
Bila beberapa hari ini Transjakarta terasa lebih sesak dari biasanya, menghilangnya Steady Safe (SAF) dari lintas mungkin salah satu penyebabnya. Ternyata, para supir Steady Safe mogok kerja untuk menuntut gaji yang belum dibayarkan oleh manajemen.
Dalam surat yang diperoleh oleh tim KAORI, disebutkan bahwa direktur utama Steady Safe John Pieter Sembiring menyampaikan pemberitahuan kepada direktur operasi Transjakarta Daud Joseph mengenai rencana mogok kerja yang akan dilakukan oleh para supir pada tanggal 17 dan 18 Oktober.
Berbeda dari aksi mogok supir Transjakarta sebelumnya, tidak terpantau adanya penurunan pelayanan yang signifikan, namun kedatangan sejumlah bus di ruas-ruas tertentu menjadi lebih lama dari sebelumnya. Di Cawang UKI, terpantau penumpukan penumpang tujuan Pinang Ranti dan Kampung Rambutan akibat berkurangnya bus yang melayani.
Steady Safe adalah pemain lama di dunia transportasi dan pernah mengoperasikan layanan bus reguler dan taksi sampai awal 2010-an. Sebelumnya, Steady Safe juga pernah menjadi operator di layanan BRT Transjakarta dengan membuat konsorsium bersama beberapa operator bus kota lainnya, di PT Trans Batavia (TB), PT Jakarta Trans Metropolitan (JTM) dan PT Jakarta Mega Trans (JMT).
Setelah lama vakum, pada 2018 Steady Safe kembali hidup sebagai operator bus Transjakarta dan membeli 128 bus maxi Volvo B11R, yang mulai dioperasikan pada 24 Maret 2018. Pesanan bus ini dilakukan sebagai wujud keseriusan Steady Safe untuk bergabung dalam layanan BRT Transjakarta.
Sebelum menjalankan aksi mogok kerja, sebelumnya bus-bus Steady Safe sempat mengalami kecelakaan saat bertugas, dengan kecelakaan terakhir menimpa bus bernomor lambung SAF 036 saat beroperasi di koridor 1 (Blok M – Kota).