Jumat, 2 November 2012. Waktu menunjukkan pukul 15.45 saat saya mendarat di stasiun Sawah Besar. Di sana sudah menanti seseorang yang setahun lalu saya tak menyangka akan bertemu dengannya. Dia adalah seorang supercell (yang saya sendiri lebih akrab memanggilnya Dino).
Tanpa membuang waktu lebih banyak, saya dan supercell pun langsung menuju ke tempat Hot Event akan diselenggarakan, di Gambir Expo PRJ Kemayoran. Saat melangkahkan kaki sekali lagi di sana, saya masih merasa tidak percaya, apa iya ini yang saya lihat sendiri.
Setelah meninjau persiapan stan, saya kembali mengingat sedikit hal yang saya dahulu pernah sampaikan ke rekan-rekan fansub yang membantu episode pertama Kanon dirilis. Kalimatnya mirip dengan apa yang disampaikan oleh Linus Torvalds, “KAORI hanya sebuah proyek kecil-kecilan, tidak akan menjadi besar sebagaimana forum tempat kita bertemu.”
Waktu berlalu begitu cepat, namun begitu panjang. Sekilas web saingan bisnis terlampaui dalam waktu kurang dari dua tahun, dan di saat penutupan stan Hot Event hari Minggu kemarin, saya mendapatkan sugesti yang membiat saya tertantang untuk kembali melampaui sebuah target yang lebih besar: bagaimana kalau KAORI mencoba untuk menyalip Danny Choo dan Culture Japan yang begitu dielu-elukan itu?
Sekilas ini adalah ide yang konyol, mungkin dua puluh dua kali lebih konyol daripada ide membuat rilis fansub anime berbahasa Indonesia itu. Saat saya mengajukan ide fansub itu (dan kemudian ditolak), saya melihat “wah elitis sekali komunitas ini kalau pemimpinnya begitu meninggikan hati sampai menolak melihat hasil kerja penggunanya sendiri”. Saat itu saya melihat mereka sebagai komunitas yang elitis, dan mungkin saja mereka melihat saya jauh lebih elitis.
Sebenarnya apa yang dimaksud elitis itu sendiri? Apakah dengan menggunakan bahasa Indonesia secara dominan dalam sebuah forum itu disebut elitis? Apakah membawa sebuah komunitas untuk self-sufficient menjadikan komunitas itu elitis? Apakah setiap perubahan itu harus diangap elitis? Apakah bahkan tawaran untuk mengganyang Mirai Suenaga itu elitis?
Siapapun boleh mengatakan ide ini gila, segila saat saya bersugesti untuk melucu di web saingan bisnis setelah empat tahun tidak sowan ke sana. Tapi kalau memang kebencian, dendam, dan sakit hati itu mampu disulap menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai bagi orang lain, bukankah ini bagus?
Kebencian akan sebuah komunitas yang elitis hendaknya disulap menjadi produk bernilai guna. Kebencian akan kedigdayaan sebuah maskot yang sebenarnya tidak bagus-bagus amat bisa disulap menjadi sebuah keinginan menciptakan sesuatu yang lebih besar dari maskot yang kemarin ditampilkan di tablet seorang pengguna itu. Masak iya sudah punya maskot sendiri, kok tidak maskot milik sendiri ini yang ditampilkan di stan?
Akan banyak sekali keluhan di subforum Pelayanan Pelanggan. Kenapa KAORI tidak mampu a, b, c, yang komunitas lain bisa? Tidak hanya sekedar retorika tentunya, tapi juga bisa memberikan solusi konkrit. Berlombalah para pengguna itu menyodorkan solusi. Akan banyak sekali solusi yang membuat KAORI kewalahan untuk memenuhinya.
Tidak ada lagi staf gabut karena keluhan itu langung diakomodasi, bahkan mereka siap menadi staf untuk menjalankannya. Yang tidak mau bekerja pun bisa dengan mudah dipecat. Efeknya berganda, kemajuan tidak hanya dirasakan oleh KAORI, bahkan oleh pecinta anime di seluruh Indonesia itu sendiri.
Tidak perlu lagi ada blog-blog yang menjadi tempat curhat karena perubahan yang tidak sesuai kehendaknya, sebab ia akan melakukan hal itu sendiri, dengan inisiatif sendiri, tanpa perlu dikejar-kejar lagi untuk rapat.
Setidaknya ini yang saya lihat dari acara Hot Event kemarin. Tidak perlu disuruh-suruh, muncul inisiatif luar biasa dari Kaori Daop 1 itu sendiri. Main Hisoutensoku? Langsung bawa materi di stan? Bahkan inisiatif rapat untuk merencanakan stan itu sendiri adalah hal yang harus diapresiasi!
Saat saya berdiskusi dengan sejumlah pengguna, saya menemukan sisi lain yang tidak terungkap selama ini. Menginap di SM Town (High Level Building lt. 3) membuat saya tahu pendapat Thompson, Pascal, R10, kyun, dan saddam mengenai situasi baik di KAORI maupun di luar sana. Mengamati Facebook rupanya tidak selalu memberikan gambaran utuh akan pemahaman saya sendiri dan orang lain mengenai saya.
Demikian pula dengan salah satu pengguna jindul. Di balik asdasd dari setiap postingan, saya berterima kasih karena intelegensinya membuat saya tidak mudah percaya apa kata-kata orang mengenai politik yang ada di fansub Indonesia. Semoga tutorial timing bisa cepat selesai dan Danshi Koukousei no Nichijou bisa berjalan lagi.
Intinya, dengan menemui dan berdiskusi langsung, saya bisa lebih respek dengan orang-orang seperti ini, yang tidak manja, berjiwa besar, dan siap menyambut perubahan.
Sakit hati memang harus sering-sering terjadi, dan kalau bisa dijadikan prinsip dan motto hidup. Asal memiliki solusi dan terbuka penyalurannya, dan tidak berakhir sebagai blog yang menguras energi semata.
Shin Muhammad
Administrator KAORI
NB: diketik seluruhnya dengan Nazuna Tab P1000, saat terjebak di kantor Apindo.