Bagaimana prospek untuk animator Indonesia untuk bekerja di luar negeri, khususnya Jepang?

Saya sangat tidak merekomendasikan animator indonesia untuk bersikeras kerja di Jepang. Mengapa? Pertama, biaya hidup yang mahal di Tokyo (kecuali kamu dari keluarga yang punya, ATAU bisa bekerja remote dengan studio di barat, Amerika atau Eropa, alasannya biar kamu ada masukan yang lain, dan juga keuntungannya karena kurs yang berbeda jauh dengan Yen). Kedua, jika kamu tidak lancar berbahasa Jepang, kamu akan kesulitan bekerja di sana dan kemungkinan besar mengecewakan atasan. Ketiga, gaji animator yang sangat amat sedikit dibanding di industri barat, kamu harus memikirkan biaya hidup yang akan kamu habiskan tiap hari supaya besoknya kamu ada uang untuk beli makan, dan bayar apartemen.

Jadi jika kamu ingin sukses menjadi animator di Jepang, kamu harus terus menerus bekerja dan mengasah bahasa Jepangmu di sana. Anime-anime yang kamu tonton dimana banyak pekerja yang overworking, itu bukan fantasi. Itu adalah permasalahan yang sangat amat maklum di Jepang. Banyak animator muda yang meninggal karena terlalu banyak bekerja dan banyak yang lupa dengan kesehatannya. Mungkin kamu berpikir “Ah, mungkin mas guzzu cuma menakut-nakuti saja, saya pasti bisa beradaptasi.” Iya, mungkin kamu benar, tapi kamu juga harus memikirkan semua risiko jika ingin menjadi animator di sana.

Alternatif lain jika ingin mencicipi kerja buat orang Jepang, kamu bisa coba bekerja/intern di OLM Malaysia, studio tersebut kalau tidak salah pekerjaanya “Inbetweening” dan “Cleaning-up”/membersihkan animasi sketsa kasar dari animator di Jepang. Mungkin saya terlalu gelisah karena saya belum pernah kerja di Jepang, namun saya sering mendengar pengalaman, masukan, dan saran dari teman-teman saya yang bekerja di Jepang. Hal-hal yang mereka ceritakan membuat saya tidak yakin bisa hidup disana. Jadi ini tergantung masing-masing pribadi dan kemampuan sendiri dalam bertahan hidup. Saya hanya memberikan wawasan dan gambar sebelum tekadmu bulat ingin jadi animator di Jepang. Banyak yang harus teman-teman siapkan, dan semua tidak bisa kamu raih secara instan.

Selain itu, bekerja di luar negeri (selain Jepang) lebih banyak benefitnya. Di luar negeri, seperti Perancis (contoh Studio La Cachette, yang buat KAIROS dan episode di Love, Death & Robots yang tayang di Netflix),  workflow di studio tersebut lebih manusiawi dibanding di Jepang. Perbedaannya, di sana animator diperlakukan seperti manusia yang punya keluarga dan orang yang mereka cinta. Sedangkan di Jepang, banyak studio yang memperlakukan animator-animatornya seperti mesin uang, Di sana lebih disiplin dan selalu on-time, namun dengan risiko mengorbankan kualitas animasi yang efisien dan patah-patah. Sedangkan studio seperti Studio La Cachette, mereka lebih menghargai waktu animator lain dan kedisiplinan kualitas yang kompeten untuk membuat animasi yang selalu bergerak dengan kualitas yang stabil.

TIDAK SEMUA studio di Jepang itu jelek. Ada beberapa studio yang bisa kamu jadikan referensi untuk ke depannya. Ini hanya opini saya. Berikut studio-studio yang menurut saya bagus, konsisten dan kompeten: KyoAni, ScienceSaru, Studio Colorido, Studio 4c, DURIAN Inc., Studio WIT, dan sebagainya (saya tidak mention Studio Ghibli karena studio tersebut isinya professional dan mereka punya ciri khas kerja yang unik dibanding studio yang mainstream).

Apa yang diperlukan bagi animator Indonesia (baik dari faktor internal maupun eksternal) untuk bisa terlibat dalam pembuatan anime?

Bahasa, SKILL, dan KUALITAS karya. Mereka tidak akan menerima animator yang tidak bisa menggambar karakter On-Model, dan yang paling penting jika kamu baru punya sedikit pengalaman di indsutri animasi. Minimal, kamu harus punya pengalaman di industri animasi kurang lebih 5 sampai 7 tahun. Jika dalam waktu tersebut kamu masih tidak diterima, mungkin kamu belum kompeten di standar mereka.

Sebenarnya sudah banyak animator-animator lain di Indonesia yang bermunculan dan berkarya di internet, namun tidak banyak yang dikenal secara luas. Menurut guzzu siapa lagi animator Indonesia yang perlu mendapat spotlight agar makin dikenal oleh masyarakat luas?

Iya banyak, tapi masih SEDIKIT yang kualitas karyanya saya lihat kurang lebih di bawah rata-rata standar tersebut. Animator/teman yang menurut saya pantas mendapatkan spotlight dan mencapai ekspetasi standar tersebut adalah Husain Untoro, Dicky Bayu Sadewo, Muhammad Rahim Rizky (nasiijo), Jalu Trangga Laksita (Nyongjalu), Irfan Ayari, Zuhdi Bari Daffa, Anthony Liu (Road Sign), Yoga Wahyu Sadewo, Dida Kharisma dan Naufal Satria Gunawan.

Akhir-akhir ini menonton anime atau film apa saja? Yang menurut guzzu animasinya bagus apa saja beserta alasan?

