Kira-kira genap sudah saya empat tahun menjadi administrator KAORI. Ada yang bilang “baru empat tahun, jalan masih panjang, Vin”. Ada pula yang bilang “Sudah empat tahun, apa saja hasilnya?”.
Betapa relatifnya waktu.
Selama itu pula, sudah banyak yang dilakukan, namun begitu banyak pula yang belum dilakukan oleh KAORI.
Di satu sisi, orang-orang terkadang memandang kebesaran KAORI dengan pandangan iri. Di sisi lain, KAORI menengadah ke atas, memandang iri dengan komunitas lain yang lebih besar. Namun kebesarannya disia-siakan, bahkan tidak dipakai untuk memajukan anime Indonesia.
Betapa relatifnya pencapaian.
Selama empat tahun, sudah banyak orang-orang yang saya temui. Ada yang dahulu mendukung saya, namun tergilas oleh perubahan saat ini, tersingkir. Ada yang dahulu membenci saya, namun kini menjadi orang yang pasang badan bagi KAORI.
Saya selalu mengubah diri dari dahulu ke sekarang. Ada yang senang dengan saya yang sekarang, namun juga ada yang merindukan saya yang dulu. Ada yang senang dengan KAORI di suatu masa, namun lebih suka bila KAORI terus bergerak. Ada pula yang hatinya membatu.
Betapa relatifnya persepsi.
Masih terkenang bagi saya saat menghadapi persoalan yang begitu genting, begitu gentingnya sampai-sampai saya mencret dan batuk dua-tiga hari berturut-turut di rumah.
Ada yang merasa penyelesaian masalah di KAORI begitu otoriter dan membuat salah satu pihak menjadi sakit pantat. Ada pula yang memuji langkah berani KAORI dalam menyikapi suatu masalah.
Ada saat di mana saya (dan staf) harus mendengarkan pendapat dari berbagai sumber, ada saat di mana keputusan sepihak harus diambil, sebab bisa jadi mendengarkan ocehan masing-masing pihak justru semakin mengeruhkan suasana.
Ada pula, saat tangisan takkan dipedulikan, dan ucapan terima kasih takkan diterima setelah sebuah keputusan diketok.
Betapa relatifnya sebuah keputusan.
KAORI menjadi komunitas yang sangat menyenangkan bagi sebagian orang. Menawarkan apa yang tidak dimiliki oleh forum lain, saat orang tidak membutuhkan survival skill tinggi untuk dapat bergabung di KAORI.
Bersamaan, KAORI menjadi begitu membosankan, sampai ada yang bilang sudah menjadi sangat membosankan, begitu banyak nubie-nubie gajes yang membuat mereka risih.
Bersamaan, KAORI menjadi begitu tertutup bagi orang baru, seakan-akan ada tembok tak terlihat antara “anda” dan “saya”. Muncullah kesan “anda” mengganggu kenyamanan dan kemapanan “saya”.
Betapa relatifnya prasangka.
Rapat pernah menjadi sebuah masalah yang begitu formal. Momok bagi sebagian orang yang mangkir tugas. Saya pun malas untuk mengejar-ngejar mereka.
Namun seringkali rasa tidak enak, rasa gundah, rasa toleransi muncul di hati ini, mencoba menelisik apa yang ada di balik alasan mangkirnya mereka.
Tapi, apakah yang diberi perhatian lebih itu, menyadarinya?
Ada pula saat seseorang yang begitu pedas, begitu mudah mengeluarkan kata-kata yang sekilas menusuk hati. Namun saat disadari, sesungguhnya ia juga sebuah kebenaran, hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda.
Celakanya, qalbu yang maha dibolak-balikkan oleh sang Pencipta, menghalangi kebenaran ini untuk terpancar, alih-alih malah asyik masyuk dalam kelamnya prasangka.
Ucapan “terima kasih” dari member yang terbantu karena sudah dilayani oleh staf, sering terlupakan. Padahal itulah saat di mana staf diperhatikan oleh penggunanya. Ada dukungan moral, yang mustajab meskipun hanya melalui sepatah-dua patah kata.
Dunia kerja di luar sana memang keras! Namun kerasnya dunia di luar, tidak menjadi alasan untuk membawa kerasnya dunia itu ke dalam KAORI.
Dalam KAORIlah, sisi kemanusiaan itu hendaknya ditampilkan. Sisi apa-adanya. Perhatian lebih yang kadang disalahtafsirkan dengan berbagai teori konspirasi plus isi-isinya.
Betapa relatifnya sebuah perhatian.
Saya yakin sekali bahwa pengguna dan rekan-rekan staf KAORI adalah mereka yang cerdas. Sebagian staf dan pengguna berkuliah di universitas ternama, bekerja di perusahaan bonafid, atau melakukan hal-hal yang luar biasa di bidangnya.
Sejak 2009, kampanye yang saya lakukan adalah desentralisasi; desentralisasi. Namun ini tidak pernah terjadi, justru terjadilah fenomena overmanaging di mana semua harus menunggu aba-aba atau instruksi saya dahulu.
Saya menyadari bahwa kontrol saya terlalu ketat di masa lalu. Hei, bukankah identitas diri bangsa Jepang dibangun di bawah 260 tahun lebih era Tokugawa yang terkenal dengan kebijakan menutup dirinya itu?
Namun setelah Jepang keluar dari sangkar Tokugawa, betapa dahsyat efek yang dihasilkan. Mampu melakukan apa yang diperlukan Barat dalam 300 tahun, menjadi hanya 50-70 tahun saja. Tentu di bawah pijakan yang kuat.
Kini desentralisasi kembali muncul dengan prinsip yang berbeda. Masing-masing bebas menafsirkan seperti apa KAORI bagi dirinya.
Namun, jiwa saya gamang. Saya masih belum siap menerima KAORI yang begitu terbuka, sampai-sampai saya syok dengan manuver yang sebenarnya positif, namun menjadi buruk hanya karena saya tidak diberi tahu . Saya lupa, bukankah saya sendiri yang meminta agar mereka mandiri?
Saya takut. Keberadaan saya yang demikian lama di sini akan mematikan kebebasan berpikir, bagaimana KAORI berkembang setelah saya tidak lagi memegang kekuasaan. Saya takut kekuasaan ini akan meracuni saya, merusak jiwa dengan semangat ingin memiliki segala-galanya.
Mungkin karena saya meneladani sifat pemimpin yang begitu berkuasa. Mungkin seperti Iskandar atau Gilgamesh. Sadar-tidak sadar, pencitraan itu membentuk kepribadian dari dalam.
Saya takut tidak dapat menjalankan amanah dengan baik. Selalu ada rasa tidak enak jika saya terpaksa harus mengeluarkan keputusan yang menurut saya akan merugikan salah satu pihak tertentu.
Memegang kekuasaan menjadi begitu mudah terlihat, namun begitu sulit dilakukan.
Betapa relatifnya sebuah kekuasaan.
Apa saja yang sudah dilakukan KAORI selama empat tahun terakhir? Ada yang bilang begitu banyak, kerja sama dengan pihak luar, menjadi forum anime dinamis, meraih ratusan ribu post, internal yang solid, dan pencapaian yang membuat orang-orang di luar sana iri.
Namun banyak juga yang mengkritik. Banyak kemunduran, banyak hal yang membuat KAORI hari ini justru lebih buruk dari KAORI kemarin. Ada pula yang tidak suka karena KAORI berubah! Konyol karena bukankah perubahan itu tidak terhindarkan. Tinggal diarahkan ke arah yang baik atau buruk.
Bahkan Jokowi, Dahlan, dan Rasulullah beserta para Sahabat pun tidak lepas dari kontroversi mereka masing-masing saat memimpin!
Tapi, perubahan bukan berarti berubah semua-muanya. Perubahan adalah membawa nilai positif dari masa lalu, dan membuang nilai buruk masa lalu, serta membawanya agar sesuai dengan perkembangan zaman.
Semangat positif KAORI yang ada dahulu, seyogyanya kembali dimunculkan saat ini. Bukankah ini pula yang dikatakan oleh kaisar Meiji dalam film The Last Samurai?
“I dreamed of a unified Japan. Of a country strong and independent and modern… Now we have railroads and cannon, Western clothing, but we cannot forget who we are or where we come from.”
Betapa relatifnya sebuah kepuasan….
Shin Muhammad
Administrator KAORI
“I dreamed of a unified Japan. Of a country strong and independent and modern… Now we have railroads and cannon, Western clothing, but we cannot forget who we are or where we come from.”
Jangan jadi “kacang yang lupa akan kulitnya”