Seorang bocah korban perundungan asal Jepang dilaporkan telah melakukan tindakan bunuh diri dengan meloncat dari gedung di Kawaguchi, prefektur Saitama pada 9 September 2019 lalu. Dalam salah sebuah surat terakhirnya, SK, 15 tahun, sempat menyalahkan sekolahnya yang dianggapnya tidak menghiraukan permintaan tolong darinya.
Dalam pengakuan di surat terakhirnya tertanggal 6 September 2019, SK yang belum lama ini lulus SMP menyebut pihak sekolah dan dewan pendidikan sebagai pembohong yang melindungi pihak perundung. Ia juga mengeluhkan kenapa dirinya harus menderita begitu rupa.
Senada dengan mendiang SK, sang ibu juga menyalahkan pihak sekolah yang dianggapnya telah mengkhianati dan meninggalkan anaknya, justru di saat sang anak sangat membutuhkan pertolongan. Karenanya sang ibu menuntut untuk diadakan investigasi lebih lanjut atas kasus perundungan berujung bunuh diri dari sang anak.
SK tercatat masuk ke jenjang SMP pada April 2016 lalu. Pada bulan Mei, dirinya mulai dirundung oleh teman sekelas dan kakak kelasnya di klub sepakbola. SK sempat mengajukan surat minta tolong kepada wali kelasnya pada bulan September 2016. Namun permohonannya tersebut rupanya tidak digubris, hingga ia bermaksud untuk bunuh diri, meski akhirnya ia mengurungkan niatnya pada saat itu.
Belakangan, SK rupanya terus dirundung sepanjang masa SMPnya hingga ia beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Pihak sekolah sebenarnya sudah mulai menangani kasusnya sejak bulan November 2017. Namun rupanya upaya dari pihak sekolah dan dewan pendidik dianggap tidak maksimal, hingga akhirnya SK benar-benar mengakhiri hidupnya pada September 2019, 6 bulan setelah lulus SMP.
KAORI Newsline | Sumber: The Japan Times