Pamali: Indonesian Folklore Horror adalah sebuah gim horor besutan pengembang asal Bandung, StoryTale Studio. Gim ini memiliki keunikan dengan mengangkat tema “Pamali” (sesuai judulnya), sebuah kata yang identik dengan nasihat orangtua akan kepercayaan lokal yang berupa pantangan akan suatu hal, yang apabila dilanggar maka akan mendapatkan hukuman setimpal, atau sebut saja tabu. Pemain akan dihadapkan dalam situasi di mana ia akan “berhadapan” dengan sejumlah makhluk halus, dan jangan sampai melakukan tindakan-tindakan yang dianggap “Pamali” hingga membuat sang makhluk halus akan mengganggunya.

Kesuksesan gimnya kini membuat LYTO Pictures kini mengadaptasi Pamali menjadi sebuah film layar lebar. LYTO Pictures sendiri merupakan salah satu cabang dari LYTO yang berfokus di bidang perfilman. Sebelumnya mereka sempat turut terlibat dalam film DreadOut yang juga merupakan film adaptasi dari gim horor Indonesia. Film Pamali sendiri telah dirilis dan sudah bisa disaksikan di sejumlah bioskop-bioskop tanah air sejak tanggal 6 Oktober 2022 lalu.

Film Pamali sendiri merupakan adaptasi langsung dari gimnya, tepatnya adaptasi dari bagian pertama gimnya yang mengangkat sosok Kuntilanak. Di sini diceritakan mengenai Jaka yang tengah bermaksud untuk menjual rumah tua peninggalan keluarganya. Tanpa ia sadari, rumah itu rupanya tidaklah benar-benar kosong, melainkan masih “didiami” oleh kakaknya, Nenden.

Terdapat beberapa penyesuaian dalam film ini. Dalam film, Jaka dikisahkan mendatangi rumah peninggalan keluarganya bersama dengan istrinya, Rika yang tengah mengandung. Sementara di gimnya sendiri, Rika dikisahkan sebagai teman, bukan istri Jaka, dan dirinya tidak benar-benar muncul secara langsung di gimnya. Melainkan dalam gim, Rika dikisahkan sebagai teman Jaka yang mengirimkan email kepada pemain, dan menceritakan pengalaman horor yang dialami temannya, yakni Jaka.

Di luar dari sejumlah penyesuaian tersebut, film ini nampak berusaha sebaik mungkin untuk tetap “setia” dengan gimnya. Bahkan untuk menegaskan kesetiaan tersebut, publik juga sempat diperlihatkan video teaser yang memperlihatkan betapa film ini, terutama settingnya cukup setia dengan sumber aslinya. Bahkan dalam filmnya sendiri, penonton bisa melihat sebuah scene yang memperlihatkan Jaka tengah bergerak dan membuka pintu dengan sudut pandang first person seperti di gimnya.

Alur filmnya sendiri berjalan dengan maju mundur di mana terdapat sejumlah adegan flashback yang cukup kontras. Salah satu contohnya adalah saat Rika yang mendengar terdapat suara isakan tangis dan suara tembok digedor dari balik kamarnya, di mana kamar di baliknya adalah kamar dari Nenden. Adegan lalu berpindah pada Nenden yang tengah menangis sambil menggedorkan dirinya ke tembok, di mana adegan ini sebenarnya terjadi di masa lalu ketika ia masih hidup. Kemudian unsur horor di film Pamali sendiri juga cukup menarik, di mana film ini tidak terlalu banyak mengumbar adegan jumpscare. Sebaliknya, rasa takut dalam hati penonton akan dibangun perlahan-lahan dalam adegan-adegan yang mencekam dan membangkitkan bulu kuduk, ditambah dengan alunan musik yang juga cukup mencekam. Anda seorang penakut? Bersiaplah untuk tidak benar-benar bisa mencerna film ini ketika anda menontonnya, karena anda hampir pasti akan lebih sering menutup mata anda. Yang menarik, alur pembangunan rasa takut di dalam hati yang dibuat dalam film ini justru membuat filmnya malah terasa lebih seram dalam detik-detik sebelum hantunya muncul, ketimbang ketika hantunya sudah muncul. Kecuali untuk satu atau dua jumpscare yang sangat mengejutkan, yang pada akhirnya setelah jumpscare tersebut dan hantunya sudah muncul, rasanya sudah biasa saja.

Satu hal yang menarik adalah, unsur “Pamali” yang menjadi tema (dan juga judul) dari gim dan filmnya, namun di dalam film unsur tersebut rasanya tidak benar-benar terangkat dengan jelas. Dalam gim pemain harus menghindari tindakan-tindakan yang dianggap “Pamali” demi bisa mendapatkan ending terbaik. Sementara dalam film, unsur “Pamali” hanya muncul ketika seorang nenek memberikan nasehat kepada Rika yang tengah mengandung, hingga Rika yang dinasehati oleh Jaka untuk jangan potong kuku di malam hari, maupun Nenden yang diceritakan bernasib tragis akibat selama hidupnya ia kerap kali melakukan sejumlah tindakan yang dianggap “Pamali” seperti memotong kuku di malam hari, hingga memotong rambut di malam hari pula. Namun di luar itu, selebihnya film ini hampir tak berbeda dengan film-film horor lainnya pada umumnya. Karakter utama berada di tempat yang dihantui, dihantui di sepanjang film, dan berakhir dengan mengusir sang hantu menggunakan ritual khusus. Ya sudah, begitu saja.

Sebagai sebuah film horor, Pamali cukup sukses menaikkan bulu kuduk penontonnya. Akting para pemain pun juga patut dipuji. Sutradara Bobby Prasetyo juga pantas dipuji dengan keputusannya untuk membuat film ini sesetia mungkin dengan gimnya. Meskipun begitu, publik tetap bisa menonton film ini tanpa harus memainkan gimnya terlebih dahulu. Namun perlu diingat bahwa gim Pamali sendiri terdiri dari 4 chapter: Kuntilanak, Pocong, Tuyul, dan Leak. Fakta bahwa terdapat pula karakter bernama Cecep (yang merupakan karakter di chapter 2 gimnya) di sini, dan ending yang cukup “menggantung”, mengindikasikan bahwa Lyto Pictures nampaknya masih belum selesai dengan film Pamali ini.

Saksikan Pamali di bioskop-bioskop mulai 6 Oktober 2022!

Para pelaku:

Taskya Namya sebagai Nenden

Marthino Lio sebagai Jaka

Putri Ayudya sebagai Rika

Rukman Rosadi sebagai Dadang

Unique Priscilla sebagai Lilis

Fajar Nugra sebagai Cecep

KAORI Newsline | Oleh Dody Kusumanto

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses