Namanya memang masih asing di Indonesia, namun Kantai Collection (KanColle) kini menjadi fenomena baru dalam kehidupan di Jepang. Mulai dari 10 besar kata kunci di Twitter dan Google Jepang sampai keberhasilannya mendongkrak harga saham Kadokawa, sang pembuatnya.
Di Jepang, Apapun Bisa Menjadi “Moe”
Lihat gambar di atas. Namanya sama-sama Shimakaze, kapal perusak Jepang semasa Perang Dunia II. Bagi orang yang tidak pernah melihat Strike Witches, mungkin akan heran bagaimana caranya kapal di sebelah kiri bisa bertransformasi menjadi gambar di sebelah kanan.
Konsep moe anthromorphism sebenarnya bukan hal baru terutama dalam perkembangan budaya kontemporer Jepang saat ini. Banyak hal-hal bukan makhluk hidup yang melalui proses ini, diwujudkan menjadi manusia, seolah-olah memiliki karakteristik seperti manusia yang mengacu pada sifat benda asalnya.
Di Kantai Collection, dihasilkanlah karakter (tentu saja perempuan) yang, berdasarkan sifat dan latar sejarah masing-masing kapal yang berperan, menjelma menjadi lebih dari sekedar alat tempur, namun juga menjadi karakter yang memiliki kepribadian dan afeksi tertentu sehingga menyentuh perhatian para pemainnya.
Sejak diluncurkan oleh Kadokawa dan DMM pada April 2013 lalu, jumlah pemainnya sudah menembus 1,5 juta akun.
Kepopulerannya menyodok fandom lain yang sudah ada terlebih dahulu seperti Touhou dan Vocaloid.
Lalu, apa yang membuatnya berbeda dari permainan lain yang juga sama-sama menjual karakter sebagai menu utama?
Seperti Football Manager, namun…
Setelah berjuang melalui registrasi dan undian yang cukup berbelit bagi orang bukan Jepang, pemain yang mulai bermain akan menjadi seorang laksamana (teitoku) yang memimpin sebuah armada laut.
Pada awalnya pemain akan mendapatkan kapal (kanmusu) dengan kelas terendah yang bisa diperoleh, yakni kapal perusak (destroyer). Dengan kapal tersebut, pemain harus menaklukkan peta-peta yang ada di dalam permainan, dengan tingkat kesulitan yang semakin tinggi.
Seiring perjuangan pemain, kapal-kapal baru dengan kelas yang lebih tinggi atau dengan statistik tempur yang lebih besar bisa diproduksi maupun didapatkan sebagai hadiah telah menyelesaikan quest maupun peta tertentu.
Sebagaimana kapal pada umumnya, setelah melawan musuh tentu akan ada kapal yang rusak. Pemain harus memperbaikinya di dok dengan waktu perbaikan dan jumlah sumber daya yang harus dikeluarkan.
Ada pula quest yang harus diselesaikan, seperti stanformasi kapal, peta tertentu, atau menyelesaikan ekspedisi tertentu. Ekspedisi diperlukan untuk menambah sumber daya, yang pada banyak kesempatan, lebih cepat terkuras dibanding kecepatan penambahannya.
Kapal pun bisa tenggelam jika pemain memaksakan sang kapal bertempur pada kondisi kerusakan berat.
Dengan banyak hal yang harus diperhatikan, pemain secara tidak langsung akan belajar mengenai manajemen, dan mungkin saja ketagihan.
Salah satu gambaran fans mengenai peran laksamana dalam doujinshi. Di sini, laksamana disimbolkan oleh Shiba Inu, anjing Jepang sedang bermain bersama Houshou, “moefikasi” kapal induk ringan bernama sama.
Resep Kesuksesan
Menurut para pemain, salah satu hal yang menyebabkan Kancolle sukses adalah sifat permainan yang tidak terlalu menuntut pemain untuk mengeluarkan uang.
Berbeda dengan mobage (mobile game) maupun permainan PC lain, Kancolle memungkinkan seseorang bermain tanpa harus mengeluarkan uang dengan jangka waktu yang lebih lama. Sistem farming dan regenerasi sumber daya yang diberikan pun cukup luwes, sehingga hanya pemain yang benar-benar aktif saja yang akan mengeluarkan uang.
Selain itu, pemain merasakan kecintaannya kepada kapal, atau perempuan yang menjadi simbol ikon sebuah kapal. Afeksi timbul selain karena desain karakter, juga ditunjang oleh karakteristik (trait) yang dimiliki oleh sang karakter, yang diperkuat dengan suara yang disulihkan oleh sang pengisi suara.
Misalnya saja karakter Shimakaze, yang gambarnya sudah dicontohkan di atas. Karakter ini memiliki fisik seperti remaja (yang dimiliki karakter kapal kelas perusak lainnya), namun kostum yang dipergunakan dan maskot yang merupakan “moefikasi” senjatanya, Rensouhou-chan, menjadikan karakter ini salah satu yang paling populer.
Atau karakter kapal induk Akagi yang dikenal dengan konsumsi bauksit dan item perbaikan yang sangat boros. Dalam berbagai karya derivatif seperti doujinshi dan nendoroid-nya, Akagi digambarkan memegang mangkuk sembari makan, atau digambarkan sebagai penyuka ember hijau, simbol item perbaikan.
Demi memainkan Kancolle, ada laporan yang menyebutkan peningkatan penjualan tablet berbasis Windows 8, karena sifat Kancolle yang menggunakan platform Flash membuatnya tidak bisa dimainkan di tablet Android atau iOS biasa.
Mirip-mirip dengan Touhou, kepopuleran Kancolle juga berkembang karena tidak ada suatu jalan cerita besar yang mengiringi permainan ini. Berbagai karya, baik yang resmi maupun buatan penggemar, memperkaya ekspresi penggemar yang tidak harus diikat oleh plot tertentu. Terlebih dengan jumlah karakter yang sangat banyak (lebih dari 50) dan tidak adanya karakter yang benar-benar menjadi karakter utama dalam permainan ini.
Kadokawa Rekihiko menyebutkan kesuksesan Kancolle, meski bukan hal yang sama sekali baru, skala kesuksesannya cukup mengejutkan bagi perusahaan.
Menurutnya, permainan Kancolle sendiri tidak terlalu menguntungkan bagi perusahaan. Oleh karena itu, Kadokawa sedang menempuh cara agar keuntungan bisa dicapai melalui mekanisme lain tanpa harus membuat pemain terbebani.
Sejumlah proyek derivatif resmi Kancolle sudah berjalan. Adaptasi animenya akan tayang pertengahan tahun ini, sedangkan jumlah komik resminya sudah mencapai 10 judul. Tidak hanya itu, Kancolle juga dibuat figurnya, dan versi yang lebih portabel akan tersedia di platform PS Vita.
Tetapi kekhawatiran itu berubah menjadi kekecewaan di antara kalangan ultranasionalis, salah satunya karena hasil pencarian internet tentang kapal-kapal tersebut alih-alih menyajikan fakta sejarah, justru karakter Kancolle-lah yang menyembul di daftar utama pencarian.
KAORI Newsline | Litbang KAORI | dari berbagai sumber