Teknologi CROWDS Sebagai Masalah
Dengan kerangka pemikiran yang telah dibahas di atas, kita dapat melihat bagaimana Gatchaman Crowds insight mengupas kecenderungan untuk memahami teknologi dalam kerangka masalah dan solusi. insight menunjukkannya melalui sikap karakter-karakter dalam cerita ini mengenai wacana keberadaan teknologi CROWDS di masyarakat.
Rui Ninomiya, selaku pembuat jaringan media sosial GALAX yang juga menyebarkan aplikasi untuk menggunakan CROWDS di akhir season pertama, menunjukkan pemikiran yang berorientasi pada pengelolaan rasional teknologi CROWDS. Walaupun ia paham CROWDS memiliki potensi disalahgunakan dan menimbulkan masalah (karenanya ia sempat membatasi penyebaran CROWDS di season pertama), namun ia percaya selama digunakan oleh orang-orang yang tepat, CROWDS dapat digunakan untuk kebaikan dan mengatasi masalah. Baginya adalah hal yang penting untuk membuat CROWDS tersedia bagi orang-orang yang akan menggunakan teknologi tersebut untuk tujuan baik sehingga mereka memiliki kemampuan untuk ikut mengatasi masalah-masalah dalam masyarakat.
Di sisi lain, pihak VAPE yang dipimpin oleh Rhythm Suzuki menolak keberadaan teknologi CROWDS. Dalam pandangannya, masyarakat belum siap untuk menerima keberadaan teknologi tersebut secara bertanggung jawab. Hal itu dikarenakan sifat masyarakat yang mudah terbawa suasana dan terpengaruh opini massa membuat orang tidak memikirkan secara bijak penggunaan teknologi yang mereka miliki. Untuk menghindari bahaya dari pemakaian CROWDS yang tidak bertanggung jawab oleh massa, maka Rhythm berupaya menghilangkan kepercayaan masyarakat kepada CROWDS sehingga peredarannya dihentikan dan dihapus.
Kedua sikap yang bertentangan ini sebenarnya sama-sama menunjukkan perilaku teknologis. Pada dasarnya kedua pihak sama-sama memandang relasi antara manusia dengan teknologi CROWDS sebagai permasalahan yang dapat memberikan manfaat atau kerugian bagi manusia. Solusi masalah ini bagi Rui adalah pengelolaan manfaat teknologi CROWDS oleh orang yang baik, sementara bagi Rhthym solusinya adalah menghapus teknologi yang bermasalah itu sendiri, agar potensi penyalahgunaan menjadi hilang.
Namun solusi-solusi sederhana ini sebenarnya salah kaprah dalam memahami kondisi teknologis dan tidak benar-benar dapat menghilangkan masalah. Rui tidak dapat menafikan bahwa sebanyak apapun orang-orang yang menggunakan CROWDS untuk keperluan baik, tetap saja akan ada orang-orang yang menyalahgunakan teknologi itu. Di sisi lain, walaupun CROWDS sudah dihilangkan sekalipun, tidak berarti masyarakat menjadi lebih baik, karena manusia tetap dapat membahayakan manusia lainnya melalui bentuk-bentuk teknologi lain. Akibatnya kedua pihak terjebak dari kondisi perseteruan yang mengakibatkan orang-orang tersakiti.
Kondisi Konflik Sosial
Selanjutnya, mari kita perluas bahasan dari perilaku mengenai relasi manusia dengan teknologi itu kepada bagaimana konflik disikapi oleh karakter-karakter dalam cerita insight. Ada pola dasar yang serupa di mana pemahaman umum mengenai konflik cenderung memperlakukannya sebagai suatu masalah yang memerlukan solusi.
Dari percakapan di episode keempat, Tsubasa dan Gel Sadra secara jelas melihat konflik sebagai masalah, karena mereka melihat perselisihan pendapat membuat manusia menjadi saling memusuhi dan menyakiti satu sama lain. Untuk itu mereka ingin menghilangkan perbedaan pendapat dan menyatukan pikiran dan perasaan orang-orang. Kalau semua orang memiliki aspirasi dan perasaan yang sama, maka mereka bisa memutuskan dan melaksanakan kegiatan bersama dengan tenang tanpa saling melawan dan menggunakan kekerasan terhadap satu sama lain.
Namun hal tersebut hanyalah asumsi ideal. Sebagaimana yang ditampilkan oleh insight kemudian, berusaha menyeragamkan pendapat seperti itu sebenarnya tidak menghilangkan konflik, hanya menyembunyikannya. Perbedaan pendapat dan keinginan tetap ada, namun orang-orang yang berbeda pendapat dari pandangan umum memilih untuk menahan dan tidak menyuarakan perbedaan mereka itu, untuk menghindari pemaksaan secara langsung agar meninggalkan perbedaan mereka. Ini adalah represi secara halus, sebuah kekerasan yang tidak disadari yang menunjukkan bahwa solusi yang ditawarkan oleh Gel Sadra dan Tsubasa tidaklah menghilangkan masalah yang yang menjadi sasaran mereka, namun justru memelihara masalah itu secara terselubung.
Pandangan berbeda diberikan oleh karakter utama lainnya, Hajime Ichinose. Di episode empat ia mempertanyakan pandangan Gel dan Tsubasa yang menganggap konflik adalah hal yang buruk. Tentu saja itu tidak berarti Hajime berpandangan bahwa adalah hal yang baik bagi manusia untuk saling bermusuhan dan menyakiti seperti yang dituduhkan Tsubasa. Posisi Hajime dapat dipahami sebagai suatu sikap menerima bahwa konflik adalah kondisi niscaya dari kehidupan bermasyarakat, bahwa perbedaan itu pasti selalu ada karena manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang berbeda-beda. Hajime menawarkan pandangan mengenai konflik yang tidak terjebak pada “perilaku teknologis”. Daripada menyakiti diri dan orang lain demi menghilangkan perbedaan dan memaksakan persamaan biarpun secara halus, masyarakat perlu menerima keberadaan konflik dan belajar untuk hidup dengan konflik. Inilah keselamatan yang dapat ditemukan dalam relasi antara manusia dengan konflik.

Penutup
Sebagaimana telah dikatakan di atas, apa yang dibahas dalam ulasan ini hanyalah sebagian saja dari beragam tema-tema yang ada di Gatchaman Crowds insight. Bagi yang berminat untuk menelaah seri ini lebih jauh, anda juga bisa mencoba menelusuri tema-tema pendekatan marketing dalam jejaring komunikasi digital, psikologi massa, hingga peran media dalam membentuk opini publik.

Gatchaman Crowds insight adalah salah satu anime yang paling penting untuk diperhatikan dan direnungkan tahun ini, dengan mengangkat dan merefleksikan konten-konten yang memiliki nilai relevan dengan kondisi masyarakat saat ini, bukan hanya bagi masyarakat Jepang, tapi juga masyarakat di berbagai bagian dunia, ada pelajaran-pelajaran berharga yang dapat kita petik dari Gatchaman Crowds insight.
Referensi
- Thomas Lamarre, The Anime Machine: A Media Theory of Animation, (Minneapolis: University of Minnesota Press, 2009), bab 4: “Merely Technological Behavior”, hlm. 45-54.
KAORI Newsline | oleh Halimun Muhammad