Bicara soal film Detektif Conan yang menampilkan karakter Kaito Kid, saya selalu teringat dengan film The Last Wizard of the Century (Seikimatsu no Majutsushi) yang pernah saya tonton di salah satu stasiun TV lokal bersama dengan beberapa film Conan lainnya ketika saya masih kecil. Selain merupakan film Detektif Conan pertama yang saya tonton, plot berburu harta karun seperti Indiana Jones atau komik Paman Gober-nya Carl Barks, rahasia harta sesungguhnya yang memliki nilai emosional yang melebihi emas permata, dan motivasi Kid terlibat dengan harta ini menjadikannya salah satu film Conan yang paling saya sukai dari masa kecil saya selain dari The Fourteenth Target (Juyonbanme no Target) yang sangat menegangkan.
Karena kenangan itulah, mengetahui bahwa Kid menjadi salah satu tokoh utama di film Detektif Conan ke-23 yang berjudul The Fist of Blue Sapphire (Konjou no Fist) membuat saya tertarik. Apalagi film ini juga menghadirkan Makoto Kyougoku, si atlit karate pacar Sonoko, yang belakangan ini di cerita komiknya ternyata dapat menjadi lawan tanding yang menarik bagi Kid, membawakan interaksi yang menghibur dengan sifat mereka yang saling berlawanan (yang satu mengandalkan akal dan tipuan, yang satunya mengandalkan kekuatan fisik dan jalan berpikir yang polos).
Dalam film kali ini, Kid hendak mencuri sebuah permata bernama Fist of Blue Sapphire yang baru ditemukan dari bangkai kapal perompak oleh seorang miliarder dari Singapura. Di sisi lain, Kyougoku diundang untuk berpartisipasi dalam sebuah turnamen karate yang diadakan oleh sang miliarder, dengan sabuk berhiaskan Fist of Blue Sapphire sebagai hadiahnya. Sonoko, Ran, dan Kogoro ikut pergi ke Singapura untuk menonton Kyougoku. Sedangkan Conan dibawa paksa ke Singapura oleh Kid untuk membantunya, karena sebelum turnamen itu berlangsung, seorang pengacara yang mensponsori Kyougoku tewas dibunuh dengan Kid dijadikan kambing hitam. Kasus ini akhirnya menyeret mereka semua kepada suatu konspirasi besar.
Sayangnya, sebenarnya tidak banyak momen yang terjadi antara Kid dan Kyougoku, dan mereka hanya benar-benar saling berhadapan satu kali. Biar begitu, reaksi-reaksi Kid terhadap Kyougoku masih terasa lucunya. Kyougoku sendiri lebih diuji hubungannya dengan Sonoko akibat campur tangan pihak yang ingin mencegah Kyougoku memenangkan Fist of Blue Sapphire. Sementara itu Kid lebih banyak mendapatkan interaksi yang menghibur dengan Conan. Sebagai penipu dan pembongkar tipuan, kerja sama duo ini tetap saja diwarnai dengan dialog-dialog yang tajam dan jenaka. Penonton yang mengamati Ran dengan jeli selama film ini juga pastinya akan mendapat payoff dari scene terakhir. Kecerdikan Ran sebenarnya tidak bisa dianggap remeh juga.
Selain merupakan film Detektif Conan pertama yang disutradarai oleh perempuan, yaitu Tomoka Nagaoka, film ini juga merupakan film Conan pertama yang benar-benar bersetting di luar Jepang. Singapore Tourism Board bahkan turut memberikan dukungan pada acara nonton bareng film ini di beberapa kota seperti di Bandung dan Surabaya. Setidaknya setting luar negeri itu memberi situasi yang tak terhindarkan bagi Conan untuk membantu Kid. Tidak ketinggalan, film ini menampilkan klimaks berskala besar di lokasi-lokasi yang menjadi landmark Singapura seperti Marina Bay Sands, dengan aksi-aksi yang dianimasikan dengan memukau.

Dengan segala kehebohan itu, pada akhirnya harta dalam film ini tidak bisa dibilang memiliki nilai emosional yang sekuat harta di film The Last Wizard of the Century, yang menjadikan film lama itu memiliki konklusi yang terasa sangat berkesan. Meski demikian, penggemar setia Detektif Conan pasti akan terhibur dengan momen-momen antar karakter yang hubungannya telah terbangun dan menjadi akrab dengan pemirsa melalui cerita-cerita yang telah hadir selama belasan tahun ini.
KAORI Newsline