Pemilihan umum kepala daerah (pilkada) Tokyo yang diselenggarakan Minggu (9/2) lalu dimenangkan oleh Masuzoe Yoichi, dengan perolehan suara 44% (2,1 juta suara).
Kemenangan Masuzoe dibayangi jumlah golput tertinggi ketiga dalam sejarah pilkada Tokyo, di mana kali ini hanya 46% pemilih yang berpartisipasi menggunakan hak suaranya. Cuaca terburuk dalam 46 tahun terakhir diduga ikut menyebabkan rendahnya partisipan kali ini.
Masuzoe mengkampanyekan perbaikan ekonomi dan sosial, sedangkan lawannya Utsunomiya Kenji dan Hosokawa Morihiro menonjolkan isu anti nuklir.
Faktor penting kemenangan Masuzoe juga karena terbelahnya suara kubu oposisi ke dua kandidat, menyebabkan tidak ada satu pun di antara mereka yang mampu menembus batas 20% perolehan suara.
Dengan kemenangan Masuzoe, pengamat memprediksi hal ini akan membuat perdana menteri Jepang saat ini, Shinzo Abe, semakin percaya diri untuk kembali mengaktifkan pembangkit nuklir di seluruh Jepang yang saat ini sedang diistirahatkan.
Sebelumnya sempat beredar kampanye menyerang Masuzoe, di mana sejumlah perempuan Tokyo menggagas kampanye via internet dan mengancam mogok bercinta bagi para pria yang memilih kandidat ini.
Seluruh kandidat berusia di atas 60 tahun, menandakan Demokrasi Perak – kehidupan demokrasi Jepang di mana partisipasi politik didominasi oleh kaum lansia – masih belum akan berubah.
Posisi Gubernur Tokyo selama ini identik dengan kebijakan yang konservatif.
Ishihara Shintaro, gubernur Tokyo era 1999-2012, sempat dikenal karena pernyataannya yang kontroversial mengenai anime.
Laporan Aljazeera pada 2010 melansir razia Pemerintah Tokyo terhadap konten “anak di bawah umur” dalam komik, utamanya komik berkonten pornografi, yang ditentang pedagang, penggemar, dan komikus.
Sedangkan Naoki Inose, yang menggantikan Ishihara untuk periode jabatan empat tahun, mengundurkan diri pada akhir Desember 2013 lalu karena skandal uang suap.
KAORI Newsline | sumber