Kenaikan harga tanah di Jepang makin terasa, bahkan pada 2025 tercatat naik rata-rata 2,7 persen. Kenaikan ini merupakan yang tercepat sejak metode perhitungan terbaru diberlakukan pada 2010. Salah satu penyebab utama adalah sektor pariwisata Jepang yang sedang booming, mendorong nilai tanah terutama di destinasi favorit wisatawan.
Tokyo dan Daerah Wisata Melesat
Kawasan Tokyo mengalami lonjakan terbesar, dengan kenaikan 8,1 persen. Disusul Okinawa 6,3 persen dan Fukuoka 6 persen. Bahkan di jalan Kaminarimon, Asakusa—salah satu pusat wisata Tokyo—harga tanah naik sampai 29 persen. Beberapa daerah wisata lainnya juga menunjukkan kenaikan luar biasa, seperti Hakuba di Nagano yang naik 32,4 persen dan Furano dekat kawasan ski di Hokkaido yang melonjak 30,2 persen.
Proyek Redevelopment Dorong Lonjakan
Selain sektor wisata, proyek pembangunan ulang di sekitar stasiun-stasiun utama turut memicu lonjakan harga tanah. Di sekitar Stasiun Omiya di Saitama, harga tanah naik 11,9 persen, sementara area Stasiun Chiba mengalami kenaikan 11,2 persen. Lokasi-lokasi dengan akses transportasi yang mudah dan proyek infrastruktur besar memang jadi daya tarik utama bagi investor.
Tidak Semua Daerah Ikut Naik
Meskipun secara keseluruhan tren naik, 12 dari 47 prefektur di Jepang justru mencatat penurunan harga tanah. Beberapa daerah seperti Niigata, Yamanashi, Nara, dan Kochi mengalami penurunan lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, wilayah Wajima di Prefektur Ishikawa yang sempat diguncang gempa mengalami penurunan harga tajam hingga 16,7 persen.
Rekor Termahal di Ginza
Area paling mahal tetap di depan pertokoan Kyukyodo di Ginza, Tokyo, yang mempertahankan gelar sebagai lahan termahal di Jepang selama 40 tahun berturut-turut. Harga tanah di sana kini mencapai 48,08 juta yen per meter persegi—hingga lebih dari 5 miliar rupiah—naik 8,7 persen dibanding tahun lalu.
KAORI Newsline | Sumber