Tentu saja karakter-karakter utamanya mendapat perlakuan yang sama, penonton melihat mereka bertumbuh melalui konflik yang harus mereka hadapi. Misalnya Ema yang bisa dikatakan paling pasif di antara karakter-karakter utama Shirobako. Ema menghadapi konflik nyata yang dialami banyak animator atau mungkin dialami oleh banyak seniman. Dia mengalami krisis kepercayaan diri.
Walau tentu saja hal ini muncul juga dikarenakan isu mendasar pada diri Ema yang terlihat jelas sejak awal, kepercayaan dirinya. Maka pada saat dia mengalami krisis kepercayaan diri, wajar saja apabila Ema merasa ketakutan, khawatir, dan gelisah. Dalam posisi Ema, perasaan-perasaan yang dialaminya sangatlah nyata dan beralasan. Pada akhirnya, berkat bantuan dari Iguchi, Ema berhasil mengatasi konflik internalnya, melampaui dinding pertamanya, dan selanjutnya, kita bisa melihat bagaimana Ema telah tumbuh, baik sebagai animator maupun sebagai manusia. Pada paruh kedua, Ema kembali berurusan dengan masalah kepercayaan dirinya. Namun dengan dorongan dari Sugie…
dan cambukan dari Diesel-chan….
kita melihat keberhasilan Ema untuk melangkah maju, dan selanjutnya, lewat pembicaraan singkat Ema dengan ibunya di telepon, Shirobako kembali menunjukkan pentingnya kehadiran orang lain dalam kehidupan manusia dan bagaimana seri ini begitu memperhatikan proses yang dialami para karakternya, bahwa semua kerja keras pasti akan terbayar.
Pentingnya memiliki hubungan yang baik dengan orang lain dan hasil yang didapat dari kerja keras adalah dua hal yang mungkin ingin disampaikan oleh Shirobako dan dieksekusi begitu baik dalam karakter-karakter, dialog, dan humornya. Hal ini juga terlihat pada Ema dan Zuka. Setiap momen yang dialami Zuka begitu berkesan dan berhasil membuat penonton merasa empati kepadanya. Penonton disajikan bagaimana dia gagal, jatuh, dan terpuruk, bingung dan takut akan masa depannya, hingga akhirnya lewat rangkaian kejadian yang tertata begitu rapi, kesempatan akhirnya mendatangi dan “menyelamatkannya”.
Momen momen seperti inilah yang membuat Shirobako begitu berharga, menggugah, sekaligus memuaskan. Hal-hal seperti ini yang membuat karakter-karakternya begitu lovable. Bahkan saat karakter-karakter tersebut awalnya terlihat brengsek seperti Tarou maupun Hiraoka, Shirobako selalu berhasil membuat mereka menjadi karakter yang begitu lovable dengan cara memberi mereka momen-momen yang begitu berkesan, baik momen-momen yang mengocok perut ataupun menyentuh perasaan.
Tentu saja tak ketinggalan adalah karakter utama yang menjadi pusat anime ini, Miyamori Aoi. Miyamori bekerja sebagai production runner di tempat yang sama dengan Ema, studio Musashino Animation (MusAni). Miyamori adalah karakter yang terlihat sederhana dari luar namun kritis, selalu berusaha mengerjakan pekerjaannya dengan giat dan tulus, dan karena usianya yang masih muda serta pengalamannya yang masih sedikit, terkadang menampilkan sifatnya yang polos, naif, namun idealis. Dia juga terus memunculkan ekspresi dan reaksi konyol yang seringkali menghibur dan menambah daya tariknya.
Sepanjang seri ini, Miyamori terus menjadi karakter utama yang sangat menyenangkan dengan kepolosan dan ketulusannya, dan bagaimana dia bertumbuh dan bertambah matang melalui konflik. Kehadiran dua boneka Miyamori untuk menunjukkan dan memperdalam kepribadiannya juga merupakan keputusan yang tepat. Dialog dan perilaku Miyamori seringkali menjadi representasi perasaan penonton dan tema dari Shirobako.
Sama seperti karakter lainnya, Miyamori menghadapi konflik internal mengenai apa alasan dan tujuannya membuat anime dan apakah tidak apa-apa baginya untuk terus maju tanpa tujuan seperti itu. Sambil berdiri di tengah-tengah keraguan, Miyamori terus maju, menghadapi konflik, mengenal, menjalin relasi, dan berhadapan dengan banyak orang, hingga akhirnya dia tumbuh menjadi sosok yang tak tergantikan di MusAni.
Anime terbaik musim fall-winter, benar-benar berbobot ceritanya