Menjelajah waktu biasanya memerlukan peralatan, teknologi, dan ilmu – ilmu yang rumit. Namun, bagaimana jadinya jika perjalanan waktu dilakukan hanya dengan datang ke “Kafe”?

Funiculi Funicula merupakan sebuah novel fiksi yang diadaptasi dari pertunjukan teater karya Toshikazu Kawaguchi yang berjudul Kohi ga Samenai Uchi ni. Dalam adaptasi novel pertamanya, Toshikazu Kawaguchi berhasil meraih nominasi Japan Booksellers’ Award 2017Funiculi Funicula saat ini telah memiliki 3 seri secara berurutan, dan telah diterbitkan di Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama sejak tahun 2021 seri pertama. Inilah ulasan singkat dari seri pertama novel Funiculi Funicula.

Sinopsis

Berlatar pada abad ke-20, kafe ini berada di bawah bangungan gang kecil kota Tokyo, Jepang, dan diperkirakan sudah berusia 100 tahun lebih namun masih memiliki interior dan nuansa sepia yang sama. Kafe ini dijalankan turun temurun oleh keluarga Tokita. Tidak hanya itu, kafe ini memiliki suhu yang sama setiap hari walaupun berbagai musim telah tiba.

Meskipun keberadaan kafe ini berada di bawah gedung lain, masih saja kerap didatangi oleh pengunjung. Banyak dari mereka yang hanya sekedar mencari tahu tentang wisata menjelajah waktu, maupun pelanggan tetap yang menikmati nuansa serta hidangan dalam kafe ini. Bagi mereka yang ingin pergi menjelajahi waktu akan dihadapkan oleh peraturan-peraturan merepotkan yang harus dipatuhi, namun masih saja ada dari mereka yang tetap melakukan itu.

Ada beberapa peraturan yang mesti dijalankan dan dipenuhi. Di antaranya harus duduk di kursi khusus sebagai portal atau media penjelajah waktu, dan kursi itu diduduki oleh hantu yang hanya sekali sehari meninggalkan kursi tersebut. Perjalanan waktu dimulai ketika seorang gadis dari keturunan Tokita menuangkan segelas kopi panas hingga menjadi dingin. Kursi tersebut tak bisa ditinggalkan saat sedang menjelajah waktu. Dan saat seseorang berdiri setelah perjalanan waktu maka ia akan ditarik kembali ke masa dia berada. Lalu, kopi harus dihabiskan sebelum dingin. Dari semua peraturan tersebut ada yang sangat penting untuk digarisbawahi yaitu, pengunjung tidak dapat mengubah keadaan atau realita aslinya.

Dari beberapa peraturan yang merepotkan itu, masih saja ada beberapa orang yang tetap ingin melakukannya. Mulai dari seorang perempuan yang ingin kembali ke masa lalu untuk menemui kekasihnya, seorang istri yang kembali ke masa lalu untuk menemui suaminya yang sudah renta, hingga seorang kakak yang ingin pergi ke masa lalu untuk menemui adiknya yang sudah meninggal. Bahkan seorang ibu yang ingin pergi ke masa depan demi bertemu anaknya yang sudah dewasa.

Ulasan

Penokohan di dalam novel ini dideskripsikan dengan baik dan cerita diambil dari sudut pandang campuran para tokohnya. Saya dapat menggambarkan dengan jelas sudut pandang apa yang dilihat dari setiap tokoh. Toshikazu Kawaguchi dirasa telah sukses menggambarkan sifat parah tokoh dengan jelas.

Novel ini memiliki alur dan jalan cerita yang mudah dicerna. Namun ada beberapa kalimat yang perlu dibaca dua kali untuk lebih memahaminya. Novel ini telah sukses membawa saya terlarut dalam suasana yang terkandung pada setiap ceritanya. Bahkan, tanpa saya sadari saya meneteskan air mata pada beberapa alurnya.

Mengesampingkan hal itu, buku ini memiliki cover yang sangat menarik perhatian banyak orang. Penempatan penulisan dan kalimat juga dirasa sangat baik. Penerjemah juga sudah berhasil mengubah bahasa Jepang menjadi bahasa Indonesia dengan baik. Bahkan, ada beberapa kalimat Jepang yang diartikan lebih mendalam.

Dalam ke-3 seri yang sudah saya baca masih banyak misteri yang belum terpecahkan dan membuat novel ini terkesan berlama-lama dalam memainkan alurnya. Hal ini membuat saya bertanya-tanya jawaban apa yang ada pada misteri tersebut?

KAORI Newsline | Oleh Fadilla Putra

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses