Love Hotel: Tetap Eksis di Masa Krisis

5

_46056201_couple_bbc

Tidak banyak yang menyangka, kalau ternyata bisnis love hotel (hotel percintaan, simpelnya tempat anda dan pasangan anda bisa menghabiskan waktu) adalah salah satu bisnis yang paling tahan krisis di masa reses ini.

Bahkan, kini love hotel lebih populer ketimbang hotel-hotel biasa pada umumnya.

Menurut statistik, ada sekitar 250 ribu love hotel di Jepang, yang dikunjungi sebanyak 500 juta kali setiap tahunnya. Hotel-hotel ini berdiri di dekat stasiun kereta api, dan dipasarkan dengan nama yang "ramah", seakan sebagai tempat singgah sementara biasa.

Privasi sangat dijunjung tinggi di sini. Bahkan, tersedia opsi untuk menyembunyikan nomor polisi kendaraan anda di sini.

Tempat seperti ini biasa digunakan sebagai tempat selingkuh, melakukan prostitusi, atau sebagai tempat pelarian pasangan dari apartemen mereka.

Pelayanan di meja resepsionis sudah menggunakan sistem otomatis, tanpa perlu kehadiran staf. Menghindari tatap muka adalah hal yang penting di sini.

Contoh dari para pencari privasi ini adalah Yuichi Ito dan Kyoko Shio. Mereka bertemu pertama kali di Amerika, dan kini mereka terkadang mengunjungi love hotel, bila ingin mencari privasi.

"Dengan ayah, ibu, dan dua saudara lelakiku, rumah kami hanya memiliki empat ruangan. Sangat padat."

Interior salah satu love hotel (Guardian)

Privasi adalah barang langka di negeri sesibuk Jepang. Bisnis love hotel meraup keuntungan sampai 40 miliar dollar setiap tahunnya. "Kami tidak terpengaruh krisis. Meski ada penurunan sebesar 3-4 persen, tingkat okupansi kami selalu berkisar di angka 400 persen setiap tahunnya.", ungkap Joichiro Mochizuki, salah satu direktur sebuah jaringan love hotel di Jepang.

Di balik citranya yang agak negatif, love hotel tetap menjanjikan. Termasuk, mereka mencari pangsa pasar yang unik.

Beberapa love hotel didesain dengan tema bondage dan sadomachonist. Ada juga yang memiliki tema dokter dan perawat. Juga, kalau anda mau, ada pula yang menyediakan tema sekolah.

Mungkin orang Jepang sudah mengurangi berbagai aspek kehidupan mereka. Tapi satu hal, mereka tetap mempertahankan keinginan mereka untuk mencari kesenangan, meski hanya beberapa jam saja.

Shin Muhammad | Diterjemahkan dari artikel serupa di BBC | KAORI Newsline

Mind if we build one in Indonesia?

5 KOMENTAR

  1. weits jangan dong kalo sampe ada love hotel. Dampak serius yang akan terjadi adalah pergeseran moral dan juga penundaan pernikahan.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses