3. Iyashi-kei

Cerita “penyembuh.” Bahasan tentang iyashi-kei banyak berpijak pada teori Paul Roquet (2009) tentang ambient literature (sastra lingkungan) sebagai sarana mengatur suasana hati (mood regulation). Fiksi iyashi-kei memberikan rasa kalem dengan menggambarkan lingkungan yang menenangkan. Lingkungan yang indah ditampilkan dengan detail yang mengagumkan, dan karakter-karakter cerita ini menjelajahi lingkungan tersebut dalam petualangan-petualangan kecil yang memberikan pengalaman baru tanpa menempatkan mereka dalam kondisi berbahaya. Unsur-unsur misterius yang fantastis bisa jadi ikut menghuni lingkungan yang digambarkan dalam cerita iyashi-kei, tetapi bukan untuk dipecahkan atau dicari tahu kebenarannya oleh tokoh-tokoh ceritanya. Sentuhan misteri tersebut fungsinya menambah nuansa menakjubkan pada lingkungan dengan menampilkan sisi dari lingkungan tersebut yang berada di luar pemahaman manusia. Cerita iyashi-kei bukannya tidak menampilkan konflik, tetapi konflik yang dihadirkan tidak terlalu berat dan tidak berlarut-larut.
Satu nilai yang penting dalam fiksi iyashi-kei adalah mono no aware. Ungkapan tersebut menggambarkan kesadaran bahwa segala hal yang ada di dunia ini bersifat fana, tidak akan bertahan selamanya. Penceritaan iyashi-kei mengarahkan perhatian pembaca/penonton untuk menghargai keindahan dari hal-hal sederhana di lingkungan sekitar, karena kelak hal-hal tersebut tidak akan bisa kita temui lagi.

Kemunculan iyashi-kei merupakan bagian dari tren media, produk dan jasa “penyembuh” seperti musik, kafe, hingga aromaterapi. Dalam ranah komik sendiri, nuansa iyashi-kei paling terasa dari komik Yokohama Shopping Blog (Yokohama Kaidashi Kikou, 1994-2006) karya Hitoshi Ashinano tentang seorang gadis robot yang mengelola sebuah kafe di dunia masa depan saat populasi manusia telah berkurang drastis, dan Aria (2002-2008) karya Kozue Amano yang bercerita tentang gadis-gadis pendayung gondola di kota Neo-Venesia di Mars. Aria juga telah diadaptasi menjadi anime sebanyak tiga season ditambah beberapa episode OVA.
Yokohama Shopping Blog dan Aria telah diterbitkan di Indonesia oleh m&c!.
Baca juga:
4. Nichijou-kei/Kuuki-kei

Tema “sehari-hari” atau tipe “udara.” Disebut-sebut berkembang dari media komik 4-koma (komik empat panel) oleh litbang majalah film Kinema Junpo, secara umum nichijou-kei menampilkan kehidupan sehari-hari sekelompok remaja putri melakukan dan memperbincangkan hal yang biasa-biasa saja atau remeh-temeh.
Berbeda dari cerita iyashi-kei yang mengarahkan perhatian pada lingkungan sekitar, cerita-cerita nichijou-kei lebih berfokus pada karakter dan interaksi karakter. Dengan watak khas dari masing-masing karakter, kegiatan dan topik obrolan yang biasa-biasa saja menjadi menarik untuk diikuti. Dengan mengikuti bagaimana para karakter saling menanggapi karakter lainnya dengan watak khasnya masing-masing dalam perilaku dan obrolan ringan mereka, para karakter tidak hanya terlihat semakin akrab, tetapi pembaca atau penonton sendiri ikut merasa semakin akrab dengan mereka, merasa menjadi bagian dari kelompok pertemanan mereka dan menjadi bagian dari perbincangan mereka.

Karena cerita-cerita nichijou-kei seringkali ber-setting di sekolah, ada rasa mono no aware juga darinya. Masa sekolah yang singkat berarti kebersamaan yang telah terjalin erat pada akhirnya akan berakhir dengan perpisahan, meninggalkan kenangan indah akan masa-masa yang tak akan bisa terulang kembali.
Azumanga Daioh (1999-2002) karya Kiyohiko Azuma, Lucky Star (2003-) karya Kagami Yoshimizu, dan K-On! (2007-2012) karya Kakifly adalah beberapa komik 4-koma yang meroketkan ketenaran nichijou-kei di era 2000-an, terutama setelah masing-masing diadaptasi menjadi anime. Selain K-On!, berbagai komik dari keluarga majalah Manga Time Kirara seperti Hidamari Sketch (2004-) karya aokiume atau Golden Mosaic (2010-) karya Yui Hara juga banyak menghadirkan suasana nichijou-kei.
Selain Lucky Star, komik-komik yang disebutkan di atas telah diterbitkan di Indonesia oleh Elex Media Komputindo.
Halaman berikutnya: narou-kei, catatan dan referensi