Dominasi situs berbahasa Inggris yang dikelola oleh mereka yang berasal dari negara-negara dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama begitu besar. Pola ini tidak hanya tercermin pada media-media arus utama (seperti Guardian, BBC, dan CNN) namun juga terlihat pada media anime saat ini yang nyaris seluruhnya diwakili oleh pemikiran Barat (seperti Crunchyroll dan Anime News Network.)
Akibatnya, sulit untuk mengapresiasi dinamika komunitas dan fandom anime di berbagai negara yang suka-tidak suka, dipengaruhi oleh latar budaya masing-masing pelakunya. Bagaimana penggemar anime di Indonesia merupakan penggemar anime yang sangat toleran dan sosial dibandingkan dengan Jepang, atau bagaimana penggemar anime di Aceh memilih menyembunyikan dirinya karena khawatir akan polisi syariah, tidak muncul ke diskursus global. Publik hanya disajikan trend terkini dari otaku di Jepang dan alpa (kalau tidak abai) dengan kearifan lokal yang ada di Indonesia.
Kehadiran The Indonesian Anime Times adalah momentum yang tepat untuk menghadirkan perspektif Indonesia dalam ranah perkembangan budaya pop Jepang dan ekonomi kreatif lokal ke diskursus global. Dengan dukungan sumber daya dan nama KAORI yang merupakan salah satu situs berita anime terpercaya di Indonesia, The Indonesian Anime Times akan berbagi kru, berita, maupun sumber daya peliputan dengan KAORI Newsline dan Cemplus Newsline saat ini sembari tetap mempertahankan kebijakan editorial yang independen dan tidak melulu sama dengan Newsline, bahkan bila memungkinkan akan jauh lebih kritis ketimbang output Newsline saat ini.
Mengingat sampai saat ini suara penggemar anime di Indonesia belum memiliki perwakilan media yang mumpuni dan kredibel, plus ancang-ancang kompetitor yang akan memasuki pasar Asia Tenggara, inilah saat yang tepat untuk memberikan suara bagi ide dan pemikiran Indonesia agar dapat terdengar dalam kancah global.
Kevin W
Direktur Utama