Saya tidak pernah nonton anime. Saya malah seringnya belajar animasi-animasi yang di-upload di Sakugabooru. Terakhir kali saya nonton film itu di Netflix yang judulnya Love, Death & Robots. Banyak adegan erotis, gore, dan ada beberapa unsur filosofis yang menurut saya sangat menarik. Animasinya pun juga bagus-bagus semua. Recommended jika kamu diatas umur 18+ dan suka karya animasi selain anime, hahaha.

Poster Love, Death & Robots (©Netflix)

Bicara tentang sakugabooru, guzzu juga saya lihat cukup aktif di komunitas sakuga. Bagaimana hal ini mempengaruhi guzzu dalam berkarya?

Saya menemukan wajah baru, teman baru, dan saya bisa belajar lebih banyak lagi. Kadang teman-teman banyak yang share materi-materi seperti wawancara Bahi JD tentang pengalamannya menjadi animator di Jepang.

Bagaimana tanggapan guzzu tentang komunitas sakuga saat ini?

Saya sudah tidak pernah muncul di komunitas tersebut. Saya ingin fokus ke style-style barat dan kontribusi buat proyek orang sana. Giliran, hehe.

Dalam wawancara dengan Sakugabooru, guzzu menyebut Yutaka Nakamura sebagai salah satu inspirasi. Apa yang sebenarnya guzzu sukai dari dia?

Beliau (Yutaka Nakamura, 51 tahun) adalah seorang veteran animator “Sakuga” yang punya ciri khas animasi yang sangat menarik di mata orang banyak. Beliau dapat mempresentasikan/menganimasikan gerakan animasi yang punya ‘Hantaman’ yang bisa kita rasakan. Contoh misalnya seperti kamu menaiki Roller-Coaster, saat keretanya di atas, kamu bisa merasakan antisipasi yang besar sebelum meluncur ke bawah. Perasaan tersebut kurang lebih mendeskripsikan style animasi Yutaka Nakamura.

Selain Yutaka Nakamura, ada Mitsuo Iso, Hiroyuki Okiura, Nakaya Onsen, Norimitsu Suzuki juga beberapa animator-animator Jepang yang menginspirasi saya.

Salah satu cut Nakamura di My Hero Academia (© Kohei Horikoshi / Shueisha . My Hero Academia Production Committee)

Di kalangan penggemar anime umum sendiri, topik tentang sakuga sebenarnya tidak begitu banyak dibicarakan. Menurut guzzu, apakah sebaiknya para penggemar lain lebih aware tentang topik ini? Mengapa?

Tidak juga. Orang punya opininya sendiri-sendiri dan saya punya persepsi yang selektif mengenai animasi, saya yakin orang lain akan setuju dengan hal ini. Sakuga itu bukan suatu topik yang “top of the world” banget kok.

Bagi saya sendiri, salah satu kesulitan untuk mendapatkan informasi tentang sakuga adalah bagaimana sumber informasi yang ada lebih banyak tersedia dalam bahasa Jepang. Apakah guzzu memiliki saran tentang hal ini?

Mau paham bahasa Jepang? Belajar bahasa Jepang. Banyak jurnalis sakuga antusias yang mendalami bahasa Jepang supaya mereka bisa komunikasi dengan orang industri secara langsung, dan menulis artikel mengenai situasi dan kondisi disana.

Tapi jika ingin mengetahui lebih jauh, mungkin bisa cek websitenya sakugabooru, sakugablog, akun twitternya kVin, Disgaeamad, dan aktivis sakuga lain. Kemudian ada juga channel YouTube seperti Canipa Effect dan AnimeAjay

Terakhir, apakah guzzu ingin menyampaikan sesuatu ke pembaca terutama mereka yang ingin berkarir sebagai animator di Jepang?

Cari informasi dan ambil resiko supaya kamu mendapatkan pengalaman, baik maupun buruk. Pengalaman itu sangat penting di jenjang karirmu, bahkan di industri manapun. Jangan menganggap sepele orang lain, jangan mengharap tinggi-tinggi, jangan malas, jangan terlalu santai di zona nyamanmu, jangan maunya instan saja, dan yang paling penting, menjadi animator itu akan membuatmu frustrasi dan stres. Alasannya animator itu menggunakan otak kanan atau kreativitasnya. Kamu akan butuh banyak hiburan dan saya sarankan untuk sering-seringlah nonton film, terinspirasilah ke artist lain. Itu enaknya jadi Animator/seniman, nonton film, nge-game (dengan iktikad yang baik), cari inspirasi di mana-mana, asal jangan gunakan alasan tersebut untuk malas dan membuang-buang waktu. Animator itu adalah seorang seniman, mereka punya imajinasi yang luas, dan seniman cenderung Introvert/penyendiri dan sensitif. Tidak ada salahnya jika kamu sering dibilang seperti itu. Kamu adalah kamu, jangan dengarkan apa yang orang katakan karena semua manusia itu unik. Kalau kamu stress dan animasi membuatmu frustrasi, mungkin menjadi animator bukan pilihan yang tepat buat kamu. Tidak ada salahnya mencoba lagi melihat profesi yang lain.

Bikin animasi itu harus dibawa seru dan asiknya, Cari komunitas yang sehat dan saling support memberikan masukan. Jika kamu tidak menemukan komunitas tersebut, cukup jadilah independen dan belajar yang giat. Kerja keras pasti akan ada hasilnya, dan hasil tersebut akan membuatmu bahagia dan akan membuatmu puas sendiri. Karyamu juga akan bakal dikenang sampai kamu matipun, karyamu adalah peninggalanmu di dunia ini untuk diingat banyak orang.

Good luck, and Have fun.

KAORI Newsline | Wawancara dan teks oleh Dany Muhammad | Sumber klip: YouTube, Twitter, dan Sakugabooru

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses