Detective Conan: The Scarlet Bullet merupakan movie dari serial Detective Conan yang sampai saat ini masih berlanjut serialisasinya di Jepang oleh Gosho Aoyama dengan judul Maitantei Conan. Sutradara di film ini masih tetap dipegang oleh Chika Nagaoka dan diproduksi oleh studio TMS Entertainment yang sebelumnya telah menggarap film Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire yang pernah tayang di bioskop Indonesia pada tahun 2019 yang lalu.
Film terbaru ini merupakan film yang ke-24 dari seri Detective Conan sejak film pertama yang dirilis pada tahun 1997 lalu. Cerita di semua film Conan ini berada di luar cerita dari serial anime maupun manga dari serial Detective Conan atau bisa dibilang non-canon. Tapi di mata para penggemarnya, film-film tersebut malah berpotensi bisa melanjutkan aksi dari filmnya ke serial anime maupun manga-nya.
Film ini menceritakan Jepang yang tengah merayakan salah satu perhelatan olahraga berskala internasional yaitu World Sports Games atau disingkat WSG yang digelar di Tokyo. Pada saat opening ceremony WSG Tokyo, Jepang akan memperkenalkan kereta “Vacuum Superconducting Linear” yang pertama di dunia kepada publik. Kereta tersebut mempunyai kecepatan maksimal sampai 1.000 km/j yang menggabungkan semua teknologi di seluruh penjuru Jepang sampai kereta tersebut diberi julukan “Japanese Bullet“. Kereta tersebut akan dibuka untuk umum melalui Stasiun Shin-Nagoya dan Stasiun Shibahama yang didirikan di Tokyo, tempat dimana perhelatan tersebut digelar.
Pada saat perhatian dunia berkumpul di opening ceremony WSG, sebuah insiden menimpa para pihak sponsor mendukung perhelatan WSG, di mana mereka tiba-tiba diculik satu persatu dan salah satu korbannya adalah Konglomerat Bisnis Suzuki yaitu Shiro Suzuki, ayah dari Sonoko Suzuki yang merupakan teman dari Ran Mouri dan Shinichi Kudo alias Conan Edogawa. Di balik layar kasus tersebut, ada Shuichi Akai yang merupakan anggota dan penembak jitu FBI terbaik yang sedang memantau insiden tersebut bersama anggota FBI lainnya, James Black, Andre Camel dan Jodie Sterling yang merupakan guru bahasa Inggris Ran Mouri.
Ternyata Conan sudah menduga bahwa insiden tersebut sama persis dengan insiden yang terjadi pada perhelatan WSG di Boston 15 tahun yang lalu, di mana mereka menculik beberapa orang penting dalam perhelatan tersebut. Namun di insiden 15 tahun lalu, ada salah satu korbannya tewas dan pihak FBI merasa menjadi pihak yang bertanggung jawab atas kasus tersebut. Alan McKenzie yang menjadi kepala FBI pada waktu itu kini menjadi ketua penyelenggara WSG Tokyo. Apakah misteri ini adalah suatu kebetulan? Apa yang akan terjadi pada Jepang, di mana semua orang di seluruh dunia berkumpul?
Film Detective Conan: The Scarlet Bullet memang banyak pujaan, termasuk dari para fans setia Conan lebih tepatnya. Pada awal film dimulai penonton sudah disajika dengan adegan peristiwa penculikan para anggota penting di perhelatan WSG Boston yang berakhir dengan kematian seorang korban pada 15 tahun yang lalu. Lalu adegan berubah menjadi 15 tahun kemudian (anggap saja adegannya terjadi di masa seakrang) di mana perhelatan WSG diadakan di Jepang dengan menjadikan kota Tokyo sebagai pusatnya.
Bagi fans Conan yang menonton filmnya pasti kalian bakalan terkejut karena di film ini tidak hanya Conan dan Shuichi Akai saja yang menjadi pusat perhatian. Cerita di film ini juga melibatkan satu keluarga yang menjadi pusat di seri Detective Conan. Keluarga yang dimaksud adalah keluarga dari Shuichi Akai yang berisi orang yang ahli di berbagai bidang. Ada Mary Sera yang merupakan ibu dari Shuichi Akai yang sangat misterius, Shukichi Haneda yang merupakan anak kedua Mary sekaligus adik dari Shuichi Akai yang mempunyai gelar sebagai Master Shogi se-Jepang, dan satu lagi dari keluarga Akai adalah Masumi Sera sebagai anak ketiga sekaligus adik bagi Shuichi Akai dan Shukichi Haneda. Ia juga merupakan teman sekolahnya Ran Mouri dan Sonoko Suzuki. Film in menghadirkan cerita kasus yang melibatkan satu keluarga yang mempunyai satu tujuan yang sama (terkecuali Shukichi Haneda yang memang benar-benar tidak ingin terlibat dalam urusan ini).
Film Detective Conan: The Scarlet Bullet ini merupakan debut pertama bagi karakter Mary Sera dan Shukichi Haneda di seri film Conan setelah Shuichi Akai yang sudah 2 kali tampil di seri movie dan Masumi Sera yang tampil sekali. Bisa dibilang jika Conan bertemu dengan Mary bakal ada misteri yang terkuak atas peristiwa yang menimpa mereka berdua. Terlebih Conan dan Mary merupakan korban dari obat beracun APTX 4869 yang dimiliki oleh Organisasi Hitam yang merupakan alasan Conan sampai sejauh ini menjadi detektif dengan badan yang kecil seukuran anak SD.
Di film ini juga tidak ketinggalan lawakan lucu yang dilakukan oleh para Detective Boys (Ayumi, Genta, dan Mitsuhiko) maupun adegan dari si Kogoro Mouri yang penuh kelucuan. Tidak ketinggalan juga adegan quiz ala Profesor Agasa yang selalu ada di movie ini. Dan tidak ketinggalan yaitu lagu tema Conan yang selalu mengiringi intro pada saat movie dimulai beserta pengenalan karakter yang ada di movie tersebut.
Mengenai film Detective Conan: The Scarlet Bullet ini, ada beberapa referensi yang dipakai di film ini. seperti perhelatan World Sports Games atau WSG yang merupakan referensi dari Olimpiade (lebih tepatnya Summer Olympic Games) yang menjadi salah satu perhelatan olahraga terbesar dunia. Event WSG Tokyo di film tersebut mengacu pada event Olimpiade 2020 yang diadakan di Tokyo, namun perhelatan tersebut ditunda menjadi tahun 2021 karena pandemi COVID-19. Ada pula referensi di mana Jepang meresmikan kereta “Vacuum Superconducting Linear” yang dimana kereta tersebut mengacu pada kereta Shinkansen di Jepang, yaitu L0 series Maglev (Magnetic Levitation) dan rute kereta dari Shin-Nagoya dan Stasiun Shibahama tersebut merupakan referensi dari rute kereta Chūō Shinkansen yang mempunyai rute tujuan Tokyo Shinagawa dan Nagoya.
Film Detective Conan: The Scarlet Bullet juga menghadirkan berbagai hal menarik di ceritanya, seperti kita akan melihat kombinasi teamwork antara Conan dan para agen FBI (terutama Shuichi Akai) kembali lagi sejak di film Detective Conan: The Darkest Nightmare. Selain itu, sisi lain dari keluarga Akai yang disembunyikan dari Conan, Ran, bahkan Shuichi Akai yang menjadi anaknya (karena banyak yang mengira dia sudah mati di tangan Organisasi Gitam) akhirnya akan terkuak di film ini. Lagu tema dari seri Detective Conan yang sangat memorial juga hadir di film ini. Walau hadir dengan aransemen yang sedikit berbeda, tapi vibes dari lagu tema tersebut tetap tidak hilang.
Di sisi lain, terdapat beberapa kekurangan di cerita film Detective Conan: The Scarlet Bullet, seperti kurangnya porsi aksi dari keluarga Akai, terutama pada adegan Masumi saat melawan Shuichi yang sedang menyawar sebagai Okiya. Adegan ini terkesan singkat karena mereka diceritakan mengincar target yang sama. Selain itu, ada cabang plot seputar Mary Sera yang melihat Conan yang bisa dikembangkan untuk mengetahui siapa korban lain dari racun APTX 4869 selain Conan dan Haibara. Sayangnya mereka masih belum bertemu secara langsung di film ini (mungkin saja plot ini baru akan dikembangkan di film Conan selanjutnya).
Sementara itu, film Detective Conan: The Scarlet Bullet awalnya akan ditayangkan pada tahun 2020 yang bertepatan dengan hype penyelenggaraan Olimpiade 2020 Tokyo. Sayangnya karena wabah COVID-19 yang marak saat itu, jadwal penayangan filmnya diundur menjadi April 2021 ini, sedangkan penyelenggaraan Olimpiade “2020” pun rencananya diundur menjadi Agustus 2021, sehingga hype dari film ini menjadi hilang.
Film ini sangat direkomendasikan terutama jika kalian adalah fans dari serial Detective Conan. Film Detective Conan: The Scarlet Bullet telah diputar di Indonesia lewat jaringan bioskop Cinema XXI dan CGV mulai tanggal 21 April 2021.
KAORI Newsline
BEtul. saya sebagai fans conan sangat menikmati film ini