Elitisme, Masalah Penggemar Idola di Jepang

7

Para fans idola – yang penggemarnya sedikit dibandingkan hiburan arus utama – terpecah berdasarkan senioritas dan saling mendiskreditkan.

640px-JKT48_Theater

Idola Jepang bukan sekadar artis biasa. Mereka tumbuh dan populer bukan semata karena kemampuan bernyanyi maupun koreografi saja, tetapi karena keterikatan yang kuat antara mereka dan penggemar setianya.

Kesuksesan JKT48 di Jakarta tercermin dari ramainya para penggemar fanatik mereka, wota saat menyaksikan idola kesayangan mereka beraksi. Hal serupa juga terjadi di Jepang, baik di grup seperti AKB48 maupun grup-grup idola lainnya.

Akan tetapi, seiring menanjaknya kepopuleran seseorang, para penggemar awal yang mengikuti sang idola sejak ia belum terkenal, sepertinya merasa risih dan tidak suka dengan fans-fans baru, yang mereka rasa “tidak mengerti caranya menjadi fans.”

Dalam laporan yang diturunkan oleh web Nico Nico News, fans senior mengeluhkan sifat fans baru yang mereka rasa “seenaknya saja, tidak berpengetahuan.”

“Fans senior umumnya mengerti bagaimana perjalanan sang idola dari bawah, sedangkan fans baru cuma tahu ‘saya senang X’. Saat kami tahu lebih mendalam soal industri idola Jepang, mereka menganggap remeh.”

Atau keluhan lain di mana fans baru dirasa terlalu egois.

“Fans baru langsung menodong, menanyakan, ‘kamu ingat saya, kan?’ dan merasa gembira jika mereka dijawab ‘ya’. Fans yang sudah sepuh tidak minta sebegitunya, hanya minta diakui saja. Mereka tidak benar-benar menyukai sang idola, mereka cuma senang menari-menari ramai agar dapat perhatian.”

Atau, keluhan di mana fans baru berusaha menyaingi perhatian sang idola.

“Banyak yang berdandan rapi sekarang ini. Kami otaku cuma pakai deodoran dan parfum sedikit saja. Kalau kamu punya banyak duit, harusnya kamu beli barang buat mendukung idola kesukaanmu! Mereka terlalu asertif, mereka bilang mereka suka idola, tapi kurasa mereka lebih menyukai diri mereka sendiri. ”

Atau “keegoisan” para penggemar baru yang mengekspresikan diri mereka sendiri.

“Ada penggemar baru yang bilang, ‘apa salahnya sih jatuh cinta sama idola? Apa ada larangannya?’ Otaku akan keluar banyak uang untuk cinta semu dengan seorang idola, asalkan dia tetap suci! Aku juga tidak tahan ketika ada orang yang bilang, ‘Momo Kuro dewa! Nogizaka sampah! Kamu takkan mendengarku bilang, ‘baguslah dunia idola berkembang.'”

Meski belum ada survei yang menanyakan opini para penggemar baru dalam dunia peridolaan, pihak eksternal yang melihat dunia idola sebagai sesuatu yang niche dan hanya digemari segelintir orang mungkin saja akan heran, mengapa sesama penggemar saja sampai harus saling berselisih paham.

KAORI Newsline | via Rocketnews | Ilustrasi: Wikipedia

7 KOMENTAR

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses