Meskipun event pop culture dihargai tiket yang cukup mahal rupanya tidak membuat antusiasnya surut dalam arti tetap ramai pengunjung. Seperti Creators Super Fest (CSF) yang digelar beberapa minggu lalu, tetap ramai waktu tiketnya Rp65.000,-. Dari harga tiket tersebut, pengunjung berhak untuk mendapatkan beberapa fitur yang ada di dalamnya, seperti acara panggung, karya-karya artist alley baik skala kecil maupun skala besar, dan tentunya adanya tempat belanja barang-barang pop culture yang lebih terintegrasi. Mengunjungi event di mata para penggemar tentu saja memberikan pengalaman tersendiri manakala menjadi sesuatu yang “kapan lagi” dalam arti event berikutnya belum tentu sama seperti ini atau bahkan lebih baik dari ini.
Harga tiket yang jumlahnya setara dengan tiket pameran otomotif skala besar serta kelasnya lebih tinggi dilihat dari jenis event dan pemanfaatan lahan yang hampir seluruhnya, sepertinya ada sesuatu yang kurang, yaitu service design yang bahasa mudahnya adalah upaya mengorganisir elemen penunjang yang dirancang untuk meningkatkan pelayanan dan pendekatan terhadap pelanggan. Bukan berarti menyatakan event otomotif lebih baik dari event pop culture, bukan juga karena penulis seorang antusias otomotif, tetapi memang kekurangan ini sebagai dasar untuk masukan selagi event-nya masih lama, yang diharapkan mampu meningkatkan penjualan tiket karena ada pelayanan ekstra bahkan bisa berdampak keuntungan lebih bagi tenant yang sudah bayar space-nya
Jawabannya adalah shuttle bus, layanan bis yang membantu mengantarkan pengunjungnya dari spot terdekat dari rumah yang telah ditentukan menuju lokasi event diadakan, begitupun sebaliknya. Shuttle bus adalah service design yang dilakukan oleh EO (event organizer) untuk membesarkan hati seseorang agar berkunjung ke event-nya dengan memberikan solusi efisiensi transportasi untuk berkunjung ke event, baik itu efisiensi waktu maupun efisiensi ongkos transportasi, sehingga berpotensi meningkatkan penjualan tiket atau mungkin keuntungan lebih dari tenant yang telah membayar space-nya. Service design ini biasa dilakukan oleh EO event otomotif besar seperti Dyandra Promosindo (EO Indonesia International Motor Show (IIMS)) dan Seven (EO Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS)).
Dengan segala keunggulan dari pelayanan tersebut, bisakah service design ini diterapkan kepada event pop culture? Untuk menjawabnya, penulis akan mengemukakan fakta seputaran shuttle bus ke IIMS yang berlokasi di JIExpo Kemayoran, lokasi yang sama dengan Anime Festival Asia Indonesia (AFAID) digelar, lengkap dengan penerapannya kepada event pop culture. Dengan demikian, akan ketahuan kelebihan dan kekurangannya.
Penyelenggaraaan IIMS berlangsung pada tanggal 27 April-7 Mei 2017 dan shuttle bus mulai beroperasi pada tanggal 28 April-7 Mei 2017, dalam seminggu lebih 3 hari, sedangkan event pop culture, waktu penyelenggaraannya antara 2-3 hari dan itupun pengunjungnya masih tetap tinggi walau dibanderol harga tiket lebih mahal dari pameran otomotif tersebut.
Spot yang menjadi shuttle bus IIMS kebanyakan pusat perbelanjaan se-Jabodetabek. Untuk wilayah Jakarta Selatan ada Pondok Indah Mall dan fX, Jakarta Pusat ada Mega Glodok Kemayoran, Jakarta Timur ada Tamini Square, daerah Tangerang ada Living World Alam Sutera serta Teras Kota BSD, Depok ada Margo City, dan Bekasi ada Mall Metropolitan. Selain pusat perbelanjaan, stasiun kereta juga dijadikan spot dan stasiun Juanda adalah satu-satunya stasiun yang terpilih.
Apabila lokasinya di JIExpo seperti AFAID, spot-spot seperti ini bisa jadi referensi, diluar itu seperti JCC yang notabene tempat Popcon Asia atau Indonesia Comic Con misalnya, panitia harus melakukan survei lagi. Pusat perbelanjaan yang dekat dengan komplek perumahan atau stasiun setidaknya menjadi spot yang menguntungkan, paling tidak calon pengunjung hanya perlu naik kendaraan pribadi atau umum sampai ke pusat perbelanjaan atau stasiun yang menjadi spot. Setiap spot memiliki jadwal berangkat bis yang berbeda karena jarak tempuh dan juga akses jalan.
Bis pertama tidak ada jam berangkat yang sebelum pameran dibuka dan bis terakhir tidak ada jam berangkat setelah pameran ditutup. Untuk yang jam berangkat bis pertama mungkin bisa diimprovisasi, namun untuk jam tutupnya agak sulit diimprovisasi karena pada umumnya acara bubar sekitar jam 9-10 karena barangkali dari pihak perusahaan punya peraturan waktu maksimum beroperasi dengan alasan kondisi fisik supir bisnya. Dari situ pula, sebaiknya menargetkan pengunjung biasa atau orang berkepentingan khusus seperti pers atau exhibitor yang jam kerjanya tidak sampai pameran tutup.
Bis yang digunakan ke IIMS adalah bis charter dengan kapasitas penumpang sekitar 27 orang termasuk pengemudi. Dengan kapasitas penumpang sejumlah itu, alhasil kapasitas bagasi juga lebih kecil, sehingga jika diterapkan untuk event pop culture, disarankan untuk menargetkan pengunjung atau karyawan yang bukan seorang cosplayer, kecuali cosplayer tersebut barang bawaannya sebesar koper cabin. Untuk bis charter-nya, carilah perusahaan charter bis yang bonafide atau berpengalaman untuk pelayanan prima, mulai dari kondisi bisnya, fitur sesuai keperluan, dan pengemudinya untuk keamanan dan kenyamanan penumpang. Sebaiknya diskusikan terlebih dahulu dengan pihak perusahaan charter sebelum memutuskan untuk order.
Shuttle bus IIMS yang disediakan secara gratis, baik dari spot ke venue maupun sebaliknya, dan pengunjung bayar tiketnya di venue. Sistem seperti ini memang rentan terhadap penumpang yang hanya sekedar menumpang namun tidak mengunjungi pamerannya. Jika diterapkan kepada event pop culture, untuk menghindari kerugiannya, sebaiknya panitia memberlakukan peraturan hanya yang memegang tiket, undangan, atau ID yang diakui oleh panitia yang berhak memanfaatkan fasilitas shuttle bus. Tentunya panitia juga harus berjualan tiket di halte bus untuk memudahkan calon pengunjung yang membeli tiket on the spot sehingga sesampainya di tujuan, pengunjung bisa langsung ke gerbang masuk. Untuk shuttle bus yang mengantar kembali ke spot, diberlakukan peraturan bahwa pengunjung harus menunjukkan tanda masuk seperti gelang atau cap, layaknya pengunjung hendak masuk kembali venue setelah keluar.
IIMS juga memiliki sponsor transportasi online seperti event pop culture skala besar. Sayangnya seringkali promonya kurang membantu terutama yang domisilinya jauh dan juga menargetkan pelanggan baru supaya mengunduh aplikasinya. Dengan adanya shuttle bus ini, sponsor transportasi online tetap menguntungkan terutama untuk mengantarkan spot terdekat dari rumah begitupun sebaliknya atau buat yang memang dekat dengan lokasi venue.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa shuttle bus termasuk yang kapabel untuk diterapkan kepada event pop culture skala besar dilihat dari harga tiket, peminat, dan durasi event yang diadakan 2-3 hari, dan berpotensi menguntungkan bagi EO atau mungkin tenant, karena sistem layanan yang bisa menarik peminatnya, meskipun lebih direkomendasikan untuk pengunjung atau orang yang berkepentingan di venue tidak sampai pameran tutup lantaran terjadwal serta pembenahan venue untuk antisipasi membludaknya pengunjung hingga berdesakan.
Ditulis Oleh: Julfikri Ahmad Mursyid | Panelis “Mengontrol Fanatisme Pop Culture Jepang untuk Masyarakat Indonesia” pada event Road to KAORI Expo, konsultan kreatif.
KAORI Nusantara membuka kesempatan bagi pembaca utk menulis opini tentang dunia anime dan industri kreatif Indonesia. Opini ditulis 500-1000 kata dalam bahasa Indonesia/Inggris dan dikirim ke opini@kaorinusantara.or.id