Pendapatan dari hasil laut di Jepang mengalami penurunan drastis dalam beberapa dekade terakhir. Dengan hasil tangkapan yang makin sedikit dan nelayan yang semakin menua, banyak komunitas pesisir kini mulai melirik wisata laut sebagai sumber penghasilan alternatif. Konsep “umigyo” pun digalakkan—mengajak masyarakat menjelajahi laut lewat pengalaman wisata berbasis laut, seperti naik kapal nelayan hingga menikmati kuliner lokal.
Wisata Naik Kapal Jadi Daya Tarik Baru
Contohnya bisa dilihat di Pelabuhan Inatori, Prefektur Shizuoka. Kapal Inari Maru yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan kinmedai, kini juga digunakan untuk membawa turis berlayar santai. Dalam waktu sekitar 40 menit, para pengunjung bisa menikmati pemandangan pantai dan batu karang unik sambil mencicipi sajian lokal seperti “sanga yaki”. Aktivitas wisata laut ini bahkan sudah menyumbang sepertiga dari total pendapatan kapal tersebut.
Pasar Ikan Hingga Sauna Pesisir Jadi Andalan
Beberapa pelabuhan lain pun ikut berinovasi. Di Pelabuhan Tajiri, Osaka, pasar pagi mingguan selalu ramai didatangi pengunjung yang ingin membeli langsung dari nelayan. Sementara di Onagawa, Miyagi, sauna bergaya Finlandia didirikan di tepi laut, memungkinkan pengunjung bersantai sambil memandang lautan. Inisiatif seperti ini terbukti ampuh menghidupkan kembali wilayah yang sempat terpuruk, seperti pasca tsunami 2011.
Dukungan Pemerintah dan Harapan Masa Depan
Pemerintah Jepang juga memberikan dukungan lewat Rencana Dasar Perikanan 2022, yang menargetkan peningkatan interaksi antara kota dan desa nelayan. Wisata laut diharapkan menjadi solusi jangka panjang atas tantangan di sektor perikanan. Meski begitu, beberapa pihak mengingatkan agar kebijakan ini tidak dijadikan alasan semata untuk mempertahankan anggaran pembangunan pelabuhan.
Dengan berbagai pendekatan yang kreatif dan menyentuh sisi pariwisata, masa depan komunitas nelayan Jepang kini punya peluang baru—yaitu lewat kekuatan wisata laut.
KAORI Newsline | Sumber