CEO KAORI Nusantara merangkum musim kedua Oregairu dalam 1000 kata.
Salah satu pejabat tinggi di sebuah perusahaan transportasi massal pernah berucap (off the record) kalau kesuksesannya mencapai posisi tinggi saat ini adalah karena ia pintar berkelit. “Kalau saya nggak pintar ngeles, wah nggak mungkin ada di posisi direksi, dong.”
Hikigaya Hachiman adalah orang yang memiliki pandangan fatalis mengenai cara kerja dunia (wabilkhusus bagaimana orang di sekitarnya bekerja). Berbeda dengan anak muda sebayanya yang memiliki sikap idealis maupun blak-blakan memilih pragmatis (seperti Hayato Hayama), Hikigaya awalnya adalah pribadi yang memilih bersikap fatalis dan tentu saja ini berarti mengasingkan dirinya dari teman-temannya.
Di sisi lain, Hachiman adalah sosok yang biso rumongso: ia mampu melihat apa yang salah dalam sebuah sistem dan menyelesaikannya dengan cara-cara tidak konvensional. Sayangnya karena sikapnya yang fatalis tersebut, Hachiman justru memilih untuk rumongso biso: maju, menyelesaikan masalahnya sendiri, dan menimbulkan kesan pahit.
Saat Kakeru Tobe mencoba menegaskan perasaannya, di saat semua penonton dari balik semak-semak sudah tahu bahwa “ini orang pasti BCB alias berakhir cuma berteman”, tiba-tiba Hachiman masuk dan merusak segalanya. Ia dikecam oleh Yukino dan seketika Yuigahama menjaga jarak darinya, tapi Hina menjadi Nabi Khidir di sini dan membenarkan apa yang dipikirkan Hachiman. “Mungkin aku bisa berpacaran denganmu, Hikitani.”
Akan tetapi Hachiman bukan Nabi Musa, bukan pribadi yang digugu maupun ditiru. Ia berada dalam sebuah zona nyaman yang tidak seberapa nyaman dan saat Yukinoshita berhenti berbicara kepadanya, ini menjadi masalah yang cukup penting. Belum tuntas masalah tersebut, Hachiman kembali diseret dalam masalah baru.
Isshiki Iroha bukan Khofifah, tidak pula berprinsip “NU adalah Muhammadiyah dan Muhammadiyah adalah NU”, bukan pula orang yang cocok memimpin karena asbabun-nya tidak sama seperti Utsman bin Affan meski mirip-mirip: ia dicalonkan oleh teman-temannya untuk menjadi ketua OSIS. Hachiman, masih seorang fatalis, menyarankan untuk menjegal Iroha agar ia tidak perlu repot-repot terpilih sebagai ketua OSIS; nyatanya sikap ini justru membawa Hachiman menghadapi dilema lebih besar: Yukino berniat untuk maju agar bisa mengalahkan Iroha.
Seorang fatalis, yang punya pemikiran ora patheken tiba-tiba dipaksa untuk peduli. Ia mencari-cari alasan mengapa ia harus peduli, sampai akhirnya ia menemukan alasan (kalau bukan dalil pembenaran) yakni adiknya sendiri, yang berkata dengan tulus, “ya Kakak, karena aku suka kak Yukino dan kak Yui, aku ingin klub Kakak tetap berdiri.” Di sisi lain, Yukino terjebak dalam bayang-bayang kakaknya (sejak musim pertama) dan dalam kepalanya, terus terbayang ucapan Haruno yang seolah berkata, “Halo Yukino, iseh enak jamanku toh?”
Statistik sesungguhnya seperti perempuan dan bikini: indah dipandang namun menyembunyikan hal yang paling penting. Hachiman dibantu Yoshiteru mendirikan Ismev (Isshiki Social Media Volunteer) yang tugasnya hanya satu: meyakinkan bahwa sebagus apapun, Yukino tidak akan menang pilkada. Yukino pun menarik dirinya dan sampai sini, pemenang babak ini adalah Yuigahama Yui. Satu langkah lebih dekat!
Hachiman tidak perlu repot-repot seperti Puan Maharani dan Isshiki bukan petugas partai, namun Hachiman kini diajak menghadiri rapat-rapat tanpa perlu menjadi anggota OSIS. Hachiman yang sejak awal memang biso rumongso dalam beberapa rapat melihat sang pimpinan rapat yang rumongso biso, namun tidak berdaya melakukan apapun sampai Yukino turun tangan dan mengatakan yang sejujurnya. Ia pun biso rumongso bahwa Iroha dan wakilnya seperti SBY dan Jusuf Kalla: sang wakil merasa kalau sang ketua adalah orang yang tidak berkompeten, namun tidak diacuhkan oleh sang ketua.
Yukino dan Yui masih berada dalam kondisi defensif. Mereka tidak tahu dan tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, namun setelah belajar dari beberapa pengalaman, Hachiman mulai mempelajari ilmu ngeles dan dengan pintar, mampu mencairkan kembali kebekuan hubungan Yukino dan Yui (yang untungnya tidak sebeku SBY-Megawati) tanpa harus meladeni sandi dan enkripsi yang sebelumnya sudah dilemparkan oleh Yukino. Setelah kesalahpahaman antara mereka berdua yang tertumpuk sekian lama meletus dan tertumpahkan seluruhnya, mereka berekonsiliasi. Hachiman hanya bisa melihat sembari membuang mukanya, dan dalam hati mungkin ia mengingat ucapan sang adik sembari berkata, In lam takun ‘alayya ghodlobun fa la ubali.
Krisyanto sang vokalis Jamrud bersenandung dalam lagunya yang berjudul Kurang Piknik. Bahwa orang yang kurang piknik berisiko lebih besar untuk terkena depresi sehingga Shizuka menyarankan agar satu ekskul pergi menunaikan piknik. Sisi positifnya, piknik kali ini nampaknya berhasil membuka Yukino agar keluar dari bayang-bayang kakaknya. Bagiku tidak perlulah ada kelompencapir, cukuplah orang yang menonton Oregairu musim ini bersimpati padaku dan berharap aku akan jadian dengan Hachiman. Sementara itu dalam percikan kembang api pada malam hari, Jenita Janet dengan wig berwarna coklat merasakan sendiri rasanya di-reject.
Setelah di reject, di reject, di reject aja dinyanyikan oleh Isshiki, Hayato terkena gosip kalau dirinya diisukan dekat dengan Yukino. Hachiman yang blak-blakan sebelumnya mengatakan bahwa ia tidak bisa menolak permintaan bantuan dari orang memikirkan saran agar Hayato tidak melulu dikejar oleh perempuan. Justru pada saat Hachiman berusaha memberi saran agar Hayato bisa memutuskan pilihannya sendiri dan tidak merasa plin-plan dengan kepopuleran dirinya, Hayato menolaknya mentah-mentah. “Urang mah bae,” sembari meninggalkan Hachiman.
Hachiman bertemu dengan Haruno dan berbicara seolah Buya Syafii, Hachiman mengetahui bahwa Yukino berada dalam panggung sandiwara, berlindung di balik topeng-topeng untuk menyembunyikan pribadi yang lemah dan rapuh dari pandangan orang. Untunglah sejak Hachiman menemukan ilmu berkelit, pemikiran pragmatis (dan fatalisnya) kini menjadi lebih bisa diterima orang dan membantu orang yang memerlukan bantuan agar bisa memberikan coklat pada Hayato, yang kemudian menginspirasi Yui dan Yukino untuk memberikannya pula pada Hachiman. Sayangnya Yukino masih belum menemukan dan meresapi ilmu berkelit ini sehingga ia masih merasa pandir di depan ibu dan kakaknya.
Tiga orang yang mungkin tidak pernah mendengarkan Aitakatta ini kembali bertemu dengan Buya Syafii. Sayangnya Haruno bukanlah orang yang digugu, yang di-maiyah-kan oleh mereka bertiga karena faktor yang hanya mereka bertiga dan Tuhan yang tahu. Ketimbang menelan mentah-mentah kata-kata Haruno, mereka bertiga berusaha menemukan apa yang ada di belakang qalb’ mereka, dengan ikhtiar dan doa, baik Yukino dan Yui memohon agar mereka diberikan petunjuk akan jalan yang lurus.
Sampai Yui membuatkan coklat fardhu dengan segenap upayanya sendiri. Dalihnya sih untuk mengucapkan terima kasih, namun ternyata kesempatan ini dimanfaatkan untuk memberi dan menerima kode mengenai hubungan segitiga mereka. Mexican standoff, atau kalau meminjam istilah Warkop, Maju Kena Mundur Kena.
“Sepertinya aku tahu apa jawaban dari masalahmu,” ungkap Yuigahama sembari lanjut mbulet. Namun karena mereka bertiga terjebak pada posisi maju kena mundur kena, dengan penglihatan Yui yang hanya bisa terdiam memandang Yukino yang menyampaikan permintaannya, Hachiman berdoa, sampai shiratal mustaqim itu datang, ia akan terus bertanya dan terus memohon petunjuk.
Kesimpulan: Ilmu ngeles adalah ilmu yang wajib dan harus dipelajari setelah menguasai ilmu ikhlas.
KAORI Newsline | oleh Kevin W
kok kisah atau kata2 seseorang yg pitar berkelit hanya utk mendapat kedudukan dijadikan sebagai ayat pembuka bang? saya rasa dia tdk melakukan sesuatu yg terpuji, tdk bersifat jantan atau ksatria, sehingga kesimpulannya menjadi kurang tepat, bukankah sering diajarkan klau menitik beratkan kejujuran itu lebih baik bagi kita dunia akhirat? dan hachiman pun ditokohkan memiliki sifat jujur, tdk bermuka dua dan berbohong hanya demi mendapat teman, malah dia dgn jujur nangis menuangkan isi hati utk minta pertolongan kpd yui dan yukino dan mengesampingkan egonya 😀
rasa-rasanya berkelit adalah bebas nilai; apakah digunakan untuk hal yang baik atau yang buruk itu baru diperdebatkan
Ok sdgkan iklas itu selalu bernilai baik, shg tdk sepadan dgn ngeles yg cenderung tdk dtitik beratkan baik d pljran moral maupun agama, shg mewajibkan ngeles stlh iklas itu terlalu berlebihan, lg pula dlm anime ini justru ngeles dr permasalahan dan tdk bersifat terbuka yg menjadi problema dan akhirnya mereka sedikit demi sedikit mampu mengatasinya
hehehe, kalau pemikirannya hitam putih seperti itu bukannya malah naif?
betul itu bang, yg hitam dan putih itu sudah ada petunjuknya tinggal melaksanakan, kecuali yg tdk percaya ya cenderung dlm zona abu2 dan mendewakan akalnya, dan saya setuju yg mampu membedakan hitam dan putih itu dibilang naif, seperti arti naif sendiri menurut kamus besar bahasa indonesia adl bersahaja, apa adanya lugu dan berfikiran lurus 😀
Boleh tahu gaya penulisan yang dilakukan direksi Kaori untuk Post ini?
Sepertinya tidak ada gaya penulisan tertentu 🙂
edisi varokah
kyknya isinya penuh dgn spioler :v ngk lanjut baca deh..
Kalo nulis sebisa mungkin tidak perlu berlebihan dalam menggunakan ataupun menambahkan hal-hal yg tidak berkaitan dengan isi konten cerita.
Jujur saja, saya pernah membaca novel ini dan melihat review dengan imbuhan yg berlebihan sungguh tidak nyaman untuk membaca kutipan ini
Karena ini memang bukan ulasan.
Hahahaha gokil tulisannya. Walaupun kadang kayak agak sedikit nggak nyambung ama paragraf atau kalimat sebelumnya. Tapi tulisannya menarik. A good way to deconstruct something. Bikin lagi donk ulasannya.