Bila pernah menonton anime, tentu tidak asing dengan pemandangan masyarakat yang menaiki transportasi massal publik yang nyaman dan aman. Bayangkan rutinitas seorang Aoba Suzukaze dari seri New Game! yang pada usia sangat belia sudah menjadi anggota masyarakat dan bekerja di studio game di tengah kota, menikmati perjalanan sebagai penglaju dalam kereta yang penuh namun nyaman. Wajar bila mengingat Jepang yang menjadi negara pertama di Asia yang mengoperasikan kereta bawah tanah (jalur TM Ginza, 1927).
Keseharian sebagai penglaju di Indonesia memang belum akan senyaman yang dirasakan Aoba, tetapi selain KRL Commuter yang berbenah beberapa tahun ini, tanpa diketahui banyak orang, bawah tanah Jakarta sedang ramai dan berisik dengan proyek menuju masa depan. Tidak lain tidak bukan, proyek MRT (Mass Rapid Transit) Jakarta yang pertama di Indonesia dan direncanakan akan beroperasi pada 2019, hampir 90 tahun setelah MRT hadir di Jepang dan hampir 35 tahun sejak studi kelayakan MRT pertama dibuat pada tahun 1980-an.
Pada Kamis (14/7), KAORI Nusantara sebagai situs bertemakan anime dan budaya pop Jepang berkesempatan untuk mengunjungi salah satu mega proyek yang paling dinantikan oleh rakyat Jakarta. Proyek milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, PT MRT Jakarta tersebut saat ini tengah menjalani tahap konstruksi. Jadi, seperti apa masa depan yang dijanjikan itu?
Dari Masa Lalu, Disiapkan untuk Masa Depan

Pada kesempatan berharga ini, KAORI Nusantara mengunjungi lokasi pembangunan (site) di samping Bundaran Hotel Indonesia (HI) yang nantinya akan menjadi lokasi stasiun Bundaran HI, tepat di kedalaman sekitar 15 meter (m) dari muka tanah. Stasiun Bundaran HI adalah satu dari 6 stasiun bawah tanah yang terdapat di fase 1 MRT Jakarta lintas Utara-Selatan yang membentang dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI. Di Stasiun Bundaran HI tersebut, sedang berlangsung proses penggalian tanah terowongan oleh Tunnel Boring Machine (TBM) yang dinamai TBM Mustikabumi II, menuju ke stasiun Dukuh Atas.
Saat ini, TBM Mustikabumi II sudah mengebor sejauh 562 m dan hampir menembus stasiun Dukuh Atas, yang menarik adalah di sepanjang terowongan dari stasiun Bundaran HI hingga posisi TBM Mustikabumi II yang sedang mengebor terdapat selang karet besar yang berguna untuk mengalirkan oksigen untuk operator TBM karena semakin dalam dan jauh terowongan yang digali, persediaan oksigen didalamnya akan semakin menipis sehingga perlu dipompa dari udara luar.
Stasiun Bundaran HI memiliki 2 tingkat di dalam tanah. Tingkat pertama digunakan sebagai zona komersial dan ticketing, lalu tingkat kedua adalah zona peron untuk naik dan turun penumpang MRT. Stasiun ini memiliki desain yang sedikit berbeda dengan stasiun lainnya karena merupakan stasiun ujung fase 1 dari jalur Utara-Selatan. Stasiun ini memiliki lebar 22 m dan panjang 400 m, sedangkan stasiun lainnya hanya memiliki panjang 200 m. Hal ini dilakukan karena untuk stasiun ujung diperlukan wesel untuk berpindah jalur, sehingga emplasemennya secara otomatis membutuhkan ukuran yang lebih panjang dari yang lainnya.

Sementara itu, Stasiun Dukuh Atas sendiri memiliki jumlah tingkat yang sedikit berbeda dengan stasiun bawah tanah lainnya karena memiliki 3 tingkat di bawah tanah. Hal ini dilakukan mengingat jalur dari Bundaran HI hingga Dukuh Atas terdapat sungai Ciliwung yang membentang dari Timur ke Barat, sehingga jalur bawah tanah MRT harus berada di bawah sungai Ciliwung. Bila dilihat pada skema level ketinggian, jalur inilah yang menjadi jalur terendah dari semua jalur MRT yang berada di bawah tanah.
Menepis Keraguan Akan Bencana
Hal yang paling menarik dalam kunjungan ini sudah tentu adalah terowongan untuk jalur KA MRT. Inilah terowongan kereta api bawah tanah yang pertama yang ada di Indonesia sehingga menjadi daya tarik dari MRT itu sendiri. Terowongan ini memiliki diameter 6,05 m yang dibentuk oleh 6 panel dinding berukuran 1,5 m dan dengan ketebalan 30 cm. Panel dinding ini dibuat dengan teknik precast atau pracetak yang dibuat dengan cara pabrikasi dan produksi massal oleh PT Wika Beton di Karawang, Jawa Barat. Panel-panel dinding terowongan juga dipasang menggunakan TBM sehingga mesin tersebut sejatinya melakukan dua pekerjaan sekaligus, yaitu mengebor tanah sambil memasang panel-panel dinding.

Panel-panel dinding tersebut disambungkan satu sama lain dengan cara dibaut antar panelnya, sehingga saling menjadi satu kesatuan. Teknologi lain yang digunakan dalam pembuatan terowongan ini adalah dengan menyuntikkan cairan yang dapat mengeras dalam waktu 10 detik setelah suntikan, untuk mengisi kekosongan antara tanah dan terowongan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penurunan muka tanah yang berada di atas terowongan.

Bersambung ke halaman berikutnya