Pengaruh MPL dan M1 Terhadap Kontingen Mobile Legends Indonesia di SEA Games 2019

0
sea games

Kompetisi esports SEA Games 2019 yang dilaksanakan di Manila, Filipina telah resmi usai. Indonesia berhasil meraih 2 medali perak dari seluruh cabang esports yang diikuti, salah satunya dari cabang Mobile Legends: Bang Bang.

Panggung Filoil Flying V Centre, San Juan Metro selama 5 – 10 Desember 2019 jadi lokasi berkumpulnya saksi mata gelaran esports mendapatkan medali dari gelaran olahraga untuk pertama kalinya dalam sejarah. Target Indonesia sendiri yaitu 2 medali emas mengingat para pemain MLBB Indonesia berhasil menorehkan prestasi memuaskan di gelaran Mobile Legends resmi, seperti MSC 2019 dan M1 World Championship.

MPL Indonesia Season 4 menjadi bukti buasnya kompetisi Mobile Legends Indonesia. Sebanyak 8 tim bertanding secara sengit guna meraih titel tim Mobile Legends terbaik di Indonesia. Playoffs MPL ID S4 yang berlangsung dari 26 – 27 Oktober 2019 di Tennis Indoor Senayan membawa EVOS Esports sebagai juara.

Gelaran M1 World Championship menghadirkan 16 tim dari 14 negara yang bertanding sengit untuk menjadi tim Mobile Legends terbaik dunia. EVOS Indonesia yang pada saat itu memakai nama EVOS Legends mampu tampil memukau. Donkey dkk. berhasil membungkam perlawanan dari wakil-wakil negara lain, seperti Jepang, Rusia, Filipina, dan Myanmar.

Setelah proses seleksi yang panjang dan berbagai penyesuaian dari peraturan lembaga serta panitia, Indonesia menemukan 6 wakil berbakat untuk divisi Mobile Legends, antara lain:

  • Yurni “Donkey” Putra
  • Eko “Oura” Julianto
  • Muhammad “Wann” Ridwan
  • Gustian “Rekt”
  • Teguh “Psychoo” Imam Firdaus
  • Adriand “Drian” Larsen

Roster yang diwujudkan sendiri merupakan gabungan antara EVOS Esports dan ONIC Esports. Dua tim Mobile Legends yang memiliki rekam jejak positif di kompetisi MPL Indonesia (Juara Season 3 dan 4) dan gelaran tingkat dunia Mobile Legends (MSC 2019 dan M1 World).

Untuk segi lawan, Indonesia memiliki rival yang kurang lebih sama seperti gelaran di M1. Sebagai contoh, kehadiran pemain Impunity KH sebagai wakil Kamboja, pemain EVOS SG sebagai wakil Singapura dan Todak yang mewakili Malaysia.

Kehadiran para lawan dengan roster yang kurang lebih sama dengan M1 memberikan pengaruh lebih, apalagi dari segi strategi. Indonesia memiliki agresivitas yang tinggi layaknya permainan EVOS di M1, hal ini ditunjukkan dengan dominasi laning yang cepat dan pick hero yang khas.

Bisa dibilang, strategi yang ditunjukkan pada gelaran M1, MPL ke SEA Games 2019 tidak jauh berbeda. Pilar penting dan beberapa hero seperti Harith, Akai, Selena, Khufra, Claude dan lain sebagainya tetap menjadi favorit sejak MPL Season 4 berlangsung.

Tibold juga mengusung strategi roaming dari posisi support dan tank, diikuti dengan strategi back-up oleh offlane. Lantas, hasil yang ditunjukkan pun cukup memuaskan sehingga Indonesia sukses menjuarai babak grup B dan melaju ke Grand Final.

Meskipun demikian, Indonesia harus kalah melawan kontingen Filipina di babak final. Berbeda dengan wakil lain, kontingen Filipina merupakan pemain SGD.Omega yang tidak lolos ke gelaran M1. Bahkan, SGD.Omega harus puas menempati posisi ketiga di MPL PH Season 4 lalu.

Penampilan kontingen Filipina di babak grup B SEA Games MLBB pun tak terlalu maksimal, yaitu 1 kemenangan, 1 kekalahan dan 1 hasil seri. Wakil Thailand yang dihuni pemain IDNS pun mampu membungkam permainan Filipina.

Namun, selain pertandingan grand final yang membuat kontingen Filipina bermain all-out, ditambah gaya permainan SGD.Omega yang tidak terlihat di gelaran M1. Kemenangan SEA Games 2019 oleh kontingen Filipina sendiri seakan menunjukkan betapa berpengaruhnya hasil MPL dan M1 sebagai referensi tim dalam membaca strategi lawan.

Strategi dan laning phase yang menjadi kunci kemenangan Indonesia berhasil ditahan oleh kontingen Filipina. Hal ini pun semakin diperparah dengan hasil negatif di setiap peperangan. Berbeda halnya dengan Indonesia, bisa dibilang Filipina memiliki segudang arsip dan strategi dalam menghadapi wakil Indonesia berkat hasil di M1 yang lalu.

Hal ini terlihat dengan perlawanan yang diberikan oleh tim Filipina ketika tertinggal dari perolehan skor. Indonesia sendiri sempat tertinggal 1-0, namun membalikkan keadaan 2-1 hingga tersisa satu kemenangan sebelum mengamankan medali emas.

Tetapi para Garuda Muda tidak mampu membawa tren positif kemenangan hingga akhir pertandingan sampai puncaknya Filipina mampu mengamankan medali emas dengan kemenangan 3-2.

Dari SEA Games 2019, terlihat bahwa peran penting dari kompetisi seperti MPL dan M1, sedikitbanyak mempermudah tim dalam menyusun para pemain terbaiknya. Hal ini tentu penting karena selain kemampuan individu dan kerjasama tim, chemistry pemain menjadi salah satu faktor yang tidak boleh dianggap remeh.

Faktanya, timnas MLBB bukanlah tim EVOS Legends yang mendominasi M1 World Championship 2019 karena absennya Luminaire. Namun demikian, saat pemilihan timnas Indonesia untuk MLBB, Luminaire sendiri juga belum terlalu bersinar — karena pasca MPL ID S3. Bisa jadi, ketika Luminaire yang bermain di SEA Games 2019 kemarin, hasil akhirnya mungkin saja berbeda. Pasalnya, MLBB adalah game yang memaksa para pemain dengan skill tinggi untuk bisa berkolaborasi dengan rekan satu timnya dengan nyaris sempurna.

Tentu saja, hal ini bisa jadi catatan evaluasi sendiri buat para pengurus berikutnya jika ada lagi pertandingan MLBB di luar klub esports-nya masing-masing. Apakah memang sebaiknya menunjuk satu tim dengan prestasi terbaik di turnamen terakhir atau mengikuti gaya sepak bola yang mengambil sejumlah pemain dari tim-tim yang berbeda.

KAORI Newsline | Informasi yang disampaikan berasal dari pihak pemberi siaran pers dan tidak merepresentasikan kebijakan editorial KAORI.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses