagi sang induk Gramedia) adalah pasar remaja saat ini yang masih lebih melirik komik Jepang dibandingkan komik Indonesia.

Maka dengan laris manisnya komik-komik Jepang dan sekarang didompleng komik Korea dan Cina, menerbitkan komik lokal menimbulkan dua dilema: komik seperti apa yang akan diterima pasar, dan kalau sudah terbit, apakah akan menguntungkan?

Langkah m&C yang mengikuti penerbit Kodansha dengan meluncurkan komik-komik Koloni versi online (daring) patut diapresiasi. Seperti kecenderungan umum di mana untuk menjadi komikus saat ini semakin mudah, begitu pula untuk menikmati karya para komikus.

Kalau model bisnis ini berjalan mulus, saya yakin pula ini adalah awal yang baik bagi kebangkitan komik lokal kita.

Dalam acara peluncuran komik Koloni daring ini, saya benar-benar terkejut bahwa ternyata teman sekampus saya telah menjadi salah satu komikus pertama yang berpartisipasi di dalam komik daring ni.

Bayangkan saat ini orang bisa membuat komiknya sendiri secara daring, dan kalau komiknya memang menguntungkan dan diterima oleh pasar, nanti penerbit tinggal merekrutnya, lalu hasil karya profesionalnya pun diterbitkan secara daring. Untuk membacanya tidak perlu repot-repot mencari di toko buku, cukup klik dan klik saja baik dari komputer maupun dari ponsel.

Tentu akan ada pembajakan. Tapi bila seorang Koji Nagai saja memaklumi anak SMA yang membajak anime di Jepang, saya yakin fans di Indonesia tentunya bisa move on dari barang bajakan.

Impian-impian ini memang masih harapan belaka. Tapi bukankah dengan kerja keras dan dukungan dari kita semua, harapan itu akan menjadi kenyataan?

Shin Muhammad
Administrator KAORI

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses