Dunia seiyu di Jepang kini semakin mirip dengan industri idol. Para calon seiyu berjuang keras mengejar impian mereka, hanya untuk menyadari bahwa industri ini tidak seperti yang dibayangkan.
Media Sosial Menjadi Faktor Penting dalam Audisi
Mari Takahashi, seorang idol sekaligus seiyu, mengungkapkan bahwa saat ini jumlah followers di media sosial menjadi pertimbangan utama dalam audisi seiyu di Jepang. Dalam unggahannya di X/Twitter, ia menulis, “Saat ini, bahkan di audisi pengisi suara, kalian akan ditanya berapa banyak followers yang kalian miliki di media sosial.”
Banyak Seiyu Terjebak dalam Sistem Industri
Tak hanya Takahashi, seorang seiyu “gurem” yang menyebut dirinya sebagai Michiru (bukan nama sebenarnya) juga berbagi pengalaman pahitnya. Dalam wawancara dengan ABEMA News, ia mengungkapkan bahwa dirinya terpaksa meninggalkan dunia seiyu setelah mengalami diskriminasi sistemik dan kelelahan kerja. Ia merasa lebih dihargai karena popularitas di media sosial dibandingkan dengan bakat yang dimilikinya.
Banyak Seiyu Kesulitan Bertahan Hidup
Berdasarkan laporan terbaru, banyak seiyu di Jepang mengalami kesulitan mendapatkan penghasilan yang layak. Banyak di antara mereka hanya dianggap sebagai tenaga kerja yang dapat dengan mudah digantikan oleh bakat baru. Sistem industri ini menuntut mereka untuk terus relevan dan menarik perhatian di media sosial agar bisa bertahan.
Panggilan untuk Reformasi Industri
Pengalaman Michiru dan Mari Takahashi menjadi gambaran tentang tantangan yang dihadapi seiyu di Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa industri seiyu di Jepang tidak selamanya seindah di anime, dan membutuhkan reformasi agar para seiyu tidak hanya dinilai dari popularitas mereka di media sosial, tetapi juga dari bakat dan dedikasi mereka dalam berkarya.
KAORI Newsline | Sumber