What to Do With the Dead Kaiju?
Suatu hari, sesosok kaiju (monster) yang telah meneror umat manusia dengan level kedahsyatan yang tak pernah disaksikan sebelumnya, tiba-tiba mati. Sementara rakyat bersorak gembira dan merasa lega, bangkai monster raksasa itu perlahan membusuk dan membengkak. Jika kemudian meledak, seluruh negeri akan musnah…Hitung mundur pada kesudahan telah dimulai. Sembari berpacu dengan waktu, Arata Tatewaki yang ditugaskan untuk menangani bangkai tersebut, dengan nyawa seluruh bangsa sebagai taruhannya, bukanlah seorang polisi ataupun prajurit, melainkan seseorang yang di masa lalunya sempat menghilang selama tiga tahun…Apakah misi yang dipercayakan padanya? Mampukah ia menghentikan ledakan itu?
Jepang cukup dikenal salah satunya dengan film-film bergenre monster raksasa atau Kaiju. Berbagai makhluk-makhluk Kaiju populer seperti Godzilla, Gamera, hingga monster-monster yang dibasmi Ultraman di setiap episodenya telah meneror kota-kota di Jepang selama bertahun-tahun. Entah sudah berapa banyak korban moril dan materil yang diderita Jepang dari kehadiran para kaiju-kaiju tersebut. Tapi bagaimana bila kali ini Jepang dihadapkan dengan sesosok kaiju yang sudah mati, dengan tubuh yang masih utuh, namun membusuk secara perlahan-lahan?
Itulah tema yang dingkat dalam film What to Do With the Dead Kaiju? atau Daikaiju no Atoshimatsu. Kaiju selama ini sering digambarkan sebagai monster raksasa yang membahayakan dan meresahkan masyarakat. Namun ketika sesosok kaiju tiba-tiba mati secara misterius, dan mayatnya membusuk secara perlahan-lahan rupanya juga menjadi masalah tersendiri, apalagi ditakutkan akan meledak dan membahayakan seantero negeri.
Dalam film What to Do With the Dead Kaiju? atau Daikaiju no Atoshimatsu ini diperlihatkan bagaimana respon masyarakat maupun pemerintah atas bangkai kaiju yang teronggok di tengah kota, hingga daerah sekitarnya harus disterilisasi dan diisolasi. Dari masyarakat sekitar kawasan isolasi yang harus kehilangan rumah dan dievakuasi, sekte-sekte agama yang mengait-ngaitkan bangkai kaiju dalam ritual mereka, youtuber nerd yang terobsesi mendekati bangkai kaiju untuk dijadikan konten, hingga bagaimana pemerintah harus bertindak menangani bangkai kaiju yang perlahan-lahan membusuk hingga menyebarkan bau yang meresahkan. Intinya, baik hidup maupun mati, kaiju seringkali meresahkan.

Salah satu hal menarik yang juga memiliki porsi yang cukup banyak dalam alur cerita film adalah reaksi pemerintah dalam menangani masalah bangkai kaiju ini. Penonton akan diperlihatkan bagaimana jajaran kabinet Jepang, dengan para menteri yang memiliki kepentingan masing-masing saling bersuara satu sama lain ingin berperan dan tampil dalam kemelut ini. Ada menteri yang ingin melibatkan negara lain dalam menangani bangkai kaiju, ada menteri yang ingin bangkai kaiju ini dimusnahkan sesegera mungkin, ada menteri yang ingin bangkai kaiju justru diawetkan sebagai sarana pariwisata dan edukasi, ada menteri yang berpikir enaknya kaiju yang sudah mati itu diberi nama apa, dan tentu saja menteri yang memanfaatkan bangkai kaiju sebagai sarana pencitraan pribadi. Menarik melihat dinamika perpolitikan yang ditimbulkan akibat sesosok kaiju yang sudah mati. Bahkan diperlihatkan pula di tengah-tengah dinamika pra menteri tersebut, apapun juga dilakukan pemerintah untuk menenangkan masyarakat, meski terkadang harus menyebarkan informasi palsu, atau menutupi informasi yang sensitif.
Bagaimana dengan kaijunya sendiri? Sebagaimana dalam judul dan tema yang diusung film What to Do With the Dead Kaiju?, kaiju yang nyaris berbentuk seperti Godzilla ini benar-benar sudah mati. Ia sudah mati dan tidak akan mengancam manusia lagi, kecuali bangkainya yang membusuk perlahan-lahan, ditakutkan akan meledak, menyebarkan bau busuk, dan ditakutkan akan menyebarkan wabah penyakit. Intinya sang kaiju benar-benar tidak akan menghancurkan gedung-gedung setempat sebagaimana film-film kaiju pada umumnya. Namun dalam matinya, sang kaiju yang ukurannya cukup besar dan intimidatif ini pun tetap saja meresahkan!

© Toei/Shochiku

© Toei/Shochiku
Salah satu aktor yang juga cukup menarik perhatian dalam What to Do With the Dead Kaiju? adalah, siapa lagi kalau bukan Joe Odagiri. Ya, aktor yang dulu melambung namanya berkat Kamen Rider Kuuga ini akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya kembali bermain di film tokusatsu, meski memang tokusatsunya bukanlah tokusatsu tentang pahlawan super, melainkan tokusatsu tentang monster raksasa, sudah mati pula. Namun aksi Joe Odagiri ini juga tak kalah heroik dibandingkan ketika menjadi Kamen Rider dulu, di mana kali ini dirinya memerankan Blues, seorang ahli bahan peledak dengan sifat cool dan juga pemberontak yang memiliki peran kunci dalam menangani bangkai kaiju ini. Ia juga memiliki hubungan khusus dengan para tokoh utama di film ini.
Akhir kata, What to Do With the Dead Kaiju? atau Daikaiju no Atoshimatsu adalah sebuah film tokusatsu kaiju yang menawarkan perspektif yang berbeda dan menarik. Bila film-film kaiju pada umumnya berkisah mengenai bagaimana umat manusia harus menghadapi kaiju yang hidup, kali ini mereka justru harus berurusan dengan kaiju yang sudah mati. Sebuah perspektif baru yang menarik untuk ditonton, terutama bagi para penggemar film-film kaiju macam Godzilla, Gamera, hingga Ultraman. Oh ya berbicara mengenai Ultraman…
What to Do With the Dead Kaiju? atau Daikaiju no Atoshimatsu telah resmi tayang di Indonesia sejak tanggal 27 Juli 2022. Dibawa ke Indonesia oleh Feat Pictures yang kembali bekerjasama dengan Purple Plan, film ini bisa ditonton di sejumlah gerai-gerai bioskop seperti Cinepolis, CGV Cinemas Indonesia, hingga Flix Cinema.
KAORI Newsline