Sinopsis
Utena Hiiragi adalah seorang gadis biasa yang mengagumi tim gadis ajaib (mahou shoujo) setempat, Tres Magia. Saat karakter maskot bernama Venalita mendatanginya dan menawarinya kekuatan untuk berubah, nampaknya keinginan Utena untuk bisa menjadi seperti idola yang dikaguminya akan terkabul. Apa iya? Ternyata tujuan Venalita yang sebenarnya adalah untuk menjadikan Utena bos organisasi kejahatan Enormita yang merupakan musuh para gadis ajaib. Utena merasa segan melawan para gadis ajaib yang ia kagumi, tapi tak disangka, ternyata dia cukup menikmatinya?
Halimun Muhammad – The Indonesian Anime Times
Dalam buku An Introduction to Eromanga (2020 [2014]), Kaoru Nagayama menuturkan kembali kenangan komikus Aki Nakata menemukan adegan penyiksaan (goumon scene) saat membaca komik ninja Iga no Kagemaru karya Mitsuteru Yokoyama di masa kecilnya. Meski saat itu dia belum mengenal konsep SM dan bondage, Nakata kecil sudah merasakan adegan seperti itu nampak merangsang. Menurut Nagayama, pengalaman erotis pertama melalui komik bacaan anak-anak seperti yang dikenang oleh Nakata tersebut bukanlah hal yang langka, terlepas dari apakah komikus yang membuatnya memang bermaksud menjadikan adegan tersebut merangsang atau tidak.
Mengikuti logika tersebut, bisa kita bayangkan bahwa adegan pertarungan dalam media superhero seperti Sentai atau bahkan sebagian anime gadis ajaib juga dapat dikonsumsi sebagai adegan sadomasokis yang merangsang meski sebenarnya tidak dimaksudkan seperti itu. Bayangkan saja, para jagoan dalam media tersebut bergulat dan baku hantam dengan lawan-lawan mereka selagi dalam balutan kostum yang ketat atau memikat. Bahkan dalam media komik superhero Amerika, penulis legendaris Alan Moore telah menyoroti potensi erotis dalam media superhero ini dalam komik Watchmen. Di sana digambarkan bagaimana karakter Nite Owl II dan Silk Spectre II, setelah sebelumnya menyangkal-nyangkal dan menertawakan villain masokis yang pernah mereka temui di masa silam, akhirnya mengakui kalau bergelut dengan kostum ketat itu memang merangsang.
Mahou Shoujo ni Akogarete secara sadar mentematisasi potensi erotis dari media superhero ini, khususnya dalam genre gadis ajaib yang bertarung, dengan menggambarkan perkembangan sisi sadis tokoh utamanya Utena Hiiragi terhadap gadis ajaib yang dia kagumi. Bahkan sebelum Venalita memberinya kekuatan jahat, sekilas Utena sudah nampak menyeringai saat melihat mereka menangkis serangan monster. Kekaguman dan kebuasan Utena terhadap jagoan idolanya tentu merupakan suatu paradoks, tetapi bukan berarti keduanya tidak dapat bercampur. Jika kita bandingkan dengan konsep keimutan, misalnya, sejumlah akademisi berpendapat karakteristik rapuh, lemah, dan tak berdaya yang dicirikan sebagai imut bisa memicu tidak hanya perasaan sayang dan ingin melindungi terhadap suatu objek imut, tapi juga perasaan agresi dan dominasi terhadapnya (Plourde, 2020). Maka kembali ke bidang superhero, bisa dipahami jika keperkasaan sosok superhero bisa memicu rasa kagum dan juga rasa agresif terhadapnya.
Anime Mahou Shoujo ni Akogarete nampaknya mengadaptasi karya aslinya dengan cukup baik. Episode pertama tidak sekadar mengadaptasi bab-bab awal apa adanya, tetapi juga menambahkan adegan baru agar pacing-nya lebih enak untuk durasi episode setengah jam. Hal itu juga memberi lebih banyak ruang untuk memperkenalkan karakterisasi Utena di awal. Selain itu, salah satu komposer musik anime ini, Yasuharu Takanashi, merupakan komposer musik beberapa seri Pretty Cure series dari Fresh sampai Smile. Maka tidak heran jika ilustrasi musik di anime ini terasa mengingatkan pada musik Pretty Cure era 2010-an awal, dan menambah elemen parodi genrenya.
Satu cut yang cukup berkesan di episode pertama Mahou Shoujo ni Akogarete adalah bagian ketika Utena memecut setangkai bunga yang berubah menjadi monster. Goyangan kelopak bunganya setelah terkena pecutan dan perubahan fisik tangkainya menjadi raksasa benar-benar menimbulkan kesan seperti aksi fisik yang konkrit. Karakteristik animasi fisik seperti itu bisa menjadi hal yang menguatkan sensualitas perlakuan Utena terhadap para gadis ajaib jika desk produksi bisa mendapatkan staf yang cukup memadai untuk menghasilkan animasi seperti itu secara konsisten.
Fakta dan Data
Judul Lain | Gushing over Magical Girls |
Karya Asli | Manga karya Akihiro Ononaka |
Pengisi Suara | Aoi Koga sebagai Kiwi Araga/Leopard Fuuka Izumi sebagai Utena Hiiragi/Magia Baiser Kana Asumi sebagai Vatz Kaori Maeda sebagai Haruka Hanabishi/Magia Magenta Mayuko Kazama sebagai Sayo Minakami/Magia Azul Minami Tsuda sebagai Nemo Anemo/Leberblume Misaki Ikeda sebagai Kaoruko Tenkawa/Magia Sulfur Misato Fukuen sebagai Venalita Shiori Sugiura sebagai Korisu Morino/Nero Alice Yuka Aisaka sebagai Matama Akoya/Loco Musica |
Sutradara | Atsushi Ootsuki (To Love-Ru Darkness, Ladies versus Butlers!, Kanokon, BanG Dream!) Tadato Suzuki |
Penulis Naskah | Noboru Kimura (Nyaruko-san, Dragonar Academy, Gundam Build Divers, AMAIM: Warriors at the Borderline) |
Desain Karakter | Yasuka Ootaki (A Galaxy Next Door) |
Lagu Pembuka |
“My dream girls” oleh NACHERRY
|
Lagu Penutup |
“Togetoge Sadistic.” oleh Enormita
|
Studio | Asahi Productions |
Situs Resmi | mahoako-anime.com |
@mahoako_anime | |
Tanggal Tayang | 3 Januari 2024 (1430 GMT/2130 WIB/2330 JST) |