Ulasan: Attack on Titan Versi Live Action

7

attack on titan

Live Action Attack on Titan bersettingkan seratus tahun telah berlalu semenjak Titan,  raksasa yang memangsa manusia tib-tiba muncul dan menghancurkan hampir seluruh umat manuisa,  Armin Arlert,  Eren Jaeger,  Mikasa Ackerman bersama umat manusia yang tersisa telah hidup damai di dalam tembok besar yang melindunginya dari serangan para Titan. Hidup aman dan damai di balik tembok ternyata membuat Eren berharap bisa melihat dunia di balik tembok dan menemukan kebebasan dan berpilkir kalau Titan hanyalah legenda, namun tiba-tiba Titan yang sangat besar menghancurkan tembok dan membuka jalan bagi Titan yang lain untuk masuk dan memangsa para manusia.

Dua tahun setelah kejadian tersebut manusia yang selamat kembali berlindung di balik tembok di pusat pemukiman. Eren yang terpisah dengan Mikasa saat kejadin tersebut bersama Armin bergabung dengan pasukan regu pengintai untuk menemukan kembali kebebasan yang mereka harapkan.

Film Attack on Titan diangkat dari adaptasi serial komik dengan judul karya yang sama oleh Hajime Ishiyama, yang juga diadaptasi ke serial anime dan menjadi populer ditahun 2013 lalu, juga akan mendapat musim keduanya tahun depan. Namun live action Attack on Titan yang berdurasi sekitar satu setengah jam ini ternyata masih belum dapat memuaskan para penggemar komik dan animasinya. Karena dianggap terlalu menyimpang dari serial komik Attack on Titan yang asli.

Titan disini bukanlah Titan yang dikenal oleh para penggemar komik dan serial animenya,  begitu juga karakter-karakter yang bertarung melawannya. Atmosfer yang disajikan di film ini bukanlah aksi kepahlawanan menemukan arti kebebasan melainkan lebih terasa seperti film horor khas jepang dengan tambahan efek gore serta darah yang membanjir.

Karena Titan sudah tidak terlihat dalam kurun seratus tahun jadi Eren tidak bisa menjadi pemuda emo yang orang tuanya terbunuh oleh Titan tapi lebih karena dipicu oleh, “pacarku yang telah dua tahun hilang tiba-tiba muncul telah menjadi milik karakter original yang tidak lebih baik dari Levi atau Erwin“, jadi misteri kekuatan perubahan wujud Eren bisa saja berbeda dengan karya aslinya. Karakter Levi Ackerman dan Erwin Smith yang dihilangkan dan diganti dengan karakter original Shikishima, seharusnya sudah dapat memberikan petunjuk untuk penggemar komik atau animsainya untuk kecewa karena tidak akan mendapatkan pengalaman yang sama saat menikmati komik atau anime-nya.

Meskipun spesial efek dalam film ini belum memenuhi standarad Hollywood, hal itu sama sekali tidak banyak mempengaruhi visual yang disajikan. Titan yang diperankan oleh aktor juga lebih memberikan getaran aneh-menyeramkan. Walaupun background musik di beberapa adegan masih terasa sangat tidak pas.

Terlepas dari penilaian negatif sebagian penggemarnya, namun melihat  reaksi penonton saat adegan Mikasa yang di-NTR dan adegan “mesra” Eren dengan Hiana, janda muda anak satu di tempat remang-remang, sepertinya film ini masih dapat dinikmati. Dan perasaan cliffhanger yang hanya akan terobati jika menyaksikan bagian keduanya membuat film ini masih dinikmati secara umum apalagi untuk penonton yang tidak akrab dengan serial komik atau anime-nya pasti akan menemukan penilaian yang berbeda dari pebnikmat serial komik dan anime-nya.

Dan penilain film ini sepertinya belum lengkap jika belum menonton bagian keduanya yang berjudul, Attack on Titan: End of the World dan akan di tayangkan di Jepang 15 September nanti.

Saksikan Live Action Attack on Titan mulai 26 Agustus di CGV Blitz, Cinemaxx dan Platinum Cineplex seluruh Indonesia.

KAORI Newsline | oleh Maulana

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses