
Dalam kunjungannya ke proyek rel kereta api (KA) Trans Sulawesi pada rabu (25/11), Presiden menunjuk KAI menjadi operator Trans Sulawesi. “Sebagai operator, KAI akan ditunjuk yang mengoperasikan KA ini (KA Trans Sulawesi),” ujar Presiden Joko Widodo dalam sambutannya pada kunjungan tersebut. Selain itu, dalam sambutannya Presiden Joko Widodo juga berpesan agar pegawai yang akan mengoperasikan jalur Trans Sulawesi ini adalah putra daerah Sulawesi sendiri.
Pernyataan dari Presiden tersebut seolah menjawab teka-teki siapa yang akan menjadi operator KA Trans Sulawesi. Sebelumnya sempat berhembus rumor bahwa untuk operator akan dilelang. Selain itu beredar juga isu bahwa jalur ini akan dioperasikan oleh BUMD Provinsi Sulawesi Selatan.

Seperti diketahui, saat ini proyek jalur kereta api Trans Sulawesi sudah mulai dalam tahap pembangunan. Untuk tahap pertama, dibangun jalur dari Makassar menuju Pare-Pare sejauh 154 km dan Presiden menargetkan akan selesai tahun depan. Untuk tahun 2015, rencananya jalur akan terbangun sepanjang 16 km.
Untuk spesifikasi jalur, Trans Sulawesi memiliki perbedaan dibandingkan jalur KA di Jawa dan Sumatera. Jika di Jawa dan Sumatera menggunakan jalur dengan lebar rel 1067 mm atau biasa disebut Cape Gauge maka untuk Trans Sulawesi akan menggunakan Standard Gauge atau lebar rel 1435 mm dan menggunakan rel tipe R60. Dengan rel yang lebih lebar, maka tekanan gandarnya mencapai 25 ton, atau lebih besar dibandingkan dengan di Jawa dan Sumatera. Selain itu, jalur Trans Sulawesi ini hampir seluruhnya menggunakan komponen lokal. Diantaranya menggunakan bantalan beton buatan PT WIKA, sistem persinyalan buatan PT LEN, dan penambat rel atau pandrol buatan PT PINDAD. Hanya batang rel saja komponen yang masih diimpor dari Jepang karena industri dalam negeri masih belum bisa memproduksi baja untuk bahan batang rel.