Lanjutan dari halaman sebelumnya.

Garis Logika yang Tipis

Sebuah tontonan dengan segudang aksi biasanya memang kerap melanggar hukum fisika dan melangkahi garis logika. Judul film barat yang sukses besar sekalipun, tidak bisa terlepas dari kedua hal tersebut, misalnya saja franchise film Fast & Furious. Karena sulitnya menghilangkan scene – scene yang melanggar logika, triknya adalah bagaimana membuat penonton tetap terhibur sehingga nyaris melupakan logika dan hukum fisika dalam sebuah film ataupun serial.

Dengan banyaknya adegan aksi yang disuguhkan dalam anime Great Pretender, terdapat beberapa momen di mana penonton seakan dipaksa untuk melupakan garis logika itu sendiri. Kata dipaksa digunakan disini, karena Great Pretender sayangnya tidak bisa mengajak penonton melupakan logika tersebut secara natural. Hal yang pertama disadari adalah kehadiran polisi dan satuan keamanan lainnya di dalam anime ini. Dengan semua kehebohan yang dilakukan Makoto dan kawan – kawan, cukup mengherankan apabila polisi setempat ataupun bahkan pihak keamanan internasional tidak campur tangan, apalagi dalam salah satu arc, aksi yang dilakukan ikut menyertakan pihak polisi lokal yang kemudian tidak diceritakan kelanjutannya. Hal kedua yang cukup mengganjal adalah dari sisi antagonis itu sendiri. Walaupun memiliki latar belakang yang unik dan berbeda – beda, semuanya merupakan geng mafia/kriminal yang memiliki kekuasaan besar. Di akhir arc, terdapat momen di mana antagonis yang sudah dikalahkan oleh para pemeran utama justru berdamai dan bekerja sama. Hal ini tentunya kurang masuk akal, di mana sewajarnya para antagonis tersebut ingin membalaskan dendamnya kepada Makoto dan kawan – kawan, kecuali terdapat cerita tersendiri yang cukup kuat untuk membuat mereka setuju untuk berdamai, yang mana tidak ditunjukkan dalam anime ini.

Desain dan Kualitas Animasi

Wit Studio mampu menyuguhkan Great Pretender dengan sentuhan yang unik dan artistik. Hal pertama yang menarik perhatian adalah saturasi warna dalam anime ini cukup tinggi, memberikan kesan semangat dan membuat animasi lebih hidup. Warna – warni yang menarik perhatian ini mengingatkan penonton pada kartun – kartun barat, yang mana biasanya juga menggunakan saturasi warna yang tinggi. Hal ini ternyata cocok diaplikasikan dalam anime Great Pretender, di mana latar tempatnya beberapa kali terletak di Eropa dan Amerika. Selain itu, Wit Studio juga menggambarkan pemandangan latar belakang dengan artistik dan penuh corak. Misalnya saja bangunan atau tembok – tembok yang biasanya hanya digambarkan sederhana dengan satu warna, dalam anime Great Pretender disajikan dengan beberapa kombinasi warna, dan terkadang memiliki corak – corak tertentu. Hal ini jarang ditemui di anime dengan genre serupa, dan penggunaannya ternyata mampu memanjakan mata penonton.

Di sisi lain, desain karakter disajikan secara sederhana dan natural. Walaupun begitu, ekspresi para karakter cukup terlihat jelas dan mampu memperkuat scene yang ada. Kualitas animasinya bisa dinikmati dengan mudah, walaupun hal ini tidak ditonjolkan oleh Wit Studio.

Saturasi warna yang tinggi seperti kartun barat menjadi ciri khas anime ini (©WIT STUDIO/Great Pretenders)
anime great pretender
Tekstur seperti tembok diperlihatkan secara artistik (©WIT STUDIO/Great Pretenders)

Musik dan Soundtrack

Sama seperti desain gambarnya yang ke-barat-baratan, musik dan soundtrack yang digunakan juga bertema barat. Back sound yang digunakan menyatu dengan scene yang ada. Hampir semuanya memiliki irama jazz yang enak di dengar, sama seperti lagu opening-nya.

Berbicara mengenai lagu opening, lagu dari anime Great Pretender juga unik, berbeda dari anime lainnya, baik opening maupun ending. Lagu openingnya merupakan lagu berirama jazz yang bernuansa semangat dan misteri. Hadir tanpa adanya lirik, lagu ini berjudul “G.P” yang dibuat oleh komposer Yutaka Yamada. Lagu ending-nya tidak kalah unik dan mengejutkan. Beberapa penonton mungkin sudah familiar dengan lagu ending dari anime ini, yaitu “The Great Pretender” yang dibawakan oleh penyanyi terkenal Freddie Mercury. Lagu ini pada awalnya dinyanyikan oleh The Platters, pada tahun 1955, yang kemudian dipopulerkan kembali oleh Freddie Mercury pada tahun 1987. Tidak akan mengejutkan bahwa apabila pembuatan anime ini terinspirasi dari lagu ending-nya itu sendiri. Selain memiliki judul yang sama, isi lirik dari lagu ini mencerminkan salah satu karakter dalam animenya!

Kesimpulan

Great Pretender hadir sebagai anime orisinal yang mudah dinikmati. Genre yang unik dan pembawaan cerita yang menarik mampu menghibur penonton dalam setiap episode yang dihadirkan. Pengembangan dan cerita para karakter utama yang sangat baik menjadi salah satu alasan anime ini mudah untuk direkomendasikan. Belum lagi desain gambar yang bernuansa barat dan artistik, yang jarang ditemui dalam sebuah anime. Walaupun terdapat beberapa hal yang berada di luar logika dalam alur ceritanya, Great Pretender layak menjadi salah satu anime terbaik di tahun 2020.

Kelebihan

  • Premis cerita yang diangkat unik dan jarang ditemui
  • Twist yang ditawarkan menarik dan membuat penasaran
  • Penggambaran karakter utama yang impactful
  • Desain gambar yang artistik dan fresh

Kekurangan

  • Beberapa hal terasa kurang logis dalam alur cerita
  • Terdapat trik yang diulang – ulang

KAORI Newsline

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses