Serial Chuunibyou demo Koi ga Shitai boleh dibilang merupakan anime yang memiliki kenangan tersendiri bagi saya. Menjadi salah satu judul yang ditonton ketika baru mulai menjadi seorang penikmat anime (baca: wibu), cerita anime ini pada saat itu terasa unik bagi saya karena kelucuan tingkah Rikka yang suka menghayal kalau dia memiliki kekuatan super karena masih memiliki chunibyo (secara harfiah berarti “sindrom anak kelas dua SMP”) dan ceritanya kemudian berubah menjadi cerita romansa bersama Yuuta si mantan “Dark Flame Master”.

Setelah ditayangkan dalam bentuk serial TV selama dua musim pada 2012 dan 2014, anime ini akhirnya berlanjut lagi menjadi film Chuunibyou demo Koi ga Shitai: Take on Me yang akhirnya juga turut diputar di berbagai jaringan bioskop di Indonesia sejak 23 Mei 2018 (dirilis dengan judul Love, Chunibyo and Other Delusions: Take on Me). Lantas, seperti apa film baru ini yang disebut-sebut melanjutkan kisah si pasangan chuuni Rikka dan Yuuta ini?

Sinopsis

“Waduh, dibawa ke Italia?” © Torako / Kyoto Animation / Chu-2byo Production Committee

Rikka, Yuuta, dan teman-temannya saat ini sudah menjadi anak kelas tiga SMA. Meskipun begitu, Rikka yang kini sudah berpacaran dengan Yuuta masih tetap chuuni. Begitupun dengan Sanae Dekomori dan Shinka Nibutani yang kini menjadi ketua dan wakil OSIS di sekolahnya. Di tengah menghabiskan liburan musim semi bersama Yuuta, Touka yang akan pindah kerja ke Italia berencana untuk turut membawa sang adik, Rikka, demi memperbaiki masa depannya. Tidak setuju dengan hal tersebut, Dekomori dan kawan-kawan menyarankan Rikka dan Yuuta untuk “kabur” dari rumah sebelum Touka membawa Rikka pergi ke Italia. Dan di mulailah kisah “jalan-jalan chuuni” Rikka dan Yuuta berkeliling Jepang sekaligus membuktikan cintanya kepada sang kakak, Touka.

Sebuah Kisah “Pelarian” yang Begitu Chuuni dan Cukup Romantis

Bila Anda baru mengetahui serial anime ini dan langsung mencoba menonton filmnya, ada baiknya Anda menonton beberapa episode dari anime Chuunibyou terlebih dahulu karena film ini langsung melanjutkan cerita dari serialnya yang telah tayang. Dengan durasi yang relatif “lebih singkat” dibandingkan dengan versi serial TV-nya, plot cerita dalam film ini lebih berfokus seputar kelanjutan hubungan Rikka dan Yuuta yang kini harus “kabur” berkeliling Jepang dari “kejaran” sang kakak, Touka.

Meskipun waktu tampilnya menjadi relatif lebih sedikit, para karakter pendukung di film ini tetap tampil dengan porsi kemunculan dan komedi yang masih terasa pas. Adegan “duel-duelan” di serial animenya yang begitu seru dan lucu (ya… namanya juga “duel-duelan”) juga tetap ada di sini. Begitu pun dengan tingkah pola si pasangan chuuni yang beberapa kali sukses membuat para penontonnya, termasuk saya, tertawa gemas. Selain komedi, visual khas studio Kyoto Animation membuat tiap adegan di film ini, terutama pemandangan kota yang disinggahi oleh si pasangan chuuni ini, mampu memanjakan mata. Mungkin jika ada kekurangan yang cukup terlihat jelas, peran Sichimiya (si chuuni berambut pink) yang pada musim kedua animenya cukup dominan sebagai saingan cintanya Rikka, kini menjadi jarang tampil di film ini (walau ia tetap membantu membuat plot film ini tetap bergulir).

Adegan “duel-duelan” yang begitu seru dan lucu tetap ada di film ini © Torako / Kyoto Animation / Chu-2byo Production Committee

Kisah jalan-jalan di film ini pun tidak hanya dibuat untuk menampilkan kedekatan Rikka dan Yuuta yang sedang “kabur” dari Touka. Ada juga plot seputar kegalauan Rikka yang sedang bingung untuk menjadi lebih dewasa dengan meninggalkan sifat chuuni-nya atau tetap chuuni dengan mempertahankan “kekuatan”-nya, Jao Shingan alias si Mata Jahat. Begitupun dengan Yuuta yang juga ikut galau untuk membawa ke mana hubungan mereka selanjutnya dan mencoba untuk melindungi Rikka.

Seperti dalam versi serial animenya, cerita romansa dalam film Love, Chunibyo, and Other Delusions juga tampil begitu simpel dan tidak terlalu neko-neko. Meskipun tidak ditampilkan dengan terlalu menonjol, kedua plot tersebut mampu membuat cerita di film ini mampu berkembang di paruh akhir filmnya berkat bumbu cerita jalan-jalannya  Dan walau jalan ceritanya mungkin sudah bisa ditebak, ending dari film ini bagi saya tampil cukup memuaskan untuk menutup kisah romansa chuuni Rikka dan Yuuta.

“Mau dibawa ke mana hubungan kita?” © Torako / Kyoto Animation / Chu-2byo Production Committee

Sebagai film komedi romantis dengan cerita yang ringan, film Love, Chunibyo and Other Delusions: Take on Me mampu menjadi film yang begitu menghibur. Bila Anda baru mengenal serial anime ini, hubungan Rikka dan Yuuta yang begitu chuuni mampu membuat unsur romansa di film ini terasa sedikit “unik.” Bila memiliki waktu luang, sempatkanlah waktu Anda untuk menonton film ini di bioskop, baik sendirian (bila masih single), rame-rame bareng teman, atau bersama pacar (apalagi kalau sama-sama chuuni).

PS: Ketika film habis, jangan langsung beranjak pulang dari bioskop karena ada adegan aftercredit-nya.
PS1: Memang tidak penting, namun sedikit disayangkan tidak ada lagu ikonik dari grup a-ha yang juga berjudul Take on Me di film ini.

Fakta dan Data

Karya Asli Novel ringan karya Torako
Sutradara Tatsuya Ishihara
Penulis Skenario Jukki Hanada
Desain Karakter Kazumi Ikeda
Musik Nijine
Pengisi Suara Azumi Asakura sebagai Kumin Tsuyuri
Chinatsu Akasaki sebagai Shinka Nibutani
Jun Fukuyama sebagai Yūta Togashi
Maaya Uchida sebagai Rikka Takanashi
Sumire Uesaka sebagai Sanae Dekomori
Lagu Tema “Journey” oleh ZAQ
Sparkling Daydream” oleh ZAQ
Studio Kyoto Animation/Animation Do
Situs resmi http://www.anime-chu-2.com/
Twitter https://twitter.com/anime_chu_2
Mulai diputar pada 6 Januari 2017 (Jepang); 23 Mei 2018 (Indonesia)

KAORI Newsline

2 KOMENTAR

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses