PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) sebagai operator moda transportasi Bus Rapid Transit (BRT) telah mengoperasikan banyak armada bus dari berbagai operator. Dari sekian banyak bus yang beroperasi, Transjakarta juga mengoperasikan Bus Khusus Wanita (BKW).
BKW pertama kali diresmikan pada 21 April 2016, juga bertepatan dengan perayaan hari Kartini. Saat itu bus yang diresmikan berjumlah 2 unit bus gandeng yang terdiri dari 1 unit bus Scania K320IA dan 1 unit bus Scania K340IA. Bus tersebut diresmikan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi DKI Jakarta, Veronica Tan yang merupakan istri dari Gubernur DKI Jakarta non-aktif saat ini, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Setelah beberapa bulan kemudian, pada 19 Oktober 2016 PT Transjakarta kembali meresmikan 116 unit bus baru dimana 10 unit diantaranya merupakan BKW. 10 bus tersebut merupakan bus tunggal (single bus) dengan merk Mercedes-Benz tipe OH1526, dengan kursi menghadap ke depan.

Dengan diresmikannya BKW ini, diharapkan pelecehan terhadap wanita dapat menurun dan kenyamanan bagi wanita semakin baik. Sebelum BKW diresmikan, sejatinya di seluruh bus Transjakarta sudah terdapat Area Khusus Wanita (AKW), namun dianggap belum efektif mengurangi tingkat pelecehan terhadap wanita.

Kini, para pengguna bus Transjakarta khususnya kaum pria mulai merasa tidak nyaman dengan adanya BKW tersebut. Banyak alasan yang dikemukakan, seperti mengganggu headway, menambah waktu tunggu bagi penumpang pria hingga kondisi BKW yang lebih sering terlihat dalam keadaan sepi.

Koridor 1, dengan rute Blok M – Kota merupakan salah satu koridor Transjakarta yang sering kali dilalui oleh BKW pada saat jam sibuk. Setiap BKW tersebut umumnya terlihat kosong (dengan hanya terisi tempat duduk -itupun jarang penuh-). Kondisi ini memperparah kepadatan penumpang di halte yang seharusnya dapat terurai.
Perilaku penumpang wanita bus Transjakarta (dan pengguna Kereta Rel Listrik/KRL Commuter Line di saat jam sibuk) yang memegang asas ‘harus duduk’ juga membuat BKW hanya penuh di tempat duduk dan (hampir) tidak ada yang berdiri. Akhirnya bus berjalan dalam keadaan sangat lowong karena penumpang pria juga tidak dapat masuk ke dalam BKW. Perilaku ini juga mengganggu penumpang yang ingin masuk ke dalam bus karena akses pintu yang tertutup oleh penumpang yang batal naik karena tidak ada kursi yang kosong.
Keinginan para penumpang pria untuk dihapuskannya BKW dan menggantinya dengan AKW juga diharapkan dapat terwujud. Para penumpang pria merasa tujuan dibuatnya BKW tidak tercapai karena penumpang wanita lebih memilih yang penting duduk, sedangkan BKW yang dikhususkan untuk wanita tidak pernah dalam keadaan penuh (oleh wanita) diluar jam sibuk.
“Harusnya dengan disediain area khusus (AKW) didalem bus itu sudah cukup. Nggak perlu lah dibikin bus khusus wanita segala. Toh jadinya kaya gini, Emang maunya duduk doang”, komentar salah seorang penumpang pria.
Sebelumnya PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) juga pernah mengoperasikan KRL Commuter Line yang dijadikan Rangkaian Khusus Wanita (RKW). KRL RKW tersebut menggunakan KRL eks-Tokyo Metro 6000 rangkaian 6107F, sejak 1 Oktober 2012.

Namun, pada 13 Mei 2013, kebijakan RKW tersebut dihapus dan rangkaian 6107F diubah kembali menjadi rangkaian untuk seluruh penumpang karena tidak efisien dan nyaris selalu kosong diluar jam sibuk, sementara penumpang pria banyak yang menumpuk di stasiun-stasiun yang dilaluinya.

Cemplus Newsline by KAORI