Sebuah survei terbaru mengungkap tren menarik di kalangan anak-anak di Jepang. Alih-alih bercita-cita menjadi dokter atau guru, banyak dari mereka justru bermimpi menjadi VTuber atau YouTuber. Survei ini dilakukan oleh portal Nifty Kids pada Januari 2025 dan mengumpulkan lebih dari dua ribu responden dari siswa SD dan SMP.
VTuber Geser Profesi Tradisional
Hasilnya cukup mengejutkan: profesi VTuber menduduki peringkat ke-4 dalam daftar cita-cita, sementara YouTuber berada di posisi ke-6, setara dengan dokter dan idol. Ini menunjukkan bahwa dunia hiburan digital kini menjadi daya tarik kuat bagi anak-anak di Jepang, menggeser minat terhadap profesi konvensional seperti dokter dan guru.
Inilah profesi-profesi yang banyak dicita-citakan anak-anak di Jepang:
- Guru – 6.5%
- Ilustrator – 5.8%
- Utaite – 5.2%
- VTuber – 4.6%
- Aktor/aktris/model – 4.3%
- YouTuber – 3.5%
- Dokter – 3.5%
- Idol – 3.5%
- Musisi – 3.4%
- Pengasuh tempat penitipan anak atau PNS – masing-masing 3.2%
SD dan SMP Punya Preferensi Berbeda
Saat data dipisahkan berdasarkan jenjang pendidikan, terlihat perbedaan signifikan. Anak-anak SD paling ingin menjadi ilustrator, penyanyi (utaite), guru sekolah, dan VTuber. Sementara itu, siswa SMP cenderung memilih profesi seperti guru, apoteker, dan pegawai negeri. Artinya, seiring bertambahnya usia, minat anak-anak mulai bergeser ke arah pekerjaan yang lebih stabil dan klasik.
Inilah profesi-profesi yang banyak dicita-citakan anak-anak SD di Jepang:
- Illustrator (6.7%)
- Utaite (5.6%)
- Guru dan VTuber (sama-sama 5.4%)
- –
- YouTuber (4.4%)
Inilah profesi-profesi yang banyak dicita-citakan anak-anak SMP di Jepang:
- Guru (9.5%)
- Farmasi (6.4%)
- PNS (5.3%)
- Musisi (4.8%)
- Seiyu (4.3%)
Budaya Digital Makin Mendominasi
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Jepang. Sejak 2017, survei di negara lain seperti Amerika Serikat juga menunjukkan peningkatan minat terhadap profesi berbasis internet. Popularitas VTuber meningkat karena menawarkan kebebasan berekspresi, kreativitas, dan privasi—semua itu sangat menarik bagi anak-anak di Jepang yang tumbuh di era digital.
KAORI Newsline | Sumber