Mechashock: Sebuah IP Cyberpunk Lokal yang Siap Go International

0
The Bloody Whiskey

Tidak banyak kreator Indonesia yang berkaya superhero yang bernuansa Jepang. Beragam konsep unik dan imajinatif hadir demi memanjakan para pecinta style anime Jepang lewat beragam media, mulai dari komik hingga action figure.

Salah satu kreator yang berusaha menembus barikade kompetisi adalah Mechashock. Original IP (intellectual property) yang digagas oleh Yudi Tukiaty bersama teman-temannya ini menawarkan sentuhan Jepang yang kental lewat debut komiknya bertajuk The Bloody Whiskey.

Mengambil tema Cyberpunk, Mechashock coba menggambarkan betapa rumitnya dunia di ambang kehancuran, di mana manusia dan mesin saling berseteru. “2020 ini adalah tahunnya Cyberpunk, banyak sekali film dan game besar bertema Cyberpunk, Cyberpunk merupakan salah satu IP yang disenangi dunia. Sebut saja film The Matrix dan Alita Battle Angle yang suskes di Box Office sampe triliniunan rupiah” tambahnya.

Khusus ditujukan untuk pembaca berusia 18 tahun ke atas, Mechashock: The Bloody Whiskey memulai ceritanya dengan sebuah pertempuran epik antara Shige Tanaka dengan para mafia yang tengah melakukan transaksi biochemical ilegal di sebuah klub. Dengan latar waktu Los Angeles di 2097 yang penuh kekacauan, sang hero yang diutus sebuah PMC (Private Military Contractor) untuk mengusut dan menumpas para penjahat.

Meski tidak banyak tukar narasi, seri perdana ini memperlihatkan bagaimana dunia Mechashock yang penuh kekejaman. Tentu saja, seri selanjutnya juga banyak melibatkan drama dengan twist dan plot menarik. Apalagi, Yudi bersama rekan-rekan di Mechashock sudah menyiapkan banyak karakter pendukung, plot dan story line yang sangat menarik.

Berbeda dengan kebanyakan kreator anime pada umumnya, Mechashock menempatkan dunia Cyberpunk ala Akira sebagai tema utama dari storyline yang ditawarkan. Helatan Tokyo Olimpiade dan perilisan game Cyberpunk 2077 menjadi momen yang coba dimanfaatkan Yudi untuk merilis Mechashock.

“Mechashock coba menggambarkan betapa rumitnya dunia di ambang kehancuran, di mana manusia dan mesin saling berseteru. Bukan tanpa alasan menghadirkan dunia Cyberpunk. Karena, target kami tidak hanya lokal, tetap juga coba menjamah pasar internasional” ucap Yudi yang ditemui pada gelaran Jakarta Toys & Comics Fair 2020.

Tidak hanya komik, Mechashock juga siap memanjakan para pecinta anime dengan action figure Chronos Fox Gear 1 dengan skala 1:6. Selain action figure, Mechashock juga merilis berbagai barang koleksi lainnya, seperti sepatu lari yang bekerjasama dengan 910 Sportswear yang mengadopsi warna dari Chronos Fox Gear 1 dan beberapa t-shirt dengan desain menarik.

Mechashock sendiri bukan proyek yang mudah bagi Yudi. Butuh tiga tahun lebih untuk mematangkan dan menggarap materi dari konsep penuh idealisme ini, yang terlahir dari mimpinya. “Saya ingin menciptakan sebuah dunia yang suatu hari nanti bisa popular. Sulit memang untuk memulai dari nol karena butuh adaptasi dan pembelajaran. Tapi, kami di Mechashock terus berusaha agar dikenal banyak orang,” tambah Yudi.

Yudi tidak sendirian. Karena, ia mengajak beberapa ilustrator handal untuk mewujudkan mimpinya. Mulai dari Adithya Permadi a.k.a Subjekt Zero, Harry Machine Gun, Patra Aditia, hingga Ribbons Lestrianto.

Tidak hanya keempatnya, Yudi juga berkolaborasi dengan salah satu figure maker lokal, Dolanan Keren untuk menggarap proyek dari action figure Mechashock. Dolanan Keren dikenal sebagai kreator yang berada di balik kesuksesan action figure film Gundala. Mainan limited edition 1/6 ChronosFox Edition sold out dalam waktu 6 jam batch 1 edisi 30. Batch kedua habis dalam 3 hari, Total yang di produksi sebanyak 50 pieces. Edisi Chronos Fox Gear 1 akan di keep sebanyak 50 ini tujuan nya untuk dibuat exclusive dan dibuat harganya naik.

Meskipun masih bermain di ranah komik, merchandise, dan action figure, Yudi dan kawan-kawan punya rencana untuk menampilkan Mechashock dalam bentuk game. Bahkan, era Playstation 5 nanti bakal jadi target untuk merealisasikan mimpinya tersebut.

“Saya sudah sempat berbicara dengan beberapa perusahaan game untuk merealisasikan proyek ini. Kami ingin banget Mechashock tampil di berbagai platform game, seperti Playstation 5, Nintendo berikutnya dan Steam PC. Namun, sebelum jauh ke sana, kami masih memikirkan pendanaan dan cost-benefit-nya juga sih” kata Yudi.

Mechashock tidak banyak memasukkan unsur lokal ke dalam dunianya. Yudi justru mengambil banyak pengaruh anime Jepang untuk meramu bumbu di dalam Mechashock seperti manga, toku dan mecha.

“Saya ingin mengajak para kreator lokal untuk membuat karya yang tidak hanya bisa dinikmati orang lokal, tetapi juga dunia internasional. Karena, kita sebenarnya bisa bikin mainan yang mungkin orang Jepang atau orang Amerika sekalipun tidak tahu asalnya. Apalagi sekarang zamannya sudah 4.0, jadi kreator harus berpikir lebih out of the box. Jadi, cobalah bikin sesuatu yang berbeda dulu aja” tutup Yudi.

Informasi lebih lanjut tentang MechaShock dapat dilihat di akun Instagram @mechashock dan YouTube-nya: https://www.youtube.com/c/mechashock

KAORI Newsline | Informasi yang disampaikan berasal dari pihak pemberi siaran pers dan tidak merepresentasikan kebijakan editorial KAORI.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses